Suara-ntt.com, Kupang-Sebanyak 57 murid angkatan perdana Sekolah Menengah Atas (SMA) Santo Arnoldus Janssen Kupang dinyatakan lulus 100 persen untuk tahun pelajaran 2021/2022.
Hal itu disampaikan Kepala Sekolah SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang, Pater Drs. Petrus Salu, SVD, MA pada acara Pengumuman Kelulusan dan Pelepasan Peserta Didik Kelas XII
Tahun Pelajaran 2021/2022 pada Kamis, 5 April 2022.
Pater Piet Salu mengatakan, hasil yang diperoleh anak-anak saat ini merupakan kerja keras dan kerjasama antara para tenaga pendidik (para guru), komite sekolah, pihak yayasan sekolah, orangtua dan lain sebagainya.
Dikatakan, dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah itu, anak-anak diwajibkan untuk membaca, meringkas dan mempresentasikan semua materi pelajaran yang ada dihadapan guru tersebut.
“Terima kasih kepada semua tim guru atas kerjasamanya yang mana membantu anak-anak mencari buku, meringkas dan mempresentasikan semua materi yang diberikan,”katanya.
Dijelaskan, kebanyakan guru di SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang adalah anak-anak muda. Namun dedikasinya begitu tinggi dan luar biasa.
“Disini kebanyakan guru-guru muda tapi dedikasi mereka sungguh luar biasa. Kita harus tunjukkan teladan karena tidak ada anak nakal dan bodoh. Karena kepala sekolah dan guru itu menjadi panutan bagi siswa-siswi yang ada,”ungkapnya.
“Dan ini yang kami buat dan terapkan di sekolah sehingga hasilnya seperti hari ini. Artinya para guru dan murid yang ada disini kita mewujudkan restorasi pendidikan yang kami belajar dari satu abad lalu dari misionaris kulit putih yang pernah buat dengan baik dan menjadi panutan serta contoh. Hal itu pelan-pelan kami mewujudkan disini dan itulah restorasi yang benar,”tambahnya.
Di SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang, pihaknya menerapkan ilmu guru-guru kampung dari Eropa yang menjadi perintis kebenaran dan panutan itu sudah mulai dilakukan.
Selain itu kata dia, dari hasil karya siswa-siswi di sekolah itu diterbitkan sebuah buku dengan judul lebih baik menjadi kutu buku daripada mati kutu dengan 300 halaman.
Dirinya menyampaikan limpah terima kasih kepada Gubernur, Wali Kota Kupang, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT karena begitu mempercayai Serikat Sabda Allah dengan memberikan ijin operasional begitu kilat kepada SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang.
“Dan kami tidak akan mengkhianati ijin ini yang diberikan kepada kami. Terima kasih kepada bapak Alex sebagai Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang bersama kami tiap Minggu dalam memantau dan menuntun kami,”ujarnya.
Lebih lanjut dia merincikan jumlah keseluruhan siswa-siswi SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang sebanyak 157 orang mulai dari kelas X, XI dan XII.
“Ada 57 murid Kelas XII yang tamat tahun ini. Dan saya pesan kepada setiap anak yang tamat dri sini wajib membawa satu anak untuk datang daftar di sekolah ini,”pintanya.
Kemudian jumlah guru-guru atau tenaga pendidik ada 28 orang ditambah dengan seorang kepala sekolah. Sementara jumlah pegawai ada enam orang yang terdiri dari; satpam (1) orang, cleaning service (1) orang dan tata usaha (4) orang.
“Atas kerjasama yang baik dan saya tidak pernah berbuat kasar kepada mereka. Saya hadir sebagai kawan dan teman. Jika ada kekeliruan atau kesalahpahaman saya panggil mereka untuk dicarikan solusinya,”bebernya.
Sementara itu Ketua Komite SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang, Benyamin Asrime mengatakan, guru-guru di SMA Santo Arnoldus Jansssen mendidik anak-anak dengan sepenuh hati sehingga 57 siswa-siswi angkatan perdana tahun 2019 tamat dan mendapatkan hasil yang memuaskan dengan penuh suka cita.
“Terima kasih untuk kita semua dengan caranya masing-masing dalam memperhatikan sekolah ini. Di hari ini penuh syukur dan rasa gembira karena anak-anak lulus 100 persen untuk angkatan perdana ini,” kata Benyamin.
