Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau Berperan Penting dalam Inflasi NTT 2024

oleh -35 Dilihat
Oplus_131072

Suara-ntt.com, Kupang-Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, Agus Sistro Widjajati, menyampaikan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi faktor utama dalam menentukan tingkat inflasi di Provinsi NTT sepanjang tahun 2024. Pada bulan Desember 2024, tingkat inflasi tercatat sebesar 0,82 persen (mtm) atau 1,19 persen (yoy), yang masih berada di bawah target inflasi nasional sebesar 2,5 persen ± 1 persen (yoy).

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi dengan andil 0,87 persen (mtm). Komoditas strategis seperti beras, bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah menjadi penyumbang utama dalam kelompok ini. Faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga tersebut adalah belum optimalnya produktivitas, ketersediaan yang kurang mencukupi sepanjang tahun, serta tingginya ketergantungan pasokan dari luar Provinsi NTT.

Dorongan Peningkatan Produksi Pertanian

Agus menekankan bahwa peningkatan produksi pertanian menjadi kunci dalam menjaga stabilitas inflasi dan upaya mencapai swasembada pangan di Provinsi NTT. Faktor penting dalam peningkatan produksi meliputi peningkatan kapasitas petani dalam mengolah lahan, ketersediaan sarana dan prasarana produksi seperti benih dan pupuk, serta pemanfaatan teknologi pertanian yang lebih baik.

Berdasarkan data BPS, sebanyak 77,41 persen petani di NTT masih belum memanfaatkan teknologi modern dalam pengolahan lahan, sementara 44,77 persen lahan sawah masih mengandalkan tadah hujan tanpa sistem irigasi yang memadai. Hal ini menyebabkan hasil produksi yang belum optimal.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Bank Indonesia turut berperan aktif dengan mendistribusikan berbagai sarana produksi pertanian kepada kelompok tani di NTT. Bantuan tersebut meliputi traktor roda empat, hand tractor, sumur bor, transplanter, combine harvester, serta penyediaan benih dan pupuk.

Diversifikasi Pangan sebagai Upaya Pengendalian Inflasi

Selain peningkatan produktivitas, Agus juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan komoditas lokal. Diversifikasi ini diharapkan mampu menekan ketergantungan pada bahan pangan dari luar daerah sekaligus menjaga stabilitas harga di pasar.

Sinergi dan Kolaborasi untuk Menjaga Inflasi di 2025

Menatap tahun 2025, Bank Indonesia memperkuat sinergi lintas sektoral dalam mengendalikan inflasi guna mencapai target inflasi nasional sebesar 2,5 persen ± 1 persen (yoy). Upaya pengendalian akan terus diintensifkan melalui berbagai program seperti gerakan pasar murah, sidak pasar, peningkatan produksi pertanian, penerapan Good Agricultural Practices (GAP), serta kerja sama antar daerah (KAD).

Peran serta masyarakat juga diharapkan dalam mendukung program pengendalian inflasi, termasuk dengan meningkatkan konsumsi pangan lokal dan mendukung diversifikasi pangan.

“Sinergi dan kolaborasi yang kuat diharapkan mampu menjaga inflasi dalam rentang sasaran yang ditetapkan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Provinsi NTT,” tutup Agus Sistro Widjajati. ***