Pilih Ansy, Melki atau SPK?

oleh -28 Dilihat

(Analisis Terminologi ‘Orang Kita’)

Oleh : Verry Guru (Warga Kota Kupang-NTT)

Suara-ntt.com, Kupang- JIKA tak ada aral melintang, Rabu 27 November 2024 mendatang para pemilih yang telah terdaftar di dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2024-2029 melaksanakan hak politiknya untuk memilih pemimpin di ini daerah lima tahun mendatang. Karena itu, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi NTT telah menetapkan tiga pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) NTT pada Minggu (22/9/2024) silam.

Ketiga pasangan (sesuai nomor urut) itu yakni: pertama, Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto yang didukung koalisi PDI Perjuangan, Partai Hanura, PBB dan Partai Buruh; kedua, Emanuel Melkiades Laka Lena-Johanis Asadoma yang didukung koalisi Partai Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, Perindo, PPP, Partai Garuda, Gelora, Prima, dan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN); dan ketiga, Simon Petrus Kamlasi-Adrianus Garu yang didukung koalisi Partai Nasdem, PKB dan PKS.

Dalam banyak kesempatan, kita telah dan sering mendengar serta menyaksikan bahwa masyarakat yang ada di daerah ini telah mengetahui dengan seksama sepak terjang, track record dan prestasi-prestasi sosial politik yang telah ditorehkan masing-masing pasangan Cagub dan Cawagub NTT. Bahkan (kalau mau jujur) ketiga pasangan Cagub dan Cawagub NTT ini sesungguhnya merupakan resultante keterbelahan pilihan politik masyarakat pasca Pileg dan Pilpres, 14 Februari 2024 silam.

Menjadi unik dan tentunya menarik adalah pasangan Ansy dan Melki yang berbeda partai politik namun berasal dari etnis (Ende-Flores) dan agama (Katolik) yang sama. Sehingga tatkala Ansy dan Melki jor-joran atau adu kuat meyakinkan para pemilihnya untuk memilih mereka berdua maka tidak mengherankan; dampak dari momentum ini sangat menguntungkan paket SPK (Simon Petrus Kamlasi); yang merupakan satu-satunya figur dari etnis (Timor) dan beragama (Kristen Protestan).

Inilah titik berbahaya nan dilematis bagi masyarakat khususnya yang telah bulat dalam menentukan pilihan politik untuk memilih Ansy atau Melki. Kita semua tentu sependapat dan berharap agar dilema-dilema sosial politis yang dialami masyarakat pemilih di ini daerah; tidak akan memproduksi sikap anarkhisme dan kriminalisme sesaat yang dapat memporak-porandakan suasana persatuan dan persaudaraan serta kekeluargaan antar dan inter sesama anak bangsa yang ada di Provinsi NTT.

Karena itu, segenap kaum yang sadar dan mencita-citakan keadilan sosial dan keadilan politik; harusnya berjuang keras untuk membebaskan masyarakat NTT dari malpraktik pragmatisme dan dilema politik di atas. Masyarakat di Provinsi NTT harus bisa dibebaskan dari prasangka-prasangka feodal bahkan cenderung terjebak isu-isu primordialisme yang sudah ketinggalan zaman atau tidak relevan lagi di zaman now. Masyarakat kita tidak boleh lagi membeda-bedakan diri dan kepentingannya atas dasar sistem kedaerahan, kesukuan dan keluarga.

Hemat penulis, seharusnya fokus perhatian masyarakat NTT dikembalikan pada jalan yang benar yakni kepentingan sejatinya: kesejahteraan dan demokrasi. Karena itu, sangat penting untuk selalu mengingatkan masyarakat agar dalam memilih pasangan Cagub dan Cawagub NTT yang dapat membawa kesejahteraan dan demokratisasi ke dalam kehidupan masyarakat yang lebih maju, adil, makmur, dan sejahtera.

Di titik ini, segenap komponen masyarakat yang sadar dan perduli politik di daerah ini perlu menyikapinya dengan mengorganisasikan kesadaran kritis yang rasional bukan emosional apalagi sentimental-subyektif. Salah satu alternatifnya adalah dengan cara mengajak masyarakat membangun perkumpulan-perkumpulan dan diskusi-disakusi lepas yang efektif guna menemukan dan merumuskan aneka permasalahan beserta solusi yang efektif. Kemudian secara aktif mendesakkannya kepada Cagub dan Cawagub NTT agar menjadi program dan kegiatan yang direalisasikan jika kelak mereka terpilih sebagai pemimpin di ini daerah.

