30 Finalis Dubas 2022 Kunjungi  Dekranasda NTT untuk Belajar Budaya Lokal

oleh -172 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Sebanyak 30 finalis Duta Bahasa (Dubas) 2022 mengunjungi Gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menambah pengetahuan dengan belajar budaya lokal atau tradisional.

Pembina Finalis Dubas 2022, Christin Mukin menyatakan, kunjungan ini untuk menambah pengetahuan bagi para finalis terkait NTT.

“Tujuannya untuk sedikit menambah pengetahuan mereka terkait budaya tradisional NTT. Karena sampai Jakarta pun, mereka akan selalu memperkenalkan NTT ke internasional maupun nasional,” kata Christin kepada wartawan di Gedung Dekranasda Provinsi NTT pada Kamis, 2 Juni 2022.

Setelah lolos di tingkat provinsi, pemilihan Dubas selanjutnya akan dilaksanakan secara nasional di Jakarta. Kriteri panitia adalah finalis cakap berbahasa daerah, berbahasa Indonesia, dan berbahasa asing, mengharuskan para calon dubas ini untuk paham benar akan kebudayaan daerah mereka.

Sehingga keberadaan Dekranasda sebagai pusat rumah kerajinan NTT ini menjadi layak dijadikan referensi bagi para finalis untuk mengenal lebih jauh potensi yang ada di NTT.

Para finalis pada Kamis siang itu diajak berkeliling di gedung dua lantai tersebut. Para finalis yang dibagi dalam dua kelompok, pria dan wanita, dikenalkan pada produk-produk yang ada di tempat itu oleh dua pegawai Dekranasda.

Dari ruangan laboratorium kopi, para finalis diajarkan cara mengolah biji kopi hingga menjadi kopi bubuk yang siap disajikan. Melihat hal ini, Paula Flora, finalis asal Manggarai Barat mengaku senang akhirnya bisa melihat secara langsung proses pembuatan kopi pasca panen.

“Saya sangat bersyukur sekali tadi karena saya bisa melihat langsung proses pembuatan kopi di belakang. Karena selama ini saya sangat penasaran bagaimana cara buat kopi dari pasca panen sampai dia benar-benar menjadi kopi yang dinikmati. Akhirnya tadi bisa lihat langsung,” ungkap mahasiswi Agroteknologi Universitas Nusa Cendana, Kupang itu.

Di ruangan itu pun Steve,pegawai Dekranasda menjelaskan bila Dekranasda hadir untuk membantu pengembangan dan peningkatan para pelaku UMKM dari hulu ke hilir.

“Jadi kami melakukan pendampingan dari hulu ke hilir. Dari hulu itu kita memberikan pelatihan. Ditengahnya itu kami memberi bantuan mesin produksinya. Di hilirnya, kita bantu pemasarannya,” ujar Steve.

Selain itu, para finalis Dubas pun diajak melihat ruangan Soka, yang adalah toko yang menjual berbagai jenis benang yang dipakai para penenun untuk membuat kain tenun NTT.

Alat pembuat bubuk kelor serta minuman rasa kelor yang terletak di tengah gedung turut diperkenalkan ke para finalis Dubas. Berdiri rapi melengkung, mereka mendengar penjelasan pegawai dekranasda itu.

“Daun kelor NTT itu adalah yang terbaik kedua di dunia. Sehingga kita harus berdayakan secara maksimal untuk punya nilai jual yang tinggi,” jelas Steve.

Semakin terkesima lagi ketika mereka menyambangi ruangan yang menjual berbagai produk olahan UMKM yang ada di NTT. Dari berbagai varian kopi, sabun dari sereh, cokelat dari Sumba, sedotan dari rumput, kecap dari nira lontar, dan lainnya.

Apriano Ricky Tanii, finallis asal Kefa yang akhirnya terbuka matanya dan melihat bila potensi yang ada di NTT ini sungguh banyak. Sehingga kunjungan dia yang pertama ini memberi tekad dalam dirinya agar ke depannya bisa membantu saudara-saudaranya di kampung untuk mengembangkan usaha mereka.

“Jadi kita sebagai generasi muda ini kita pulang ke kampung, kita bisa sebarluaskan kepada mereka. Misalkan hasil tenunan begitu kita bisa rekomendasikan untuk bawa ke kantor Dekranasda dan untuk olahan produk lokal lainnya agar bisa dipasarkan di sini. Karena Potensi NTT ini sangat banyak,” kata Ricky.

Bagi Domininggus Manek, Dekranasda membuatnya tersadar bila potensi Provinsi NTT sangat banyak.

Lewat kunjungan ini saya melihat bahwa kearifan lokal, budaya lokal di NTT itu begitu luar biasa. Seperti kain tenun dan makanan-makanan lokal itu NTT punya potensi yang besar. Tapi saya baru tahu,” ujar mahasiswa Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang itu.

Selain mengajak finalis berkeliling melihat koleksi-koleksi yang ada, Dekranasda juga telah menjalin kerja sama dengan kantor bahasa sebagai penyedia kostum bagi finalis ketika tampil di malam penganugerahan nanti.

“Kerja sama dengan Dekranasda sudah tiga tahun. Dekranasda biasanya menbantu kami terkait kostum untuk dibawa ke nasional. Jadi di nasional itu pakaian daerah yang dibawa oleh juara duta bahasa yang mewakili NTT itu disiapkan oleh Dekranasda. Tapi tahun ini yang dipakai para finalis (di malam penganugerahan) itu juga persembahan dari Dekranasda,” jelas Christin. (HT)