Suara-ntt.com, Kupang-Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Agus Sistyo Widjajati, menyebut kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebagai kontributor terbesar inflasi di NTT pada November 2024.
Kelompok ini menyumbang inflasi sebesar 0,16 persen (mtm) dari total inflasi 0,19 persen (mtm). Komoditas seperti beras, hortikultura, dan ikan lokal menjadi penyebab utama pergerakan harga tersebut.
Data Nilai Tukar Petani (NTP) November 2024 menunjukkan bahwa kesejahteraan petani masih perlu diperbaiki. Sub sektor tanaman pangan mencatat NTP sebesar 99,22, hortikultura 97,28, dan penangkapan ikan 89,07, yang semuanya berada di bawah angka 100. Kondisi ini menandakan pendapatan petani belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi mereka.
Dorongan BI untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, Bank Indonesia NTT memberikan bantuan sarana pertanian kepada Kelompok Tani We-Babotok di Atambua, Kabupaten Belu. Bantuan tersebut berupa traktor roda empat, lengkap dengan pelatihan operator traktor dan penerapan Good Agricultural Practices (GAP). Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Belu.
Selain itu, BI NTT menyelenggarakan seminar bertema “Petani Muda Keren Canggih Kelola Pertanian (Panen Cakep)”. Seminar ini menghadirkan petani muda profesional yang sukses mengoptimalkan teknologi modern dalam pertanian. Harapannya, generasi muda terinspirasi untuk turut serta memajukan sektor pertanian di NTT.
Penguatan Tata Niaga Melalui Kerjasama Antar Daerah
Produksi melimpah di sisi hulu sering kali menyebabkan penurunan harga yang tidak selalu menguntungkan petani. Untuk mengatasinya, BI NTT mendorong penguatan tata niaga melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD). Inisiatif ini bertujuan memastikan distribusi hasil pertanian yang lebih efisien dan stabilitas harga yang menguntungkan petani.
Selain mendorong KAD, BI NTT juga mengadakan pelatihan untuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui kegiatan Capacity Building dan Rakor TPIP/TPID. Pelaku usaha, pemerintah daerah, dan kementerian/lembaga terkait dilibatkan dalam rangka memperkuat koordinasi pengendalian inflasi.
Inflasi Terkelola, Tantangan Hulu-Hilir Terus Dioptimalkan
Inflasi NTT pada November 2024 tercatat sebesar 0,83 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional sebesar 1,55 persen (yoy) dan masih dalam batas sasaran 2,5±1 persen (yoy). Meski pengelolaan inflasi di NTT dinilai efektif, penguatan di sektor hulu dan hilir tetap menjadi prioritas untuk mendukung stabilitas harga, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. ***