Dalam tataran yang minimalis, atau dalam bentuknya yang pasif, menjadikan aneka permasalahan yang kompleks tersebut sebagai alat penilai yang terukur dalam memilih secara langsung para pemimpinnya itu. Masyarakat kita harus diajak untuk sadar, kritis, dan rasional bahwa istilah orang kita; tidak boleh lagi dipandang dan dimaknai sebagai yang sesuku, seagama, sekeluarga atau sedaerah. Tetapi istilah orang kita harusnya mereka yang senantiasa memperjuangkan kepentingan masyarakat. Orang kita bagi kaum tani haruslah merupakan Cagub dan Cawagub NTT yang program-programnya memperjuangkan keadilan distribusi tanah, bantuan pupuk dan tehnologi secara murah, modern dan massal, dan juga harga komoditas pertanian yang adil bagi kaum tani.

Orang kita bagi segenap kaum miskin kota adalah Cagub dan Cawagub NTT yang aneka programnya menyediakan tempat yang layak huni, bantuan modal, dan kemudahan legalitas bagi pedagang kecil dan kaki lima. Orang kita bagi kaum buruh adalah Cagub dan Cawagub NTT yang berkomitmen terhadap Upah Minimum Provinsi (UMP) yang layak, menolak PHK yang semene-mena, menolak sistem kerja kontrak, dan menolak privatisasi asset-aset daerah. Orang kita bagi segenap rakyat adalah Cagub dan Cawagub NTT yang berbagai programnya secara ilmiah dapat menyediakan pendidikan dan kesehatan murah namun berkualitas, serta dapat menyelesaikan masalah keterbatasan lapangan kerja. Tidak bisa tidak, harus ada komitmen dan kerja keras bersama agar masyarakat NTT bebas dari malpropoganda dan malpraktik politik yang menyesatkan, sehingga akhirnya terminologi “Orang Kita” di kalangan masyarakat dapat diubah menjadi ”orang kita adalah Cagub dab Cawagub NTT Yang Mengusung dan mampu merealisasikan Program kita.”

Dengan nada yang sama, kita ingin mengatakan bahwa pertama, Cagub dan Cawagub NTT harus berani keluar dan mampu untuk melampaui kepentingan sempit dari para kroni dan pembisik-pembisik yang bermental benalu; kedua, Cagub dan Cawagub NTT harus mengutamakan kepentingan pelayanan publik dan memperhatikan secara serius kesejahteraan Aparatur Sipil Negara (ASN), tenaga P3K dan tenaga kontrak lainnya; ketiga, Cagub dan Cawagub NTT harus mampu dan berani melakukan afirmative action untuk masyarakat; dan keempat, Cagub dan Cawagub NTT harus mampu dan berani melakukan aneka perubahan dan sejumlah terobosan yang berarti demi kemajuan masyarakat dan daerah NTT yang dipimpinnya. Nah, di manakah pilihanmu wahai masyarakatku ? Apakah engkau akan memilih Ansy, atau Melki atau SPK?

Ingat suaramu sangat berharga dan berarti bagi kemajuan ini daerah.  Ayo berikan suaramu dengan memilih sesuai hati nurani, pikiran yang kritis dan rasional demi kemajuan NTT tercinta. Kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi?

Di ujung opini ini, ada teman terbaik mengirimkan WhatsApp yang berbunyi: jika anda menganggap kehidupan adalah sebuah pesta; nilai utama anda di dalam kehidupan adalah bersenang-senang. Jika anda melihat kehidupan sebagai suatu balapan; anda akan menghargai kecepatan dan mungkin akan sering berada dalam ketergesa-gesaan. Jika anda memandang kehidupan  sebagai suatu pertandingan lari marathon; anda akan menghargai kesabaran dan ketekunan. Dan jika anda memandang kehidupan sebagai sebuah pertempuran atau permainan maka kemenangan akan menjadi sangat penting bagi hidup anda. ***