Suara-ntt.com, Kupang-Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi NTT mempertanyakan pendapatan operasional Bank NTT yang turun drastis. Selain itu bunga juga turun sebesar 42,81 persen dengan nominal sebesar Rp 215,848 miliar.
“Ini artinya kegiatan hura-huranya lebih banyak, ketimbang kegiatan operasional yang tak datangkan profit atau keuntungan,”kata Ketua Fraksi Golkar DPRD NTT, Hugo Kalembu kepada wartawan pada Jumat, 10 Februari 2023.
Hal ini menyebabkan laba Bank NTT pada 2022, dibanding tahun 2021. Padahal, total aset tumbuh, dana pihak ketiga yang dihimpun bertumbuh dan kredit yang disalurkan juga bertumbuh. “Ini yang jadi pertanyaan,”ungkapnya.
Hugo memaparkan kinerja keuangan Bank NTT dapat digambarkan sebagai berikut, total aset yoy bertambah 8,61 persen; Dana Pihak Ketiga yoy bertambah 2,34 persen; kredit yoy bertambah 5,67 persen namun laba yoy turun 2,06 persen.
Posisi laba rugi per Desember 2022 dapat digambarkan antara lain sebagai berikut: Pendapatan bunga turun 1,25 persen dengan nominal sebesar Rp18,535 miliar, beban bunga turun 28,96 persen dengan nominal sebesar Rp159.798 miliar, pendapatan operasional selain bunga turun drastis sebesar 42,81 persen dengan nominal sebesar Rp 215,848 miliar. Sedangkan beban operasional selain bunga turun sedikit sebesar 6,31 persen dengan nominal sebesar Rp 69.217 miliar.
Dari analisis data tersebut, jelasnya, maka timbul pertanyaan, Pertama, mengapa laba turun dibandingkan tahun 2021, padahal di pihak lain, total aset tumbuh, dana pihak ketiga yang dihimpun bertumbuh dan kredit yang disalurkan juga betumbuh.
Kedua, mengapa Pendapatan Operasional Selain Bunga turun drastis sebesar Rp 215.848 atau 42,81 persen. “Begitu banyakkah kegiatan operasional non profit yang dilakukan Bank NTT selama tahun 2022, sehingga terjadi inefisensi yang besar,” tanya dia.
Ketiga, kredit macet bertambah sehingga mengurangi pendapatan bunga. Dimana, Data yang dirilis Bank NTT memperlihatkan peningkatan NPL dari 2,56 persen pada Desember 2021 menjadi 2,63 persen pada Desember 2022, artinya meningkat 0,07 persen.
“Atau berapakah kredit macet yang dihapus bukukan, sehingga menyebabkan naiknya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), sehingga mengurangi pendapatan dan pada akhirnya bermuara pada berkurangnya laba,” tanya dia lagi.
Dia mengatakan substansi pertanyaan-pertanyaan tersebut yang mau didiskusikan oleh Komisi III dengan mitra kerjanya Bank NTT.
“Sayangnya Bank NTT belum memenuhi undangan Komisi III, antara lain dengan alasan modal inti minimum (MIM) tersebut sudah diperbincangkan pada rapat tanggal 10 januari 2023 yang lalu,” jelasnya..
“Memang Komisaris Utama tidak hadir dalam rapat tersebut, sehingga tidak mengetahui kedalaman dan keluasan pembahasan pada 10 Januari 2033 lalu,”tambahnya. (Hiro Tuames)