Suara-ntt.com, Kupang-Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini lagi gencar menjalankan program tanam jagung panen sapi (TJPS). Dan program ini dinilai berjalan dengan baik dan mengubah kehidupan ekonomi masyarakat NTT.
Anggota Komisi II DPRD Provinsi NTT, Johan Julius Oematan mengatakan, dirinya melihat secara langsung progres TJPS di Malaka. Menurutnya terjadi perubahan ekonomi di sana lebih baik dengan manajemen masa tanam yang baik.
“Kita minta program ini betul-betul difasilitasi pemerintah terutama saat musim kemarau seperti pompa air, bibit jagung, pupuk subsidi dan traktor yang mana petani tinggal isi bahan bakarnya saja, begitu pun sampai dengan panen ada mesinnya,” katanya kepada wartawan di ruang Komisi II DPRD NTT, Rabu 29 September 2021.
Dikatakan, selama ini petani hanya menanam satu kali dalam semusim. Namun dengan adanya program TJPS ini masyarakat bisa menanam dua kali. Untuk musim tanam kedua masyarakat perlu membantu mereka agar tetap dapat memperoleh hasil saat musim panen misalnya pada Oktober mendatang. Pemerintah juga dinilainya cukup baik dalam menyediakan pendamping petani yang mengawasi dan mengakomodir kebutuhan petani dalam bekerja.
Ia berharap dengan TJPS ini selain dapat berdampak ekonomi pun dapat berpengaruh pada kesempatan hidup anak-anak di kabupaten akibat membaiknya ekonomi petani.
Untuk diketahui bahwa Pemerintah Provinsi NTT berencana membangun pabrik pakan ternak di tiga wilayah di NTT yakni Timor, Flores dan Sumba.
Untuk kehadiran pabrik pakan ternak di wilayah Pulau Timor diyakini dapat mendorong sektor peternakan terkhususnya di Kabupaten Kupang sebagai basis penghasil ternak yang signifikan di NTT.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli, mengatakan, untuk program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), kata dia, potensinya telah dikerjakan di musim kemarau untuk tetap menjaga rantai pasok.
Habitus ini menurutnya tetap perlu dijaga menanggapi adanya pabrik pakan ternak ke depannya yang akan ada di Kabupaten Kupang.
“Kabupaten Kupang punya potensi yang besar di sini karena industri pakan ternak ke depan telah dimulai. Pak Gubernur akan menyelesaikan itu,” kata dia, 28 September 2021 kemarin.
Sementara ini dinasnya akan mengatur dan memanajemen kebutuhan pakan ternak yang dapat dihasilkan dari program TJPS sehingga dapat efektif produksinya nanti.
“Suplai kebutuhan pakan ternak akan diatur wilayah basis produksinya untuk bisa ditata kelolo produksinya,” terang dia.
Selain itu, pihaknya akan bekerjasama dengan Bank NTT untuk penyediaan alat tanam, mesin panen, sarana produksi lainnya seperti benih pupuk dan obat-obatan.
Untuk mengelola lahan dalam program TJPS sendiri adalah gratis dengan sarana yang diberikan dan diluar program TJPS terkena biaya Rp 750 ribu untuk pembiayaan alat dan bahan.
Ia akan membuat listing daerah sentra produksi di NTT. Untuk Kabupaten Kupang misalnya saja dari Baubau hingga dengan Pariti terdapat 7000 ha yang akan membantu pasokan ketahanan pangan dalam musim tanam berikutnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi memaparkan capaian TJPS dalam paripurna tanggapan pemerintah terhadap pandangan fraksi soal dampak TJPS terhadap pendapatan asli daerah.
Josef menyebut sejak akhir 2019 sampai saat ini diakuinya TJPS tidak berkontribusi langsung terhadap PAD mengingat seluruh input seperti benih, pupuk, obat-obatan diberikan kepada petani sebagai bantuan cuma-cuma sedangkan penggunaan alat dan mesin pertanian dilaksanakan secara brigade dimana pemerintah.
Untuk nilai produksi jagung TJPS yang dilaksanakan sejak akhir tahun 2019 sampai dengan periode Oktober hingga Maret 2020/2021 senilai Rp.91.574.464. (Hiro Tuames)