Suara-ntt.com, Kupang-Warga Masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertaruh nyawa demi mendapatkan sertifikat vaksin COVID-19.
Mereka rela berdesakan dan antre berjam-jam bahkan ada yang jatuh pingsan demi mendapatkan sertifikat itu.
Ada kejadian memilukan di Kampus Poltekes Kemenkes Kupang dimana ada seorang gadis menggunakan jaket kuning jatuh pingsan karena berdesakan demi mendapatkan vaksin. Gadis malang itu akhirnya digotong keluar dari kerumunan massa.
Selain itu ada juga kejadian dimana masyarakat ‘serbu’ kampus tersebut dan menyebabkan pintu gerbang roboh pada Rabu (14/7/2021) pagi.
Terkait kerumunan tersebut Direktur Poltekes Kemenkes Kupang, Dr. R. H. Krsitina, mengatakan kejadian tersebut diluar dugaan.
“Kami tidak pernah pikir bakal begini karena selama ini pelaksanaan vaksin di Poltekes baik- baik saja, ketika kami melayani instansi- instansi semua lancar-lancar saja,” katanya.
“Tapi ketika kami membuka peluang bagi masyarakat, dan memang masyarakat berhak untuk mendapat vaksin, ternyata respon masyarakat itu di luar dugaan kami,”tambahnya.
Dengan demikian lanjut Kristina, proses vaksinasi ditunda, dan secara teknis akan diatur dengan baik untuk menghindari kerumunan massa.
“Kami akan atur sehingga sehari itu hanya 200 sampai 250 orang,” jelasnya.
Untuk diketahui membludaknya masyarakat di beberapa titik vaksinasi di Kota Kupang pasca beredar informasi bahwa seritifikat vaksin menjadi salah satu syarat mutlak mendapatkan pelayanan administrasi pemerintahan.
Warga mengaku rela berdesakan berjam-jam karena sangat membutuhkan sertifikat vaksin itu.
“Saya mau melamar pekerjaan tetapi salah satu persyaratan wajib itu kartu vaksin,” kata Dian warga TDM ini.
Ada yang mengaku sudah menunggu sejak pukul 05.00 Wita namun tidak mendapat nomor antrian.
“Saya sudah antri dari pagi, sekitar jam 5 pagi tapi terlalu banyak orang, dan nomor antrian dihambur begitu saja, kami berebutan tapi saya tidak dapat,” ungkap Adolf Ketty.
Adolf mengaku sangat membutuhkan seritifikat vaksin untuk melakukan perjalanan. Pasalnya, sertifikat vaksin jadi syarat utama bepergian.
“Saya ikut vaksin ini karena mau kembali Rote, karena kalau mau ke Rote harus ada kartu vaksin,” kata Adolf.
Sementara, Ocha, seorang warga Kota Kupang mengaku ikut vaksin karena semua urusan yang berhubungan dengan pemerintahan wajib menunjukkan sertifikat vaksin.
“Kartunya yang dibutuhkan. Sekarang ini urus apa pun yang berkaitan dengan pemerintah harus ada kartu vaksin,” ungkapnya.
Menurutnya, jika boleh memilih maka dirinya memilih untuk tidak divaksin, namun karena membutuhkan sertifikat vaksin sehingga bersedia divaksin.
“Kalau bisa, saya tidak mau divaksin, tapi karena untuk kebaikan kita maka saya siap divaksin. Tapi utamanya dapat sertifikat,”bebernya. (Hiro Tuames/MB)