Kritik Dimata Gubernur VBL

oleh -224 Dilihat

Oleh : Verry Guru (Kasubag Kepegawaian dan Umum Badan Pengelola Perbatasan Daerah Provinsi NTT)

Suara-ntt.com, Kupang-SERIKAT Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi NTT yang dipimpin Benidiktus Jahang dan Yoseph Sili Bataona, Kamis 8 September 2022 lalu di Aula El Tari Kupang, menggelar Diskusi Publik dengan tema Refleksi Kritis Empat Tahun Kepemimpinan Victory-Jos. Panitia pelaksana Diskusi Publik yang “diarsiteki” Laurens Leba Tukan dan Ama Beding “sukses” menghadirkan empat “pengkritik” alias narasumber yakni Inche Sayuna (Wakil Ketua DPRD NTT), John Tuba Helan (Dosen Fakultas Hukum Undana Kupang), P. Philipus Tule, SVD (Rektor Unwira Kupang) dan Zet Malelak (Dosen Unkris Artha Wacana Kupang).

Atmosfir Diskusi publik ini dipandu sangat apik oleh moderator Mikhael Raja Muda Bataona (Dosen Fisip Unwira Kupang). Sang moderator mengintrodusir konsep tentang diskusi dan diskursus yan sekian abad lamnya telah dipraktekan di dunia filsafat. Nampak Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) yang duduk persis di tengah-tengah kursi “para pengkritik” sangat santai dengan mengenakan stelan jas bermotif NTT.

Ketika dipersilakan oleh moderator untuk berbicara, Gubernur VBL menegaskan, “hari ini saya mau dengar yang kurang-kurangnya saja. Lalu kita diskusi. Tapi muncul pertanyaan kan? Waktu tinggal satu tahun. Yach bisa saja nanti dilanjutkan oleh yang menggantikan saya; biar lebih baik lagi. Saya punya janji-janji politik. Ada dua yang masih kurang Yakni mengirim 2000 orang setiap tahun ke luar negeri. Kita masih punya kendala dengan dinamika pembangunan kita. Ini tantangan. Dan yang kedua, tentang air bersih. Air di NTT; zat kapurnya sangat tinggi. Mimpi kita ke depan, kita harus menyediakan air yang sehat untuk menyelamatkan masyarakat NTT,” ucap Gubernur VBL, apa adanya.

Narasi Gubernur VBL yang disampaikan di awal Diskusi Publik ini sontak “menggoda” sanubari ratusan peserta yang hadir baik secara langsung maupun yang mengikuti diskusi publik melalui ruang virtual meeting. Ada ungkapan lugas, jujur dan apa adanya. Gubernur VBL menyadari dan mengakuinya.

“Saya bekerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar ini. Meski periode saya dalam memimpin NTT terbatas. Tetapi saya ingin bekerja tidak dibatasi dengan periodesasi,” tandas Gubernur VBL dalam merespons sejumlah pertanyaan baik dari para narasumber maupun audience yang ada di dalam aula El Tari.

