Pendeta Ruben Nesimnasi: Praksis Berteologi untuk Memperkokoh Pelayanan Kristus di Dunia

oleh -58 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Pendeta Dr. Ruben Nesimnasi, M.Th menyampaikan pandangan mendalam mengenai praksis berteologi. Seminar ini menyoroti pentingnya menjadikan gereja dan umat sebagai subjek dalam membaca dan menafsirkan Alkitab serta berteologi secara kontekstual.

Alkitab sebagai Teks Terbuka

Dr. Ruben menekankan bahwa Alkitab adalah teks terbuka yang selalu relevan dengan berbagai konteks kehidupan. Ia menjelaskan bahwa interpretasi Alkitab bukan hanya tugas para pakar teologi, melainkan juga kaum awam yang berperan penting dalam membangun makna melalui pengalaman hidup mereka.

“Interpretasi Alkitab adalah proses yang dinamis. Setiap pembaca membawa prapaham yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, dan pengalaman pribadi,” ungkapnya dalam dalam seminar ekumene bertajuk “Praksis Berteologi dalam Aneka Perspektif di Era Disrupsi” yang digelar di Hotel Cahaya Bapa, Kupang, pada Rabu, 18 Desember 2024,

Lebih lanjut, ia menggarisbawahi bahwa Alkitab sebagai kanon berfungsi sebagai pengukur kebenaran, tetapi interpretasinya tetap terbuka untuk dimodifikasi dan disesuaikan dengan konteks zaman.

Keragaman Pendekatan dan Metode

Seminar ini juga membahas berbagai pendekatan dalam membaca dan menafsir Alkitab, termasuk model non-kritis, kritis historis, kritis literal, dan tanggapan pembaca. Menurut Dr. Ruben, keragaman ini mencerminkan kekayaan iman dan membuka ruang dialog antar denominasi serta komunitas.

Ia juga mengutip pemikiran Emanuel Gerrit Singgih yang menyebutkan perlunya sola scriptura plus, yakni membaca Alkitab dengan kesadaran akan filter sosial dan budaya yang dimiliki pembaca. Hal ini membantu umat untuk memahami Alkitab secara relevan dengan konteks kehidupan mereka.

Praksis Berteologi dalam Pelayanan

Dalam paparannya, Dr. Ruben menjelaskan bahwa praksis berteologi harus mencerminkan keseimbangan antara teori (theoria) dan praktik (praksis).

“Berteologi tidak hanya mencakup pemahaman intelektual, tetapi juga refleksi iman yang terwujud dalam tindakan nyata. Teologi yang hidup adalah yang relevan dengan kebutuhan zaman dan mampu menjawab tantangan kontekstual,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya hikmat Alkitabiah dalam memengaruhi kehidupan sehari-hari. Hikmat tersebut, menurutnya, muncul dari pemahaman yang mendalam tentang firman Tuhan dan penerapannya secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan.

Dr. Ruben menyimpulkan bahwa praksis berteologi merupakan fondasi pelayanan yang kokoh. Beberapa poin penting yang disampaikan adalah:

1. Pendekatan Praksis Teologi: Pelayanan membutuhkan pendekatan yang mengintegrasikan refleksi teoretis dan praksis untuk memberdayakan umat.

2. Kontekstualisasi Alkitab: Membaca dan menafsir Alkitab secara kreatif dan inovatif akan menghasilkan makna yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Keterlibatan Kaum Awam: Keragaman interpretasi membuka peluang bagi seluruh warga jemaat untuk terlibat dalam proses berteologi.

Dengan mengedepankan prinsip cinta kasih, inklusivitas, dan kejujuran, Dr. Ruben mengajak seluruh umat untuk menjadikan praksis berteologi sebagai sarana memperkokoh pelayanan Kristus di dunia. Seminar ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali peran gereja dalam menjawab tantangan era disrupsi. ***