Diduga Ada Indikasi Mafia Beras Dikirim ke Negara Timor Leste

oleh -204 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi NTT, Kasimirus Kolo menduga ada indikasi mafia karena stock beras tersedia namun karena permainan-permainan dilevel pasar sehingga beras tersebut disalurkan atau dikirim ke negara Timor Leste melalui Atambua-Belu. Hal itu akan menimbulkan kekosongan stock dan berdampak bagi masyarakat.

“Saya kira teman-teman dari Bulog sudah tahu ada indikasi yang disampaikan per tanggal 10 Pebruari 2023 oleh pak Budi Waseso bahwa sudah ada indikasi. Berarti beliau sampaikan ada benarnya apakah ini dipantau atau tidak.”

“Saya sangat yakin dalam situasi seperti saat ini permainan-permainan pasti ada. Karena Bulog juga jika melakukan pengadaan stock beras pasti ada hitungan-hitungan berdasarkan angka-angka tahun kemarin dan sebelumnya,”kata Kasim didampingi Wakil Ketua Komisi II DPRD NTT, Patris Lali Wolo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP)antara Komisi II DPRD Provinsi NTT dengan Bulog NTT dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi NTT pada Jumat, 10 Maret 2023.

Komisi II DPRD Provinsi NTT meminta Bulog untuk melakukan pengawasan terhadap stock, harga dan distrubusi. “Ini harus dilakukan pengawasan jika Bulog katakan stoknya ada tapi fakta di lapangan kosong sehingga harus dibenahi dan perhatikan,”ungkapnya.

Dia mengatakan jika stock, harga dan distribusi tidak diawasi secara ketat maka akan terjadi lagi kekosongan beras di lapangan.

“Kita semua pihak ikut bertanggung jawab terhadap persoalan ini. Kami sebagai DPRD memanggil mitra yang ada untuk mendengar lalu mencoba mencari tahu penyebabnya. Kemudian akan ke pasar untuk pantau harga disana sehingga mendapat informasi riil. Apakah harganya masih tetap Rp 14.000 per kilogram atau malah naik lagi diatas itu,”jelasnya.

“Kalau hal ini terjadi di lapangan maka daya beli masyarakat akan semakin sulit. Disitu negara harus hadir dan tidak boleh membiarkan hal itu,”tambahnya.

Sementara Manager Bisnis Perum Bulog NTT, Simon Melki Sedek Lakapu mengatakan, dalam mengantisipasi hal itu, pihaknya akan menggelar pasar murah pada Senin, 13 Maret 2023 mendatang hingga memasuki hari raya besar keagamaan baik itu Hari Raya Paskah, Lebaran maupun Idul Fitri.

“Itu kita sudah jadwalkan nanti dievaluasi terhadap sasaran yang dicapai dalam hal ini masyarakat. Kita tidak mau untuk bermain di pasar lagi. Karena di pasar kita sudah gelontorkan tapi harganya masih tetap naik sehingga akan merubah haluan dengan strategi masifkan pasar murah. Dan sinergitas antara TPID, Satgas Pangan kita akan mulai pada hari Senin, 13 Maret 2023 nanti,””ungkapnya.

Dijelaskan, kegiatan pasar murah selain di Kota Kupang juga di beberapa kabupaten dan sudah berjalan dengan melakukan koordinasi bersama pemerintah daerah setempat untuk melakukan pasar murah baik di daerah Sumba, Flores dan Timor (Belu).

Diakui sejauh ini stock beras masih tersedia karena mempunyai outlet tetap yakni pendistribusian atau penjualan kepada TNI/Polri dan ASN serta persediaan baffer stock untuk bencana alam. Sementara untuk masyarakat lanjut dia, perlahan-lahan akan penuhi permintaan mereka.

Dikatakan, ada sekitar 18 ribu ton lebih beas dalam perjalanan menuju ke NTT untuk didistribusikan ke seluruh cabang yang ada. Ketahanan stock beras ke depan secara total ada sekitar 21 ribu untuk tiga bulan ke depan dari bulan Maret hingga Mei atau awal Juni 2023.

Dijelaskan, kebutuhan beras untuk NTT dalam satu tahun kurang lebih sekitar 52 ribu itu dari Bulog sendiri diluar pedagang-pedagang lainnya. Dan kebutuhan masyarakat kemungkinan bisa melebihi dari angka itu.

“Itu menjadi bahan evaluasi juga untuk kami karena setelah kami melakukan pola yang lama sasarannya juga tidak membawa efek sama sekali. Tapi mungkin kita lebih condong untuk melakukan operasi pasar murah,”tandasnya.

Untuk diketahui setelah Rapat Dengar Pendapat (RDP), Komisi II DPRD NTT,
Disperindag, Perum Bulog NTT dan para distributor langsung terjun ke Pasar Inpres Naikoten untuk memantau dan mengecek stock serta harga beras. (Hiro Tuames)