Dikatakan, pada bulan Maret 2021 lalu pihak sekolah bersama komite melakukan bimbingan teknis soal asesment nasional berbasis komputer di sekolah ini.
Kemudian kelebihan dari sekolah ini, siswa-siswi yang ada diwajibkan untuk membaca, meringkas buku dan dipresentasikan dihadapan guru matapelajaran. Dan itu juga berlaku bagi guru-guru dan pegawai bahkan guru-guru PPL dimana kepala sekolah mewajibkan untuk meringkas buku pelajaran.
Dirinya mengapresiasi kegiatan ekstra kurikulum dari SMA Santo Arnoldus Janssen yang luar biasa dan hebat karena menorehkan prestasi yang memuaskan.
Belajar dari Orang Kulit Putih Eropa
Pada sisi lain Pater Petrus Salu mengatakan, sebagai orang SVD, dirinya belajar dari pastor-pastor, bruder-bruder kampung dan orang-orang kulit putih dari Eropa. Mereka adalah pemimpin, guru dan tenaga pendidik panutan.
Dikatakan, kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh pendidikan. Selain itu juga dibutuhkan keberanian dalam menjalankannya.
Dikisahkan, suka duka dalam membangun Sekolah Menengah Atas (SMA) Santo Arnoldus Janssen hingga hari ini sudah dan sedang mengintai. Dan hasilnya merupakan bukti nyata sebagai energi posetif yang dicapai.
Berdiri sekolah ini adalah histori dalam perputaran sejarah perintisan Provinsi SVD Timor berawal dari Lahurus di kaki lereng gunung Lakaan di Kabupaten Belu pada tahun 1913 atau 109 tahun lalu.
“Saya tidak pernah mengerti dengan seorang Arnold Janssen bisa menemukan titik paling gelap di Lahurus kecuali Allah yang bisa bekerja,”tukasnya.
Para misionaris SVD dari Arnoldus Janssen kata dia, telah menarik orang Timor untuk bersatu dengan Tuhan Yesus Kristus juru keselamatan.
Usaha ini berlangsung lebih dari tiga dekade tepatnya 32 tahun sebelum adanya kemerdekaan Republik Indonesia. Saat itu SVD sudah bekerja dan itu merupakan perjalanan dari Santo Arnoldus Janssen.
Perintah sang guru Yesus Kristus menjadi motor penggerak dan motivasi bagi pastor-pastor dan bruder-bruder kampung untuk menarik orang Timor pada keselamatan. Seperti penginjil Mateus karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa menjadi muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapak Putra dan Roh Kudus serta ajarilah mereka untuk menjadikan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan bagimu dan ketahuilah Aku menyertai kau sampai akhir jaman. Dari kabar gembira ini justru memberikan pesan-pesan akbar itu kepada murid-murid-Nya dari jaman ke jaman.
Pesan ini hidup dan berlaku bagi seluruh guru dan terus aktual untuk semua pengikut Kristus sampai dengan hari ini dan selama-lamanya.
Untuk itu mereka kenal betul bahasa, budaya dan krakter masyarakat lokal sebagai murid-murid didikan. Mereka belajar bahasa masyarakat seperti bahasa Dawan, Tetun, Kemak, Bunak dan Bahasa Indonesia setelah 32 tahun Indonesia Merdeka.
Melalui bahasa para misionaris kulit putih kampung itu berjalan dan menemukan nilai-nilai yang ada di masyarakat baik spritual maupun material. Mereka merasakan suka duka untuk belajar. Mereka belajar adat istiadatnya dan akrab dengan masyarakat sehingga mereka melupakan kelimpahan dan kenikmatan hidup Eropa.
Selain itu mereka melupakan keluarganya dan menemukan keluarga baru yang berkulit hitam. Mereka tidak cengeng dengan makanan yang tidak enak. Roti, susu dan keju diganti dengan daun pepaya yang pahit, jagung goreng, ubi kayu yang dipadukan dengan sopi kepala.
Mereka rela hidup sederhana dan menyatu dengan masyarakat setempat. Bahkan melupakan keluarga mereka di negeri seberang.
Misionaris kulit putih kampung itu mulai buka kapela, sekolah rakyat (SR) dan mulai buka kursus-kursus ketrampilan baik itu bertani, beternak, dan lain sebagainya. Dan itu sangat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk ‘urus perut’. Namun melalui pendidikan manusia Timor secara bertahap mulai berkembang. (Hiro Tuames)