Suara-ntt.com, Ende-Yohanis Fransiskus Lema, atau yang akrab disapa Ansy Lema, calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu, menaruh inspirasi besar pada sosok legendaris bangsa Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung Karno. Sebagai Presiden pertama Indonesia dan perumus Pancasila, Bung Karno menjadi panutan utama Ansy Lema dalam membangun arah dan langkah politiknya.
Pancasila, dasar negara yang dikemukakan oleh Bung Karno selama masa pengasingan di Ende pada tahun 1934-1938, menjadi salah satu warisan berharga yang diadopsi Ansy Lema dalam perjuangannya. Selain Pancasila, Ansy Lema juga mengapresiasi Marhaenisme-ideologi yang dikembangkan oleh Bung Karno sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme dan penindasan, yang berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi bagi rakyat kecil seperti petani, buruh, dan nelayan.
Dalam berbagai kesempatan, Ansy Lema mengungkapkan bahwa semangat perjuangan Bung Karno sangat memotivasinya sejak muda hingga kini sebagai seorang politisi. “Bung Karno adalah sosok pejuang yang hebat dan tangguh. Pemikirannya bahkan telah diakui dunia, keberpihakannya bagi masyarakat kecil sungguh nyata. Karena itulah dari muda sampai sekarang saya selalu mengagumi dan mempelajari pikiran-pikiran besar Bung Karno,” ujar Ansy Lema di Ende pada Jumat (22/11/24).
Perjalanan politik Ansy Lema menunjukkan kesamaan koridor perjuangan dengan Bung Karno. Sebagai salah satu pemimpin pergerakan mahasiswa 1998 yang berhasil menggulingkan rezim Orde Baru dan membawa demokrasi ke Indonesia, Ansy Lema mencontohkan semangat perjuangan Bung Karno dalam konteks modern. Saat terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2019-2024, ia memilih untuk duduk di Komisi IV DPR RI yang membidangi Pertanian, Peternakan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kelautan dan Perikanan. Langkah ini diambil guna membantu masyarakat marjinal NTT, seperti nelayan, petani, dan peternak.
Ansy Lema juga dikenal sebagai alumni Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) yang berkomitmen menghadirkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat miskin. Ia bahkan menggagas perubahan akronim NTT dari “Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong” menjadi “Nelayan Tani Ternak,” mencerminkan fokusnya pada pemberdayaan masyarakat lokal.
Sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ansy Lema meneruskan tradisi partainya dalam mengamalkan pikiran-pikiran Bung Karno. “Saya adalah anak ideologis Soekarno, asal Ende. Asal NTT. Spirit perjuangan Soekarno saya wujudkan secara nyata dalam perjuangan saya membantu kaum miskin atau kaum Marhaen di NTT, yaitu para petani, peternak, dan nelayan. Mereka adalah dasar perjuangan saya untuk memajukan Tanah Flobamora ini,” ungkapnya.
Calon Gubernur NTT yang berpasangan dengan calon Wakil Gubernur perempuan ini juga menceritakan bahwa sebelum mencalonkan diri, PDIP melalui Sekretaris Jenderalnya, Dr. Hasto Kristiyanto, memberikan tiga buku berisi gagasan-gagasan Bung Karno sebagai panduan untuk membumikan pemikiran tersebut di provinsi tempat lahirnya Pancasila.
“Jika waktu muda, Bung Karno telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, maka saya telah berjuang untuk menumbangkan rezim totaliter Orde Baru. Jika Bung Karno adalah sosok yang sangat peduli terhadap petani, maka saya adalah politisi yang selalu bekerja demi petani, peternak dan nelayan. Saya tumbuh dalam partai yang sampai saat ini masih mengamalkan pikiran-pikiran Bung Karno. Saya adalah anak ideologisnya Bung Karno yang membaktikan diri untuk NTT,” tutupnya.
Dengan visi dan misinya yang terinspirasi oleh Bung Karno dan Marhaenisme, Ansy Lema berharap dapat membawa perubahan positif bagi NTT, memastikan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan bagi seluruh warga provinsi. ***