Nilai-Nilai Adat dalam Masyarakat harus Diwariskan dan Ditulis dalam Buku

oleh -182 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Rektor Unwira Kupang, Pater Doktor Philipus Tule, SVD mengatakan, adalah tugas masyarakat untuk mencari solusi dalam menghadapi hilangnya nilai-nilai adat dalam masyarakat khususnya masyarakat Mbai di Kabupaten Nagekeo Flores Provinsi NTT.

“Kita harus mempertahankan nilai-nilai adat, sosialitas dalam masyarakat serta kekerabatan yang ada di dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diwariskan dengan mengadakan penelitian dan hasil penelitian tersebut ditulis dalam buku sehingga menjadi dokumentasi yang luar biasa,” ucap Pater Philips saat tampil sebagai pembicara dalam acara peluncuran buku Mosalaki Mbai dan dialog budaya di aula Santu Paulus Kampus Unwira Penfui Kupang pada Kamis (19/7/2024).

Buku Mosalaki Mbai: Penyemai Identitas dan Kekuatan Budaya Masyarakat Adat merupakan karya orisinal perdana untuk literatur masyarakat Mbai di Flores yang ditulis dengan apik oleh Doktor Gabriel Ndawa, SE, MM,. dan Nancy A. Florida, S.S., M.Pd yang disponsori Dana Indonesiana dan LPDP serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Menurut Pater Philips, yang berperan untuk melanjutkan pewarisan nilai-nilai adat dalam masyarakat adalah Mosalaki. “Mosalaki sebagai penyemai dan menjadi ketahanan budaya. Mosalaki terutama yang ada di kampung harus membangun kemitraan atau spirit kolegialitas dengan pemerintah, para guru dan para tokoh agama (pastor, pendeta, maupun ustad). Karena itu, Mosalaki harus terhindar dari praktek-praktek  korupsi, kolusi dan nepotisme,” ujar doktor antropologi jebolan The Australian National University, Canberra Australia.

Ada hal menarik yang ditulis dalam buku ini, sebut Pater Philip, adalah terkait tanah ulayat atau tanah adat, rumah-rumah adat dan perkampungan adat.  “Semua ritual ini harus dirayakan dan diperankan oleh para Mosalaki. Karena adat istiadat yang tidak dirakan adalah sebuah utopia; harapan yang hampa. Karena itu, ritual perlu kita rayakan,” tegasnya.

Di tempat yang sama budayawan yang juga staf pengajar Fakultas Filsafat Unwira Kupang, Doktor Yohanes Watu Vianey, M.Hum mengatakan bahwa istilah Mosalaki tidak hanya ada di Mbai, tapi juga ada di Ende dan di Ngada. Karena itu, kata Vianey, dalam diri Mosalaki harus ada dua kewibawaan yakni kewibawaan moral dan kewibawaan pengetahuan. “Mosalaki harus menjadi pribadi yang great man. Kalau tidak maka nanti orang anggap enteng dengan para Mosalaki,” tutur Vianey.

Untuk Jaga Nilai Luhur dari Nenek Moyang

Menurut Doktor Gabriel Ndawa, inspirasi dan niat untuk meneliti dan menulis hasil penelitian ini menjadi buku sesungguhnya termotivasi dari minimnya literatur atau bahan bacaan  yang mengulas tentang adat istiadat masyarakat Mbai.

“Karena itu, ketika kami bertemu masyarakat, dan kami menyampaikan tentang rencana penelitian dan penulisan Buku Mosalaki Mbay: Penyemai Identitas dan Kekuatan Budaya Masyarakat Adat; masyarakat sangat antusias. Mereka bangga karena mengangkat kembali budaya lokal. Derajat, harkat dan martabat masyarakat Mbai serasa terangkat dan terpelihara kembali dengan baik melalui buku ini,” katanya.

Secara khusus penulis buku menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Unwira Kupang yang juga menjadi editor buku dimaksud. “Terima kasih Pater Rektor untuk ulasan yang ilmiah dalam buku ini. Buku ini sangat penting untuk menjaga budaya dan nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh nenek moyang,” tandas Doktor Gabriel yang juga staf pengajar STIM Kupang.

Sementara itu, perwakilan Kepala UPT Balai Pelestarian Kebudayaan  XVI Provinsi NTT, Windo Telbana mengapresiasi kehadiran dan keberadaan buku ini.  “Buku ini bisa dicatat di website data pokok kebudayaan. Kami berharap ke depan bisa lebih banyak lagi data-data dan warisan budaya terutama ciri-ciri khas budaya yang ada di daerah NTT,” tandas Windo yang pernah bertugas di  LL Dikti XV Provinsi NTT.

Acara peluncuran buku dan dialog budaya ini dipandu moderator Isodorus Lilijawa, S.Fil, MM dihadiri para pemerhati budaya dari Kabupaten Ngada dan Nagekeo, para Mosalaki Mbai serta kaum muda generasi penerus masyarakat Mbai yang ada di Kupang. (vg)