Artikel ini sesungguhnya hanya ingin ‘menelisik” secuil makna kritik yang diungkapkan para pengkritik Gubernur VBL; baik yang diungkapkan secara langsung maupun yang tersebar di aneka media termasuk media sosial.
Secara etimologi, kata kritik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kritikos” yang berarti dapat didiskusikan, yang berakar dari kata “krenein” yang berarti memisahkan, mengamati, menimbang, dan membandingkan. Orang yang memberi kritik atau membuat sebuah analisis atau pendapat yang tepat disebut “krites” yang sekarang disebut sebagai “kritikus”.
Secara umum, istilah kritik dapat diartikan sebagai sebuah proses analisis dan evaluasi dari suatu kejadian, hasil, benda, dan lain sebagainya untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, serta membuatnya menjadi lebih baik. Kritik juga dapat berarti suatu metode tertulis ataupun lisan untuk menemukan sebuah kesalahan dan kekurangan yang dimiliki untuk memperluas pemahaman ataupun untuk memperbaiki sesuatu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik diartikan sebagai kecaman atau tanggapan, yang seringkali disertai uraian dan pertimbangan baik ataupun buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Karena itu, suatu kritik yang baik, hendaknya pertama, disampaikan untuk memperbaiki sesuatu, pendapat, atau perilaku seseorang dan bukan didasarkan atas kebencian terhadap orang yang bersangkutan; kedua, menyertakan alasan dan bukti-bukti yang kuat serta meyakinkan, sehingga pihak yang dikritik itu menyadari kesalahannya; ketiga, menggunakan bahasa dan kalimat yang efektif, sehingga inti permasalahan dapat ditangkap dengan mudah oleh pihak yang dikritik; dan keempat, disampaikan dengan pilihan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan, sopan, dan bijaksana, tetapi tetap tidak mengurangi ensensi kritiknya.
Jika ditilik dari tujuan kritik maka kritik yang diajukan terdiri dari : kritik penilaian, merupakan jenis kritik yang bertujuan untuk menimbang baik buruknya suatu hal dengan mencari dan menentukan nilai; kritik pemaknaan, merupakan jenis kritik yang bertujuan untuk pemahaman makna dengan menganalisis, mengidentifikasi, dan mengevaluasi; kritik induktif, merupakan jenis kritik yang mengurai karya berdasarkan fenomena-fenomena yang ada secara objektif; kritik destruktif, merupakan jenis kritik yang bertujuan untuk menghancurkan sasaran kritik; kritik konstruktif, merupakan jenis kritik yang bertujuan untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk memperbaiki sebuah karya atau kebijakan; dan kritik judicial, merupakan jenis yang didasakan pada pemikiran bahwa kritik ditujukan sebagai dasar dalam sebuah keadilan.
Karena itu, dalam konteks Diskusi Publik yang digelar SMSI NTT maka sejumlah kritikan yang telah disampaikan dan didengar secara langsung oleh Gubernur VBL merupakan hal baik yang perlu terus disuarakan agar resonansinya di dengar oleh masyarakat NTT dari kota hingga ke pelosok pedesaan. Bahkan Gubernur VBL mendengar dengan baik dan telah mencatat aneka kritikan yang dilontarkan tersebut.
Teringat kata-kata bijak mendiang Presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy. Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country. Yang artinya : jangan tanya apa yang dilakukan oleh negara untukmu, tapi tanyalah apa yang kamu bisa lakukan untuk negara. Dalam nada yang sedikit berbeda saya ingin menegaskan bahwa jangan tanya apa yang Gubernur VBL telah berikan untuk Provinsi NTT tetapi tanyalah apa yang telah saya berikan untuk Provinsi NTT dalam semangat NTT Bangkit NTT Sejahtera.
“NTT butuh kerja-kerja kolaboratif yang komprehensaif. Kekuatan kita ada di pariwisata. Karena itu, seluruh aktivitas manusia NTT harus perspektif pariwisata. Orang NTT pintar baca dan pintar bicara. Nah, sekarang saatnya orang NTT harus pintar kerja,” tandas Gubernur VBL.
Sampai di titik ini, masih sangat relevan untuk dikutip “pesan keramat” sastrawan legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Menulis pun membutuhkan keberanian. Berani untuk menulis fakta dan realitas yang benar. Meski terkadang fakta dan realitas yang benar dan yang jujur diungkapkan dalam tulisan itu mengandung serta mengundang “rasa kebencian”. Tulis saja ! Suatu saat nanti tulisan kita pun akan dicari dan dibaca orang. Karena para pemimpin membutuhkan inspirasi dan impian sedangkan para pengikut menunggu bukti !
Hari ini ada bukti 96,21 persen jalan provinsi telah dibangun dalam masa kepemimpinan Victory-Jos. “Namun bukti ini menyimpan sejumlah kekuatiran. Semoga hutang lunas dan jalan tetap baik. Jangan sampai hutang lunas dan jalan rusak,” ucap Inche Sayuna, sambil tersenyum. (*)