Kopdit Swasti Sari Diajak untuk Kembangkan Sumber Daya Alam di NTT

oleh -179 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Koperasi Kredit (Kopdit) Swasti Sari untuk mengembangkan sumber daya alam di NTT yang potensial seperti rumput laut, lobster, garam, dan kelor. Karena banyak investor besar tertarik untuk kembangkan produk-produk tersebut. Dengan demikian, diharapkan koperasi bisa berkolaborasi untuk menangkap peluang pasar ini. Dimana koperasi terlibat di hulu sementara pengusaha besar di hilirnya.

“Rumput laut NTT merupakan jenis rumput laut yang sangat khas. Semua rumput laut di Indonesia tidak bisa diekspor kalau tidak dicampur rumput laut NTT karena kekenyalan dan teksturnya yang unik. Begitupun dengan budidaya lobster, koperasi bisa terlibat dalam penyediaan pakan lobster seperti kerang. Koperasi bisa mendidik anggotanya untuk budidaya kerang. Demikian juga dengan pengembangan garam yodium, kelor, daging, gewang dan potensi lainnya yang marketnya besar. Koperasi harus terlibat terutama di hulunya”.

“Ini memang hal baru dan tidak biasa. Jangan sampai potensi yang besar ini dikelola oleh orang lain. Laku koperasi tunggu saja, sampai 100 tahun kemudian koperasi ini akan bubar karena profesi orang akan berubah terus,” kata Gubernur Viktor saat menghadiri dan memberi sambutan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) ke-34 Tahun Buku 2022 Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Koperasi Kredit (Kopdit) Swasti Sari di Hotel Kristal Kupang pada Minggu, 5 Maret 2023.

Selain Gubernur meminta Kopdit Swasti Sari untuk melakukan konsolidasi terkait kebutuhan anggota. Koperasi tersebut juga diharapkan melakukan terobosan inovatif untuk kembangakan potensi sumber daya alam NTT seperti rumput laut, lobster, garam, kelor, pohon gewang dan berbagai potensi lainnya.

“Aset terbesar sebuah koperasi itu pada anggota. Swasti Sari punya anggota lebih dari 160 ribu orang, tapi ini belum dikonsolidasikan secara optimal. Terutama terkait kebutuhan masing-masing anggota. Ini belum dilakukan. Kopdit bukan hanya lembaga simpan pinjam, tapi juga harus melatih, mengarahkan dan membina para anggota. Kalau kita tahu kebutuhan anggota, ini merupakan market atau pasar terbesar. Misalnya kebutuhan dasar per bulan dari anggota seperti beras, gula, minyak tanah dan lain sebagainya, bisakah dikonsolidasikan dengan harga lebih murah? Kita tak bisa kerja biasa lagi, tapi harus dengan cara luar biasa supaya maju,”jelasnya.

Menurutnya, Kopdit Swasti Sari sebagai Koperasi Primer Nasional harus mampu lakukan konsolidasi internal melalui digitalisasi koperasi.

“Kita sekarang ditolong dengan sistem digital untuk lakukan konsolidasi ini. Tidak mungkin sebuah organisasi khususnya koperasi akan bertumbuh terus kalau tidak menuju investasi pada sektor-sektor riil. Memang kopdit tidak boleh investasi atas nama lembaga, tapi anggotanyalah yang bergerak,”ungkapnya.

Lebih kanjut, Gubernur VBL juga mengajak Swasti Sari untuk ke luar dari zona nyaman. Merubah cara pikir anggota. Koperasi harus mampu memberikan arahan, pengetahuan dan produk-produk terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik lokal maupun nasional. Hidup dalam zona nyaman hanya akan membuat Swastisari perlahan-lahan ditinggalkan anggotanya.

“Swasti Sari bukan lembaga kecil. Karena itu cara berpikirnya tidak boleh kecil walaupun datang dari kelompok-kelompok kecil. Swastisari bukan lagi satu lidi, tapi sapu lidi yang bisa menyapu apapun. Cara menyapunya harus dengan intelektual yang lebih bagus serta konsolidasi lebih bagus. Kalau koperasi terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam NTT ini maka koperasi akan tumbuh lebih cepat,”ucapnya.

“Kalau kita hanya harapkan pada uang yang dikumpulkan anggota, lalu dipinjam lagi,ini sudah cara-cara kuno. Lihat credit union di Eropa sudah bertumbuh dan berkembang pesat karena terlibat dalam sektor riil. Harus mulai rubah cara berpikir dan kembangkan model kerja baru karena sumber daya alam kita sangat menjanjikan. Kekayaan NTT belum mampu dikonsolidasikan secara optimal karena itu perlu paritsipasi koperasi,”lanjutnya.

Dia mengungkapkan, kehadiran koperasi mampu memotong rantai kemiskinan. Koperasi adalah salah satu pilar bahkan terbesar dalam menyumbangkan pertumbuhan ekonomi khususnya bagi masyarakat kecil.

“Investor besar memang kita butuh, namun kita juga sangat membutuhkan pertumbuhan dari kelompok-kelompok kecil agar makin sejahtera. Di saat koperasi makin besar, kita tahu pasti telah terjadi pemotongan rantai kemiskinan. Semangat ini tidak boleh hilang, tapi harus terus diperbaharui dengan pikiran-pikiran brilian dan pendekatan digital sehingga koperasi tetap ada 200 atau 300 tahun kemudian,”pungkas Gubernur Viktor.

Sementara itu, GM Kopdit Swastisari, Yohanes Sason Helan dalam laporannya mengungkapkan, filosofi yang dibangu Swasti Sari adalah merawat, bersahabat dan berteman sampai mati.

“Swasti Sari adalah investasi dsri kurang lebih hampir 160-an ribu ribu anggota sebagai pemilik lembaga ini,”kata Sason Helan.

Untuk diketahui, KSP Kopdit Swasti Sari telah berstatus Koperasi Primer Nasional yang memiliki 30 cabang di enam (6) Provinsi di Indonesia.

Pada Tahun buku 2022, jumlah anggota Kopdit Swasti Sari capai 165.132 orang atau meningkat sebanyak 23.797 orang dari tahun sebelumnya. Jumlah aset naik menjadi Rp. 1,47 triliun, bertambah sebesar 70,5 miliar. Sisa Hasil Usaha(SHU) setelah dipotong pajak jadi Rp. 2,9 miliar atau tambah Rp 158 juta.

Audit yang dilakukan kantor Akuntan Publik independen menghasilkan penilaian Wajar Tanpa Pengeculiaan (WTP). RAT Tahun Buku 2022 ini dilakukan secara offline dan online. (HT)