PKK NTT Terapkan ‘Jurus’ Khusus Atasi Stunting dan Gizi Buruk

oleh -181 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Meskipun pada tahun 2020, Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi NTT hanya dialokasikan anggaran Rp 30 miliar. Namun ada ‘jurus’ dan strategi khusus dari PKK NTT untuk mencegah dan mengatasi stunting, gizi buruk dan program lain yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat terus digelorakan.

Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi NTT, Julia Sutrisno Laiskodat mengatakan, PKK mempunyai 10 program pokok dan dari program-program tersebut didalamnya mengurus dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang bersentuhan langsung dengan 39 perangkat daerah (PD) yang ada dilingkup Pemerintah Provinsi NTT.

“Dari sepuluh program ini saya melihat bahwa program yang lalu sudah bagus dan kami berdua bersepakat untuk menyempurnakan. Saya dengan ibu Meri lebih konsentrasi ke sumber daya manusia atau SDM. Karena dari data yang ada di kita, NTT termasuk kasus stunting tertinggi dan gizi terburuk”.

“Kita tahu bahwa stunting dan gizi buruk itu mempengaruhi kecerdasan seseorang. Dengan demikian, kami PKK lebih fokus kepada bagaimana mencegahnya supaya kasus stunting dan gizi buruk tidak mengalami kenaikan,”katanya didampingi oleh Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, Maria Fransisca Djogo pada acara coffe morning wartawan di Kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT, Kamis (8/10/2020).

Julia mengatakan, saat ini di NTT ada 3.026 desa tidak mungkin semua program dieksekusi dalam satu atau lima tahun.

“Tidak bisa menjangkau semuanya karena kita bukan Tuhan. Jadi kami di PKK bersepakat untuk membuat satu terobosan yang namanya desa model atau pilot project. Kami memilih dan dibantu oleh ibu-ibu di kabupaten/kota untuk membentuk satu desa model di setiap kabupaten. Kalau di Kota Kupang yang jadi kelurahan model adalah Kelurahan Manutapen,”ungkap anggota DPR RI dari Partai NasDem.

Dikatakan, pihaknya tidak hanya memilih desa atau kelurahan model tetapi membuat program yang mencegah stunting dan gizi buruk di NTT.

“Saya mau katakan banyak orang yang omong soal stunting dan gizi buruk tapi pelaksanaan tidak ada,”ujar Bunda Paud ini.

Dijelaskan, dengan anggaran yang ada mulai dari anak-anak PAUD dan anak SD dianggarkan untuk sarapan pagi bersama. Dan itu dilakukan setiap pagi selama setahun mereka bersekolah disitu akan terus mendapatkan sarapan pagi bersama.

“Gizinya kita sudah berkonsultasi dengan ahli gizi didalamnya ada kelor dan ikan. Karena kelor kita yang terbaik di dunia dan gizinya 17 kali lebih baik dari susu. Dan ikan itu sangat baik untuk anak-anak supaya otaknya lebih cerdas. Yang memasak menu itu adalah ibu-ibu PKK yang ada di tempat itu. Selain anak kita sehat perputaran ekonomi berdampak posetif bagi masyarakat,”pintanya.

Stunting itu tidak bisa hanya dicegah pada 1.000 hari pertama bayi dilahirkan tetapi harus dilakukan secara kontinyu sesuai dengan siklus kemanusian.

Selain itu kata dia, ada program dari PKK untuk anak SMP dan SMA dengan memberikan vitamin untuk remaja putri yang mana suatu saat akan hamil dan melahirkan supaya tubuh bisa melahirkan bayi yang sehat.

“Kami akan cekokin dari Dinas Kesehatan dan diluar dari situ,”imbuhnya.

Untuk ibu hamil dianggarkan untuk asupan gizi. Dan selama enam bulan ASI dari anak harus diperhatikan karena itu hak anak.

“Jadi kami mempunyai asupan tambahan untuk ibu hamil dan menyesui. Selain itu anak-anak balita yang umurnya dari enam bulan sampai 24 bulan itupun kami anggarkan asupannya dan itu dikerjakan oleh ibu-ibu PKK yang ada didaerah itu,”bebernya.

Lebih lanjut kata dia, ada program pengembangan potensi anak dan remaja melalui warung bakat dan minat (Warung Bakmi). Melalui program ini dapat meningkatkan potensi, bakat dan minat olahraga dari para remaja di desa/kelurahan model PKK dengan menyediakan fasilitas yang ada berupa sarana prasarana olahraga yang ada.

Selain itu ada program remaja bersih lingkungan (Resing) menjadi salah satu bentuk kegiatan untuk menumbuhkan kepedulian dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Kemudian pemberian bantuan alat untuk pengolahan sampah di desa berupa gerobak sampah, tempat sampah hasil karya karang taruna dengan memanfaatkan bahan baku di desa dan dibagikan sesuai jumlah KK serta biaya operasional pelaksanaan pengangkut dengan honor Rp 2 juta per bulan bagi petugas pengangkut sampah.

PKK Provinsi NTT juga mempunyai kegiatan dan program pemberdayaan dan kreativitas lanjut usia merupakan bentuk perhatian pada kaum lansia sehingga masih tetap berperan dalam pembangunan dengan berkreasi dari perca kain tenun kemudian dijual ke Dekranasda Kabupaten/Kota maupun dibeli langsung oleh Dekranasda Provinsi NTT.

Selanjutnya pemberdayaan sanggar budaya untuk pelestarian budaya. Dimana setiap desa/kelurahan model harus mempunyai sanggar budaya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan potensi budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan secara turun temurun bagi kesejahteraan masyarakat dan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Dan PKK sendiri menyediakan sarana prasarana berupa sound system, keyboard, gitar, gong, tambur dan seragam sanggar budaya.

Dalam kesempatan itu istri Gubernur NTT ini juga menjelaskan, dari desa model itu pihaknya memilih sepasang seorang laki-laki dan perempuan yang umur dibawah 25 tahun untuk semua kegiatan dan program yang ada.

“Mereka kita kasih gaji atau honor Rp 2 juta per orang untuk mengawal kegiatan-kegiatan yang ada. Setelah direkrut tiga bulan pertama akan kirim ke Kediri Kampung Inggris untuk mereka untuk belajar Bahasa Inggris,”pungkas Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Bali ini. (Hiro Tuames)