Pemprov NTT Butuh Tenaga Kerja Terampil untuk Optimalkan Potensi Daerah

oleh -223 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemenristek Dikti beserta jajarannya, Direktorat Fasilitasi Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI, serta Konsorsium Pendidikan Tinggi Vokasi NTT yakni Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Politeknik Negeri Kupang dan Politeknik elBajo Commodus Labuan Bajo yang telah menginisiasi Peluncuran Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Vokasi Berbasis Potensi Daerah.

Upaya tersebut diharapkan mampu menjawab kebutuhan daerah dan masyarakat dalam upaya pembangunan Sumber Daya Manusia dan ekonomi di daerah NTT.

Saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat membutuhkan tenaga kerja trampil di berbagai bidang untuk mengoptimalkan berbagai potensi-potensi sumber daya alam yang ada. Karena itu, dibutuhkan desain perencanaan tenaga kerja (workforce planning) dan inovasi (innovation planning)sistematis yang diharapkan muncul dari ekosistem kemitraan tersebut.

Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G.L. Kalake mengapresiasi atas peluncuran program tersebut.

“Terkait Peluncuran Program ini, patut kita berikan apresiasi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemenristek Dikti beserta jajarannya, Direktorat Fasilitasi Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI, serta Konsorsium Pendidikan Tinggi Vokasi NTT,”kata Penjabat Gubernur NTT Peluncuran Program dan Dialog Interaktif Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah di Hotel Harper Kupang pada Rabu 25 Oktober 2023.

“Ini merupakan sebuah upaya kolaboratif dalam meningkatkan produktivitas dan value added dari potensi-potensi unggulan NTT. Kehadiran ekosistem kolaborasi diharapkan dapat mendorong perencanaan tenaga kerja dan inovasi pendidikan vokasi menjadi lebih jelas dan efektif. Pendidikan vokasi tentunya diharapkan menjadi lebih fleksibel dan adaptif untuk menyesuaikan kapan dan berapa banyak lulusan yang disiapkan sesuai dengan pembangunan dan potensi daerah NTT,”ungkapnya.

Ayodhia menjelaskan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang berkontribusi besar terhadap PDRB NTT, karena menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat NTT masih mengandalkan pola pengelolaan tradisional.

“Hasil-hasil produksi dari ketiga sektor ini yang diekspor ke luar NTT juga masih berupa komoditas-komoditas mentah. Karena itu, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan jumlah dan nilai investasi serta hilirisasi terhadap berbagai komoditas-komoditas unggulan daerah yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat NTT,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Kerja Sama dan Pengembangan Layanan Pendanaan Riset LPDP, Dhani Setiawan mengungkapkan, diharapkan program ini akan sangat berdampak karena tidak hanya menyangkut satu pihak vokasi pendidikan, tetapi juga pemerintah daerah dan dunia usaha.

“Kami informasikan juga bahwa hingga saat ini kami memberikan pendanaan riset sudah mencapai kurang lebih 2.500 project riset publikasi dan baru-baru ini kami juga bekerja sama dengan universitas lainnya untuk melakukan project riset. Kerja sama kami tidak hanya dimulai di tahun ini, tetapi sudah dimulai sejak tahun 2021, dimana ditahun tersebut kami sudah melakukan pendanaan riset 66 pendiri riset di perguruan tinggi vokasi dengan besaran anggaran kurang lebih 23 miliar rupiah dan di sini kami melihat perguruan tinggi vokasi memiliki potensi dan talenta yang sangat baik,” jelas Dhani.

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Dr. Ir. Kiky Yulianti, mengatakan pengembangan ekosistem kemitraan ini dilihat dari adanya potensi daerah.

“Program ekosistem kemitraan yang kita lakukan di Provinsi NTT ini tentu dengan alasan juga terkait potensi daerah disini. Program ini adalah penguatan ekosistem kelimpahan untuk pengembangan inovasi berbasis potensi daerah, maksudnya potensi daerah NTT berbasis peluang, tetapi itu tidak bisa dilakukan sendirian. Oleh karena itu, dengan dukungan LPDP maka kami mengambil inisiatif untuk berkolaborasi bersama mengembangkan inovasi, mengubah potensi- potensi daerah menjadi peluang yang nantinya berdampak positif terhadap pengingkatan ekonomi daerah,” tambah Kiki.

Adapun juga Direktur Politeknik Pertanian Kupang Johanis A. Jermias memaparkan, program kegiatan ini dilaksanakan selama 3 tahun. “Tahun pertama dilaksanakan riset kemudian akan dijadikan model ekosistem untuk mengembangkan master inovasi berbasis potensi di NTT. Tahun kedua dan ketiga akan fokus pada implementasi riset terapan untuk menghasilkan inovasi yang selaras dengan pembangunan ekonomi,” jelas Johanis. (HT)