BCA dan Warlami Ajak Penenun TTS Terapkan Konsep Ecofashion

oleh -442 Dilihat

Suara-ntt.com, So’e-PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) sebagai bagian dari perbankan nasional berkolaborasi dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami) mengajak para penenun di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) untuk menerapkan konsep Ecofashion.

BCA hadir bersama Warlami untuk memberikan konsep ecofashion yang akan menjadi hasil wastra lebih ramah lingkungan. Melalui pelatihan ini, peserta akan diajak untuk memahami bahan pewarna alam untuk benang katun, teori dasar proses pewarna alam serta praktik langsung. Rangkaian pelatihan akan berlangsung enam bulan.

Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadi sebuah peluang yang baik untuk berkibar dalam ranah internasional. Salah satu kebudayaan yang menjadi warisan adalah kain tenun.

BCA senantiasa berkontribusi bagi tanah air melalui berbagai insiatif program. Dalam upaya perwujudan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dengan gerakan #BCAForSustainability.

BCA hadir memberikan pembinaan bagi penenun di Timor Tengah Selatan (TTS) untuk menggerakan tenun TTS diiringi dengan penerapan fesyen ramah lingkungan.

Pembinaan yang digerakan oleh BCA ini berada dibawah payung Bakti BCA berkolaborasi dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami) yang diadakan secara offline dari Selasa (02/08) hingga Kamis (04/08).

Seremoni pembukaan kegiatan ini dihadiri oleh EVP CSR BCA Inge dan  Setiawati, Kepala KCU BCA Kupang, Farida Siregar, Ketua Warlami, Myra Widiono, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Hans Banunaek, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan, Ony Kause, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, Benny F. Tobo Selan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, BBKSDA Wilayah Timur, Agustinus, KPH Lingkungan Hidup Kabupaten TTS, Frans Fobia beserta dengan 30 peserta yang mengikuti program pembinaan.

EVP CSR BCA, Inge mengatakan, Wastra Nusantara merupakan bentuk warisan budaya yang sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus untuk senantiasa dilestarikan eksistensinya. Kali ini BCA bersama dengan Warlami menyadari akan kebutuhan pembinaan bagi penenun dalam mengembangkan potensi budaya, bisnis dan pelestarian lingkungan. Tenun dari kawasan TTS merupakan bentuk Wastra Nusantara yang potensial untuk dipasarkan dan dapat mengangkat nama baik dari TTS.

“Bersamaan dengan itu, kami pun turut mengajak penenun untuk menerapkan konsep ecofashion dengan metode pewarnaan alam untuk bersama menjaga kelestarian lingkungan,”kata Inge.

Dikatakan, sebagai informasi, BCA melalui Program Pilar Sinergi yang merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki oleh BCA mendukung keberlangsungan wirausaha kreatif di bidang seni budaya yang berkelanjutan di Indonesia. BCA dalam komitmen mengedepankan prinsip environmental, social, and governance (ESG) juga telah melaksanakan berbagai program unggulan seperti pendampingan UMKM.

“Dalam jangka panjang, diharapkan produk wastra TTS dapat memiliki daya saing di tingkat global, senantiasa mengedepankan konsep ecofashion dan semakin memperluas potensi bisnis wastra khususnya untuk pasar internasional. Kami yakin bahwa potensi produk-produk tradisional dari Indonesia memiliki ruang tersendiri di konsumen,”ujarnya.

Sementara Kepala KCU BCA Kupang, Farida Siregar menjelaskan, koleksi wastra yang dimiliki oleh TTS memiliki kelebihan yang unggul, memiliki teknik, ragam hias dan ekspresi budaya khas tersendiri. Saat ini, kawasan TTS terus berkembang untuk menjadi daerah yang unggul dan memiliki potensi yang lebih luas. Pembinaan ini akan diikuti oleh tiga suku besar atau yang juga disebut dengan “Swapraja” yang terdiri dari: Swapraja Amanatun, Swapraja Amanuban, dan Swapraja Mollo.

“Melalui pelatihan ini kami berharap penenun setempat dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan menerapkan konsep ecofashion. Kami yakin melalui tujuan yang mulia juga untuk melestarikan lingkungan pastinya akan menghasilkan hasil yang baik pula. BCA pun nantinya akan turut berperan aktif dalam memasarkan hasil tenun penduduk dari TTS,” ungkap Farida.

“Dari enam bulan pembinaan ini, kami ingin melihat dampak positif yang timbul setelah pembinaan. Diharapkan penenun dapat menghasilkan produk kain tenun ecofashion karena telah menggunakan pewarna alam dari tumbuhan pewarna alam setempat,”tambahnya. *****