Suara-ntt.com, Waingapu-Kepala Desa (Kades) Kota Kawau, Randa Muluk mengatakan, kehadiran program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) dinilai sangat membantu desa-desa yang menjadi target dari program tersebut dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) selama enam tahun.
“Kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tim TEKAD di Sumba Timur karena telah membantu kita di Desa Kota Kuwau dalam penyusunan RPJMDes,” kata Kades Randa ketika berdiskusi dengan Tim TEKAD Kabupaten Sumba Timur dan Provinsi NTT terkait pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Hidup Bersama di daerah itu pada Senin, 11 April 2022.
Dirinya mengapresiasi kehadiran Tim TEKAD yang memberikan langkah-langkah strategis dan masukan soal pengembangan BUMDes ke depan.
Dikatakan, kesepakatan dalam musrembangdes BUMDes itu diberi nama Hidup Bersama. Dan pada tanggal 2 April 2022 lalu telah terbentuk badan pengurus dan pengawas BUMDes dengan jenis usaha pengolahan jagung menjadi beras jagung.
Dijelaskan, berdasarkan edaran Kementerian Desa (Kemendes) meminta agar setiap desa di seluruh Indonesia harus mempunyai BUMDes dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.
“BUMDes kita sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM pada 29 Maret 2022 lalu dan kami mendapat nomor urut pendaftaran ke tujuh. Dan ditargetkan setelah 25 hari pendaftaran nama BUMDes akan terbit,”jelasnya didampingi Sekertaris Desa (Sekdes), Yulius Mbaha Kahali.
Dia berharap agar BUMDes Hidup Bersama yang berlokasi di Desa Kawau, Kecamatan Kahaungu Eti Kabupaten Sumba Timur ini ketika beroperasi bisa berjalan dengan baik.
“Kita berharap ketika BUMDes ini sudah beroperasi bisa berkembang dengan baik. Karena Bumdes yang lalu kami katakanĀ mati suri dimana manajemen administrasinya tidak jelas,”bebernya.
Sebelumnya kata dia, masih ada tunggakan sebesar Rp 21 juta dari BUMDes yang lama yang sebenarnya Rp 30 juta. Dan sisa dana dalam buku rekening yang lama hanya Rp 5 juta karena dipotong administrasi bank.
Disebutkan bahwa jenis usaha BUMDes sebelumnya bergerak di Sembako namun tidak berjalan efektif dan ini menjadi temuan dari Inspektorat. Dan sekarang dalam tahap pengembalian.
Lebih lanjut kata dia, karena belum ada realisasi tahun lalu maka di 2022 ini belum ada penyertaan modal untuk BUMDes. Dan akan dilakukan penyertaan modal minimal Rp 50 juta di tahun 2023 mendatang.
Sementara itu Koordinator Kabupaten program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) di Sumba Timur, Largus Ogot mengatakan, Bumdes harus melakukan aktivitas ekonomi.
Dikatakan, program TEKAD mempunyai tanggung jawab besar untuk memperkuat BUMDes. Terutama dalam pengembangan usaha yang berkaitan dengan potensi-potensi yang ada di desa.
“Kami dari TEKAD sangat berterima kasih kepada bapak desa dan bapak sekertaris yang sudah menerima kami serta pengurus BUMDes Hidup Bersma. Dan kami anggap itu perintah baik untuk bergerak dan memfasilitasi atau memback up bagaimana BUMDes ini bisa lolos ke tahap pendaftaran,” kata Largus.
Dijelaskan, setelah mendapat perintah maka Tim TEKAD akan bergerak cepat untuk mencari solusinya. Dan salah satu dokumen yang paling krusial adalah rencana kerja.
“Kita sudah telusuri hal itu dan mencoba untuk melihat potensi-potensi yang ada di Desa Kota Kuwau beserta permasalahannya.
Dan dokumen terakhir yang dipelajari adalah hasil pengkajian hasil penyusunan RPJMDes,”ungkapnya.
“Dan Tim TEKAD menemukan permasalahan yang sangat serius dihasil pengkajian itu adalah hasil komoditi besar tapi harganya harganya menurun,”tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik benih jagung di Desa Kota Kuwau hampir 20 ton di tahun 2019 atau 2020. Berdasarkan data itu Tim TEKAD mencoba mendorong memperkuat perencanaan dari rencana kerja BUMDes.
Diskusi ini kata dia, masih sebatas untuk menghasilkan konsep besar karena sahnya dokumen itu masih dilakukan pembahasan dengan masyarakat. Ini adalah konsep tim BUMDes yang nanti mendapat persetujuan bersama antara pengelola BUMDes, BPD dan masyarakat petani yang berhubungan erat dengan rencana kerja ini.
Namun yang paling adalah memperkuat perencanaan ini sebagai dasar dokumen untuk melakukan tindakan kegiatan usaha itu. Dan rancangan dokumen yang ada hal yang perlu diperhatikan adalah dianalisa usahanya. Analisa yang ada didokumen itu masih bersifat proyeksi atau perkiraan karena riil itu belum didiskusikan.
Mengacu pada analisa itu kata dia akan tergambar jika polanya adalah pengolahan. “Alasan kenapa kami dorong disitu karena persoalan dari hasil kajian menunjukan hasil banyak namun harganya jatuh. Dan hukum ekonomi pasti begitu tidak bisa dihindari. Ketika komoditi atau hasilnya banyak maka nilai ekonomi pasti turun. Ini akan berdampak pada petani dan membuat mereka malas untuk tanam jagung,”ucapnya.
