Suara-ntt com, Kupang-Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan musim penghujan secara umum bagi daerah di NTT Diprediksi akan datang lebih awal.
Kepala Stasiun Klimatologi NTT, Rahmattulloh Adji mengatakan, akumulasi curah hujan diatas normal, atau musim hujan yang lebih basah dari biasanya.
“Berdasarkan pemantauan terhadap anomali iklim nasional. Lainna lema mulai Oktober 2024. Dari total 28 zoom mengawali musim hujan di Tahun 2024 meliputi Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur bagian Tengah diprediksi akan memasuki musim hujan di Bulan Oktober,” ujar Adji kepada wartawan di Kantor Gubernur NTT pada Jumat 27 September 2024.
Dikatakan, awal musim hujan diperkiraan akan maju lebih awal. Dimana puncak muzim hujan diperkirakam terjadi di bulan Januari 2025,” jelasnya.
BMKG menghimbau pemerintah dan masyarakat lebih siap terhadap bencana banjir dan tanah longsor yang bakal terjadi nanti.
Sementara Kepala Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Billy Oemboe Wanda mengatakan pengaruh El Nino menyebabkan perubahan pola cuaca global yang dapat berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
“Dampak dari El Nino ini menyebabkan kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman, ancaman gagal panen dan ketidakstabilan pasar,”kata Joaz Billy.
Untuk NTT sendiri dampak dari El Nino menyebabkan kekeringan dan ancaman gagal panen. Berdasarkan data yang ada sampai bulan Juni 2024, dimana luas kerusakan tanaman jagung akibat Dampak Perubahan Iklim (DPI) terjadi di Kabupaten Sikka seluas 1.652,55 hektare (ha).
Sementara pada periode yang sama juga terjadi kerusakan pada tanaman padi akibat DPI dan terluas di Kabupaten Sumba Timur seluas 345 ha.
Dikatakan, untuk mengantisipasi dampak El Nino yang terjadi saat ini maka pihaknya telah melakukan akselerasi pembangunan terhadap ketersediaan pangan melalui mitigasi yakni; koservasi air (mengadopsi
teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air, manfaatkan irigasi di lokasi dengan bijak).
Kemudian melakukan diversifikasi tanaman (tanaman tahan cuaca panas
seperti kacang-kacangan) dan penggunaan teknologi dan informasi.
Selanjutnya melakukan antisipasi menyebarluaskan informasi
prakiraan cuaca dari BMKG
sebagai peringatan dini untuk
menentukan jadwal tanam; Monitoring dan pelaporan perkembangan luas DPI;
Pemantauan intensif, peringatan
dini dan inventarisasi lahan
terkena kekeringan; Identifikasi dan pemetaan lahan yang tersedia sumber air sehingga dapat disesuaikan
dengan waktu tanam dan
keberlanjutan ketersedaan air bagi tanaman; Edukasi kepada petani untuk
selektif menanam jenis komoditi
yang umur pendek dan tahan kekeringan
Lebih lanjut kata dia, Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mendapatkan bantuan dari Kementerian Pertanian RI dari kegiatan pompanisasi untuk Penambahan/Perluasan Areal Tanam (PAT) sesuai usulan Kabupaten se-NTT melalui Dinas Pertanian Kabupaten tertentu di daerah yang masih tersedia sumber air baik air sungai dan air permukaan berupa Pompa Air 3 dim, dan 4 dim serta irigasi perpompaan dan perpipaan.
Dia menambahkan pihaknya melalui kegiatan Antisipasi Gagal Panen memberikan bantuan benih di kabupaten yang terdampak kekeringan. Benih yang dibantu yaitu benih padi, jagung, sorgum, kacang hijau dan benih hortikultura berupa sayuran.
“Adanya gerakan masyarakat (petani) untuk memanfaatkan lahan yang ada dan masih tersedia sumber air untuk menanam tanaman sayuran yang umur pendek seperti sawi pakchoi, kangkung dan sayuran lain untuk mendapatkan produksi dan pendapatan untuk kapitalisasi ekonomi keluarga mereka,”ungkapnya. ***