Suara-ntt com, Kupang-Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema dan Jane Natalia Suryanto (Ansy-Jane) meraih dukungan dari basis partai pendukung paket Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma (Melki-Johni) maupun paket Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu (Siaga).
Ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lembaga Indikator Politik Indonesia pimpinan Prof. Burhanuddin Muhtadi yang dirilis pada Rabu (9/10/24) siang. Dari data yang dipaparkan, terlihat basis pendukung parpol pengusung Melki-Johni maupun Siaga justru mendukung Ansy-Jane.
“Koalisi partai yang mendukung masing-masing calon tidak seluruhnya tegak urus dengan keputusan elit partai. Dalam literatur ilmu politik, ini disebut sebagai split ticket voting,” ujar Burhanuddin.
Artinya, ia menjelaskan, terdapat pilihan yang tidak linear antara keputusan partai dengan aspirasi atau preferensi konstituen. Dalam pemilihan secara langsung, terutama dalam konteks pemilihan kepala daerah (pilkada), tidak serta merta calon yang diusung oleh koalisi raksasa dapat menang. Kondisi ini diakibatkan konstituen bisa saja memiliki preferensi tokoh yang berbeda.
Data menunjukkan ada empat (4) dari 11 parpol yang masuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung Melki-Johni, namun pemilih partai tersebut justru menjadi pendukung terbesar pasangan Ansy-Jane. Pertama, Partai Demokrat. Sebanyak 44,7 persen konstituen Partai Demokrat mendukung pasangan dengan tagline Manyala Kaka, sementara hanya 21,3 persen mendukung Melki-Johni.
Kedua, Partai Amanat Nasional (PAN). Partai dengan Ketua Umum Zulkifli Hasan ini memilih Ansy-Jane dengan persentase 42 persen. Persentase ini mengungguli pasangan Melki-Johni yang tercatat 28,5 persen.
Ketiga, Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai yang dulunya merupakan identitas dari Jane Natalia Suryanto ini, dalam survei terbaru Indikator mencatat sebanyak 56,8 persen konstituen PSI mendukung Ansy-Jane. Sementara, dukungan terhadap Melki-Johni hanya 16,3 persen.
Keempat, Partai Perindo. Basis pemilih milik Hary Tanoesoedibjo ini mendukung Ansy-Jane dengan perolehan 41,2 persen. Sedangkan, sebesar 17,4 persen memilih Melki-Johni.
Sementara itu, partai pengusung utama Melki-Johni yaitu Golkar dan Gerindra, ternyata basis konstituennya tidak sepenuhnya mengusung pasangan dengan nomor urut dua tersebut. Golkar, misalnya, tercatat masih ada 18,3 persen mendukung Ansy-Jane. Pemilih Golkar sendiri sebesar 52,2 persen mendukung Melki-Johni.
Kemudian, Gerindra. Basis pemilih partai dengan Ketua Umum Prabowo Subianto ini sebanyak 25,4 persen mendukung Ansy-Jane. Sedangkan, konstituen yang memilih Melki-Johni sebesar 30,4 persen. Bahkan, pendukung Gerindra sebanyak 37,8 persen mendukung paket Siaga.
“Ini alarm untuk pasangan Melki dan Johni, terutama dalam Koalisi Indonesia Maju Plus. Ini menunjukkan adanya fenomena split ticket voting. Baru Golkar yang slid, ini pun baru 52,2 persen yang pilih,” terang Burhanuddin.
Fakta menarik lainnya adalah Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan pengusung paket Siaga, ternyata menjadi basis dengan konstituen terbesar yang mendukung Ansy-Jane sebesar 33,1 persen. Sedangkan, sebanyak 31,6 persen mendukung Simon-Adrianus dan 26,8 persen mendukung Melki-Johni.
Kemudian, PKB. Sebanyak 35,6 persen konstituen PKB mendukung Ansy-Jane, lalu 29,4 persen mendukung Simon-Adrianus, dan sebesar 19,2 persen mendukung Melki-Johni.
Selanjutnya, sebesar 63,0 persen konstituen PKS mendukung Ansy-Jane, 18,3 persen mendukung paket Siaga, dan 9,2 persen mendukung Melki-Johni.
Pengamat Politik Universitas Nusa Cendana Yohanes Jimmy Nami menyoroti pergeseran persentase elektabilitas yang terjadi antara Melki-Johni dan Simon-Adrianus. Perpindahan terjadi karena irisan dari konstituen yang selama ini sudah bersama pasangan Melki-Johni tereduksi oleh kerja-kerja politik yang dilakukan oleh paket Siaga.
“Misalnya basis-basis referensi kepartaian, basis Golkar yang ada di TTS dan Kabupaten Kupang, cukup memberikan aksentuasi tersendiri ketika Siaga menyisir peta atau kantong-kantong partai pendukung Melki-Johni dengan isu-isu tertentu ditambah dengan isu putra daerah. Di sini Siaga cukup memberikan potret sebagai seorang yang memberikan rasa patriotisme misalnya. Ada sense of pride. Ini memberikan tekanan tersendiri,” jelas Jimmy.
Di sisi lain, Pakar Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana Rudi Rohi mengatakan ada temuan menarik, yakni para pendukung PSI tetap bersama Jane walaupun Jane sudah keluar dari PSI. PSI sendiri saat ini mendukung Melki-Johni. Sebaliknya, Partai Hanura yang mendukung Ansy-Jane justru pendukung terbesarnya mendukung Paket Siaga.
“Ini menunjukkan fenomena yang menarik. Kendati begitu, partai pengusung utama seperti PDIP dan Golkar, pendukungnya sebagian besar mendukung calon yang diusung partainya,” kata Rudi.
Hal berbeda ada di Nasdem. Nasdem mengusung Siaga, tapi berdasarkan hasil survei pendukung terbesar justru mendukung Ansy-Jane. Oleh karena itu, walaupun Ansy-Jane kehilangan sedikit pendukung Hanura ,tapi mereka berhasil mencuri dukungan dari pendukung PSI yang ada di koalisi Melki-Johni dan juga mencuri suara Nasdem yang mendukung Siaga.
“Bisa jadi ini suatu variabel penting yang membuat progresifitas elektabilitas Ansy-Jane meningkat dan memimpin saat ini,” pungkas Rudi.
Pada simulasi tiga pasangan calon, pasangan Ansy-Jane menempati urutan pertama dengan persentase suara 36,6 persen. Lalu, pasangan Emanuel Melkiades Laka Lena-Johni Asadoma (Melki-Johni) pada posisi kedua dengan 27,4 persen, dan pasangan Simon Petrus Kamlasi-Andrianus Garu (Siaga) dengan 23,9 persen.***