NTT Peroleh Kuota 1.000 Peserta Pelatihan Tenun Ikat

oleh -226 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT) memperoleh kuota 1.000 peserta pelatihan tenun ikat.

“Diharapkan dengan adanya pelatihan tenun ikat ini dapat membantu warga dalam menerapkannya dimasing-masing kabupaten. Seperti yang disampaikan Bunda Julie Sutrisno Laiskodat bahwa Nusa Tenggara Timur mendapatkan kuota 1.000 peserta pelatihan tenun ikat,” kata Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Kupang, Semi Ndolu kepada kepada wartawan di SMKN 4 Kupang pada Senin, 23 Agustus 2021.

Semi mengatakan, ending dari kegiatan pelatihan tenun ikat adalah setiap peserta akan mendapatkan bantuan modal berupa alat kerja yakni alat tenun sendiri, benang dan lain sebagainya.

“Kalau kita lihat di kampung-kampung itu kebanyakan mereka tuh orientasinya lebih ke fungsionalnya dan alat tenun ikat tidak dilihat dari artistiknya. Misalnya tiang rumah pun bisa dijadikan alat tenun ikat karena ada tali yang bisa diikat di situ. Jika hal itu dibawa dalam kegiatan expo maka tidak menarik kelihatannya”.

“Seperti yang ada di sini salah satunya dengan ragam hias motif tiangnya itu ada yang kita ukir rumah adat, ada sasando ada yang motif naga dan lain sebagainya. Itu sebagai sebuah perpaduan yang menarik antara kain yang kita tenun dengan motif NTT dan alatnya sendiri. Dengan demikian kita berharap para peserta yang datang sebagai utusan atau perwakilan setiap kabupaten yang dipercaya ini mereka tidak saja mengikuti pelatihan dan pulang kosong tapi mereka ini akan menjadi calon-calon yang akan mengadakan alat tenun yang 1.000 tadi. Yang notabene kita tidak bisa mengerjakannya sendiri,”ucapnya.

“Walaupun itu merupakan idenya kita tapi 1.000 alat itu kalau kita hitung set maka satu set itu alat ada 4 buah maka kalau 1000 berarti sekitar 4.000 alat yang dikerjakan dan itu tidak mudah. Sedangkan deadline waktu yang diberikan kepada kita paling lambat bulan November 2021,” tandasnya.

Dijelaskan, untuk alat tenun ikat yang menggunakan tempat duduk merupakan karya inovasi baru. Meskipun duduk di kursi tetapi fungsi menenunnya tetap jalan.

“Kita akan fokus pada pembuatan alat tenun ikat lantai. Karena ini lebih mudah sementara yang duduk sangat sulit menerima,”pintanya .

Lebih lanjut kata dia, inovasi dari alat tenun itu merupakan hasil karya antara guru dan siswa dalam program pembelajaran di kelas.

“Ini adalah tantangan yang diberikan Bunda Julie dan saya sampaikan bahwa bisa tidak dibuatkan ini maka saya sampaikan ke guru dan anak-anak dan mereka mau cobanya beberapa kali. Kadang belum berhasil karena awalnya ukuran tidak sesuai dan terlalu jauh dan seterusnya. Tapi kita melakukan pembaharuan dan inovasi pada akhirnya menemukan sebuah pola yang tepat sehingga bisa kita rasakan.

Karena ini merupakan hasil karya maka Bunda Julie mendorong kita untuk sebaiknya dihakpatenkan karena semakin banyak peminat dari Flores Timur, dari bunda sendiri kemudian terakhir pesanan dari Kementerian Perindustrian RI sebanyak 50 set untuk dibagikan kepada para pengrajin.

“Kalau dari segi fungsi itu sama tidak ada bedanya tapi yang kita unggulkan itu adalah dari sisi atau nilai kebaharuannya yang pertama adalah modelnya kemudian dari sisi mobilitasnya itu mudah dibawa kemana-mana dan memiliki ragam hias motif NTT. Sebenarnya ini bukan hasil temuan kita tapi karena ada nilai kebaruannya maka boleh dipatenkan,”ucapnya. (Hiro Tuames)