Luar Biasa!!! NTT Tingkat Peredaran Narkotika Paling Rendah di Indonesia

oleh -240 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen. Pol. Prof. Dr. Petrus Reinhard Golose mengapresiasi kerja keras yang dilakukan United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC), Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP), Polri dan stakeholder yang ada di NTT. Dimana tingkat peredaran narkotika di wilayah itu paling rendah atau tergolong kecil dari seluruh daerah di Indonesia.

“Saya mengapresiasi kerja keras dari UNODC, Mr. Erick dan seluruh staf yang bekerja. Kita tahu bahwa NTT begitu luar biasa karena prevalensi narkotika hanya 0,1 persen,”kata Komjen Petrus Golose kepada wartawan usai membuka kegiatan Nationonal Border Manajemen Consultation Meeting di Hotel Swiss Belcourt Kupang pada Rabu, 15 November 2023.

“Kita tahu bahwa prevalensi narkotika dunia itu 5,5 persen. Kita masih berada jauh dibawah. Tapi yang lebih jauh lagi itu berada di NTT. Jadi, Viva NTT. Luar biasa, kerja yang dilakukan BNNP, Polri dan stakeholder yang ada di NTT,”ungkapnya.

Petrus mengatakan, jumlah pengguna narkotika di Indonesia sebesar 3,6 juta orang namun angka turun menjadi 3,3 juta orang sehingga prevalensi secara nasional sebesar 1,95 persen turun menjadi 1,73 persen.

“Saya ucapkan terimaksih kepada BNN institusi saya, bekerja sama dengan seluruh stakeholder yang ada sesuai dengan instruksi presiden. Kita melaksanakan program yang disebut P4GN dan bisa menekan angka peredaran narkotika turun sekitar 0, 22 persen dari 1,95 persen menjadi 1,73 persen,”ucapnya.

Menurutnya prevalensi mengalami penurunan merupakan indikasi yang bagus di akhir tahun 2023 sebab pada masa COVID-19 terjadi lonjakan atau kenaikan.

“Pada waktu COVID kita justru naik dari 1,80 persen menjadi 1,95 persen. Jadi naiknya 0,15 sekarang dia turun lagi,”bebernya.

“Indikasinya bahwa program-program yang kita lakukan termasuk program pada saat ini dinilai berhasil sehingga kuncinya adalah peredaran kita tekan jangan bertambah lagi,”jelasnya.

Dikatakan dengan adanya pencapaian besar dalam penanggulangan narkotika di Indonesia menunjukan keberhasilan dari program yang dilakukan.

Untuk wilayah yang rawan terhadap pengguna maupun penyeludupan narkoba di Indonesia adalah di daerah Sumatera Utara.

“Justru sekarang ini kita fokus ke sana karena jumlah narapidana lebih dari 80 persen yang tersandung kasus narkotika,”terangnya.

Dijelaskan strategi yang dilakukan itu adalah secara holistik dan komperhensif mulai dari pencegahan, pemberdayaan masyarakat serta melakukan rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. “Semua itu gratis,”tandasnya.

Lebih lanjut kata dia, dalam waktu beberapa tahun terakhir ini BNN berhasil menyita enam ton untuk methamphetamine.

“Saya senang dengan strategi yang kita lakukan ini bisa menekankan peredaran narkotika di Indonesia. Dan merupakan suatu prestasi yang dilakukan BNN RI,”imbuhnya.

Dipaparkan sebagai langkah pencegahan masuknya narkotika di Indonesia yang rentan terjadi lewat perbatasan baik udara maupun laut dengan berbagai modus dan indikasi maka pihaknya United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) bersama BNN RI dan stackholder lainnya  (TNI, Polri, Bea Cukai, Imigrasi dan PLBN serta pemerintah daerah dengan menggelar kegiatan Nationonal Border Manajemen Consultation Meeting di Kota Kupang.

Dia menambahkan, pada saat ini juga telah mengirim tim ke Kalimantan Barat (Pontianak) bersama dengan petugas (penjaga) pos lintas batas untuk memusnahkan narkotika sekitar 58,8 kilogram berjenis methamphetamine atau sabu-sabu. (Hiro Tuames)