Bangun Sebuah Sekolah di Ibukota Provinsi Tidaklah Mudah

oleh -187 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Tak dipungkiri bahwa membangun sebuah sekolah di ibukota provinsi tidaklah mudah apalagi itu Sekolah Menengah Atas (SMA). Tentunya membutuhkan pikiran dan strategi yang tepat agar bisa bersaing dengan sekolah lain demi mewujudkan mimpi yang ingin dicapai.

“Memang kita akui bahwa membangun sebuah SMA di ibukota provinsi bukan hal yang mudah. Butuh ekstra kerja keras dengan berbagai cara dan strategi untuk bisa bersaing dengan sekolah-sekolah yang mapan dan sudah lama beroperasi,”kata Kepala Sekolah SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang, Pater Drs. Petrus Salu, SVD, MA kepada wartawan usai acara Pengumuman Kelulusan dan Pelepasan Peserta Didik Kelas XII
Tahun Pelajaran 2021/2022 pada Kamis, 5 Mei 2022.

Pater Piet Salu mengisahkan, suka duka ketika membangun Sekolah Menengah Atas (SMA) Santo Arnoldus Janssen Kupang  yang beralamat di Jalan Bundaran PU Gang TDM 4 Kelurahan Tuak Daun Merah Kecamatan Oebobo Kota Kupang-NTT beberapa tahun lalu.

Dimana proses hingga memperoleh sebuah ijin operasional cukup rumit. Namun atas bimbingan dan penyertaan Tuhan semuanya bisa berjalan lancar.

Dirinya menyampaikan limpah terima kasih kepada Gubernur, Wali Kota Kupang, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT karena begitu mempercayai Serikat Sabda Allah dengan memberikan ijin operasional begitu kilat kepada SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang.

“Dan kami tidak akan mengkhianati ijin ini yang diberikan kepada kami. Terima kasih kepada bapak Alex sebagai Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang bersama kami tiap Minggu dalam memantau dan menuntun kami,”ujarnya.

“Dan hari ini merupakan bukti nyata sebagai energi posetif yang dicapai. Dimana kami telah berhasil menamatkan 57 murid Kelas XII  angkatan pertama dan semuanya dinyatakan lulus 100 persen untuk tahun ajaran 2021/2022,”tambahnya.

Dikatakan, ketika sekolah ini mulai beroperasi masih ditemui banyak kekurangan baik sarana prasarananya maupun finansial. Semua itu bukan menjadi sebuah tantangan dan hambatan namun sebagai cambuk untuk berani mengambil resiko dan melangkah maju ke depan.

Pada awal penerimaan peserta didik baru pihaknya juga kewalahan karena kebanyakan yang mendaftar adalah anak-anak yang tidak lulus di sekolah-sekolah favorit di Kota Kupang.

“Bagaimana kita mengubah anak-anak buangan yang tidak diterima di sekolah-sekolah favorit di Kota Kupang. Dan kita menampung mereka di sekolah ini. Karena saya mempunyai prinsip bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan orang bodoh, kemiskinan dan ketertinggalan”.

“Saya menampung mereka di sekolah ini dan bagaimana kita memoles mereka. Dan pada tahun pertama kami pakai prinsip dimana setiap guru, wali kelas, bimbingan konseling bagian kurikulum bergantian mencari dari rumah ke rumah karena ada beberapa anak yang sebenarnya tidak lulus karena jumlah absensinya satu tahun tidak masuk sekolah. Alasan kenapa tidak masuk sekolah satu tahun tapi bisa lulus? Karena murid yang bersangkutan rela mencari guru untuk les privat demi mengejar ketertinggalan materi. Kerelaan datang untuk menebus ketertinggalan dan bagi saya ini kemauan yang luar biasa,”bebernya.

Bagi umat Kristen dikatakan bahwa mencari domba-domba yang hilang itu tidak gampang.

“Kita bukan Kristus tapi menjalankan firman-Nya dengan melepaskan 99 ekor domba yang lain dan mencari domba yang satu memang sangat sulit. Bahkan bapak/ibu guru digigit anjing hanya karena mencari alamat rumah anak-anak. Karena ada yang menipu dengan memberi lima alamat rumah. Dan bagaimana merubah ‘batu’ untuk bisa digunakan dan setan-setan menjadi malaikat,”pintanya.

Perlu diketahui bahwa proses sampai anak itu baik dan bisa lulus hanya linangan air mata dan capek. Karena baginya bukan soal untuk mencari uang karena dirinya merasa sudah cukup hidup di biara SVD.

Karena misionaris-misionaris kulit putih, pastor-pastor dan bruder-bruder satu abad lalu tinggalkan kelimpahan roti, susu dan keju di Eropa datang di hutan lerang gunung Lakaan yang kosong dan penghuninya adalah orang hutan serta tidak ada akses jalan ke kampung lain. Kemudian mereka tidak tahu bahasa Dawan, Tetun, Kemak, Bunak dan budaya sehingga membutuhkan satu abad untuk menjinakkan orang liar Timor. Dan dua tahun kemudian pindahlah ke Ndona Kabupaten Ende dan bagaimana menjinakkan orang di tanah Flores.

Dijelaskan, SVD Indonesia adalah pengirim misionaris terbesar di lima benua dan pusatnya di  Lahurus lerang gunung Laka’an Kabupaten Belu- NTT sabda Allah bertumbuh disana. Perlahan-lahan melalui misionaris kampung ini mereka berjalan kaki merasa lapar dan haus dengan memakan ubi kayu, jagung goreng dan lain sebagainya. Itulah miosionaris kampung yang mampu bertahan karena diujung ketertinggalan orang Timor ada cahaya Allah yang akan menyebar kepada seluruh dunia.

Misi inilah yang dinyanyikan dalam lagu Hymne NTT dengan kata restorasi pendidikan. Artinya membangun kembali yang baik dan hilang itu namanya restorasi. Untuk dunia pendidikan kita harus belajar dari misionaris kulit putih yang lupa kemewahan Eropa, keluarga dan masuk dalam kekosongan. Dan hal pertama yang diurus oleh misionaris kulit putih di Timor adalah ‘urus perut’. Itu membutuhkan waktu yang sangat lama sekitar satu abad untuk belajar agama dan sabda Allah.

Di SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang kebanyakan guru-guru muda namun dedikasi mereka sungguh luar biasa.

“Kita harus tunjukkan teladan karena tidak ada anak nakal dan bodoh. Karena kepala sekolah dan guru itu menjadi panutan bagi siswa-siswi yang ada. Dan ini yang kami buat dan terapkan di sekolah sehingga hasilnya seperti hari ini. Artinya para guru dan murid yang ada disini kita mewujudkan restorasi pendidikan yang kami belajar satu abad lalu dari misionaris kulit putih yang pernah buat dengan baik dan menjadi panutan serta contoh. Hal itu pelan-pelan kami mewujudkan disini dan itulah restorasi yang benar,”tandasnya.

Dari hasil didikan misionaris-misionaris inilah yang menghasilkan pastor-pastor dan bruder-bruder kampung yang menjadi guru dan tenaga pendidik panutan. Mereka datang dan tidak peduli serta memandang agama apa tetapi mengajar untuk semua orang. (Hiro Tuames)