Kupang Hadapi Tantangan Sanitasi, Program Water for Women Beri Solusi Inklusif

oleh -66 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Kota Kupang masih menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan sanitasi inklusif dan akses air minum yang aman dan berkelanjutan. Menjawab kebutuhan ini, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui program Water for Women (WfW) telah mendukung pengelolaan sampah dan penyusunan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) di Kota Kupang sejak 2023.

Selama dua tahun, program WfW berhasil melibatkan 389 kaum muda, 743 perempuan, dan 127 orang dengan disabilitas dalam berbagai kegiatan inklusif. Pada acara serah terima program WfW kepada Pemerintah Kota Kupang yang dilaksanakan hari ini (18/11/24), Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, menyampaikan apresiasi atas kontribusi besar program ini.

“Kota Kupang memiliki tantangan dalam penyediaan air minum yang aman dan berkelanjutan. Dengan upaya bersama, program WfW dapat menjadi solusi untuk mencapai target air minum yang aman bagi seluruh warga Kupang. Kami berharap praktik baik ini dapat terus dilanjutkan,” ujar Linus.

Rencana Pengamanan Air Minum dan Bank Sampah

Herbet Barimbing, Program Manager Plan Indonesia, menjelaskan bahwa program WfW telah membantu penyusunan RPAM bersama Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda AM) Kota Kupang. RPAM untuk SPAM Kali Dendeng, yang melayani lebih dari 3.000 pelanggan aktif, menjadi panduan untuk penyediaan air minum berkualitas.

Di sisi lain, WfW juga mendampingi empat bank sampah unit di Kota Kupang yang tersebar di Kelurahan Maulafa, Naioni, Nefonaek, dan Oebufu. Hingga kini, total 11,5 ton sampah berhasil dikelola. Program ini mendorong kelurahan lainnya untuk mereplikasi praktik baik tersebut guna mengatasi masalah sampah dan membangun ketahanan iklim.

“Bank Sampah menjadi kunci pengolahan sampah agar tidak menumpuk di TPA. Selain itu, hasil dari bank sampah memberikan nilai ekonomi tambahan bagi warga,” kata Kepala Bappelitbangda NTT, Dr. Alfonsius Theodorus.

Kesetaraan Gender dan Keterlibatan Disabilitas

Dalam manajemen sampah, program WfW menonjolkan kesetaraan gender dan inklusivitas dengan melibatkan perempuan, kaum muda, dan penyandang disabilitas. Hampir 40 persen dari tim manajemen sampah terdiri dari perempuan. Salah satunya adalah Rahmat (28), seorang pemuda disabilitas yang aktif dalam program Participatory Action Research (PAR).

“PAR membantu kami mengenali permasalahan, merencanakan, dan melakukan aksi bersama. Contohnya, kami telah melakukan sosialisasi tentang disabilitas, pengelolaan sampah, dan penanaman pohon,” jelas Rahmat.

Dampak Program WfW

Selama enam tahun pelaksanaannya, program WfW memberikan dampak langsung pada hampir 9.000 orang di Kota Kupang, Kabupaten Manggarai (NTT), dan Kabupaten Sumbawa (NTB). Program ini juga berkontribusi pada pencapaian lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), terutama untuk kelompok termarjinalkan seperti perempuan, anak perempuan, disabilitas, dan lansia.

Dengan berakhirnya program ini, Pemerintah Kota Kupang diharapkan dapat melanjutkan dan memperluas inisiatif yang telah dirintis untuk mencapai sanitasi inklusif dan berketahanan iklim di masa mendatang. ***