Suara-ntt.com, Kupang-Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, menerima kunjungan Pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI) NTT di ruang kerjanya pada Rabu (15/01/25). Pertemuan ini bertujuan untuk menggagas kegiatan diseminasi penanggulangan Tuberkulosis (TBC) demi meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya TBC serta pentingnya pencegahan dan pengobatan.
Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua PD IBI NTT Damita Palalangan, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang Tiurmasarai Saragih, pengurus IBI NTT Hironima Niyati Fitri dan Bendelina Kaka Mone, serta Staf Program IBI-Unicef Arianti Inangele dan Evlin Palalangan.
Dalam arahannya, Linus Lusi menegaskan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, termasuk di Kota Kupang. “Kita perlu terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya TBC dan langkah-langkah pengendaliannya. Pemerintah Kota Kupang mendukung penuh inisiatif ini agar masyarakat dapat lebih teredukasi,” ujar Linus.
Ia menekankan pentingnya data survei dasar (baseline survey) yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Kupang, IBI, dan Unicef sebagai pijakan dalam menyusun strategi edukasi, promosi, serta langkah preventif secara optimal. “Meski berbagai upaya edukasi telah dilakukan, beberapa wilayah masih rentan akibat faktor sanitasi dan indikator kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat penting untuk mengedukasi masyarakat,” tambahnya.
Linus berharap kegiatan diseminasi ini mampu mendorong rencana aksi lanjutan dengan melibatkan berbagai pihak secara kolaboratif.
Senada dengan Penjabat Wali Kota, Ketua IBI NTT, Damita Palalangan, menyampaikan bahwa kegiatan diseminasi akan dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, dan distribusi bahan informasi kepada masyarakat. Ia menegaskan pentingnya kerja sama multi-sektor dalam penanganan TBC.
“Peserta kegiatan ini akan mencakup perwakilan pemerintah kecamatan, kelurahan, serta tokoh masyarakat. Sebelumnya, pada tahun 2022 hingga 2024, IBI NTT bersama mitra telah melatih guru PAUD, SD, dan SMP untuk melakukan skrining gejala awal TBC dan pencegahan pada anak didik mereka,” jelas Damita.
Ia menambahkan bahwa persoalan TBC bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan, tetapi tanggung jawab bersama lintas sektor. “Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak adalah kunci eliminasi TBC melalui penguatan kelembagaan serta sosialisasi yang masif,” tutupnya. ***