Lebih lanjut kata dia, salah satu cara yang perlu dipikirkan adalah merubah nilai ekonomi dari hasil jagung ini. Cara merubahnya adalah dibuatkan cara pengolahan. Bentuk pengolahan jagung macam-macam bentuknya seperti cemilan atau emping jagung kemudian beras jagung.
Dia menambahkan, jika dilihat dari potensi pasar untuk beras jagung dimana banyak orang menderita penyakit gula lebih banyak mengonsumsi nasi jagung.
“Itu yang perlu kita pikirkan pengolahan jagung menjadi beras jagung. Diperkirakan dalam satu kali pengolahan jagung dari 2.000 kilogram mengandaikan kalau Bumdes disini mau menghasilkan 2.000 kilogram beras jagung maka Bumdes akan mendapatkan keuntungan tiga kali produksi sebesar Rp 11 juta. Dan kalau satu kali produksi maka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3 juta lebih. Dari 2.000 kg itu bisa dibeli dari petani dengan harga Rp 3.000 atau Rp 4.000,”urainya.
Untuk usaha ini bisa dikembangkan maka modal usaha awal dibutuhkan sekitar Rp 31.809.500. Dari modal itu bisa beli jagung pipil jagung 1.800 kg dengan taksiran harga Rp 4.000 dan biaya untuk beli jagung sekitar Rp 7,5 juta. Konsep ini harus berbeda dengan beras jagung yang ada di pasaran.
“Kalau sekarang beras jagung di Kota Waingapu hanya taruh di bokor lalu ditimbang. Dorongan kita agar tampilan beras jagung yang akan kita kembangkan berbeda maka harus dibuat kemasan dalam bentuk karung dan berlabel. Dengan adanya kemasan itu maka akan mempengaruhi daya beli karena berbeda dan higenis. Untuk menghasilkan itu maka dibutuhkan beberapa peralatan sebagai alat bantu seperti alat timbang, mesin mol beras jagung, mesin packing kemasan, sewa gedung atau gudang, biaya pemasaran saat menjual, biaya promosi dan biaya tenaga kerja,”paparnya.
Dalam kesempatan itu dirinya memotivasi pengurus BUMDes untuk menghilangkan rasa takut dalam mengelola uang yang ada.
“Ini menjadi tanggung jawab pengurus BUMDes dan kami dari TEKAD serta DP3MD. Ke depan kami dengan DP3MD membagi peran masing-masing. Misalnya teman-teman dari DP3MD fokus dipenertiban administrasi dan kami di TEKAD lebih fokus bagaimana usaha ini bergerak. Karena kami ditugaskan untuk pengembangan usaha ekonomi,”pungkasnya.
Seperti yang diketahui bahwa saat ini, pengurus BUMDes belum diberikan pelatihan. “Kita berharap teman-teman pengurus BUMDes jangan tunggu pelatihan yang akan diberikan baru mulai. Tetapi kita harus memulai dengan hal-hal yang kecil,”jelasnya
“Kita TEKAD mempunyai beberapa alat bantu yang nantinya bisa untuk memperkuat teman-teman pengurus BUMDes. Salah satunya adalah bagaimana sistem pencatatan atau pembukuan. Mulai dari pencatatan kas atau uang keluar masuk setiap hari, jurnal, rugi laba dan neraca,”terangnya.
Ke depan untuk mengoperasikan konsep ini pihaknya akan melakukan diskusikan dengan 22 kelompok tani yang ada. Hal itu dilakukan untuk membuat petani yang ada berlomba-lomba tanam jagung apapun tantangannya. Dan itu akan berjalan dengan misi visinya TEKAD yakni mendorong para petani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian.
“Mungkin pada tahun-tahun sebelumnya petani kita tanam untuk makan. Namun TEKAD hadir untuk mengajak tanam untuk makan dan dijual. Selain jagung di desa ini ada hasil kacang yang bisa didorong dalam BUMDes ini,”tandasnya.
Kepala Unit Usaha BUMDes Desa Kota Kawau, Kristina Babang Hunggu Hau sangat mengapresiasi kehadiran Tim TEKAD dalam memberikan konsep dan langkah-langkah strategis serta masukan dalam pengembangan BUMDes ke depan.
“Terus terang kami ini baru terpilih menjadi pengurus BUMDes dan masih banyak belajar. Tapi kami bersyukur Tim TEKAD akan terus mendampingi dan membantu untuk pengembangan BUMDes ini ke depan,”ungkapnya.
Turut hadir dalam diskusi itu antara lain Kepala Desa (Kades) Kota Kawau, Randa Muluk, Sekertaris Desa (Sekdes), Yulius Mbaha Kahali,
Kepala Unit Usaha BUMDes Desa Kota Kawau, Kristina Babang Hunggu Hau,
Koordinator Kabupaten program TEKAD di Sumba Timur, Largus Ogot, Faskab Pengembangan Ekonomi Halena Agusthin Jermias, Faskab MONEV Debby Ch. Bunga, Kader Desa Mersi, Staf Sekretariat TEKAD Albert, Fasilitator Kecamatan Nathan Dini Kila dan Rambu Ayu. (Hiro Tuames)