Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi NTT ada kurang lebih 122.000 ekor babi mati akibat atau dampak dari Virus African Swine Fever (ASF) atau yang dikenal dengan Virus Demam Babi Afrika yang menyerang NTT sejak tahun 2020 dan mengakibatkan populasi ternak babi di NTT menurun drastis. Selain itu masyarakat peternak juga mengalami kerugian miliaran rupiah.
Untuk diketahui bahwa bibit ternak babi semakin langka dan harga ternak serta daging babi melonjak tajam. Kemudian virus ini juga memiliki dampak psikologi sosial yang besar sehingga masyarakat takut dan ragu untuk kembali beternak babi lagi.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi mengajak masyarakat NTT untuk kembali mengembangkan ternak babi.
Acara yang dihelat oleh Prisma Indonesia bersama Dinas Peternakan Provinsi NTT dilakukan secara luring atau ofline dan daring atau online.
“Kita jangan takut. Apa saja kita tidak boleh takut, waspada boleh. Apapun kejadiannya, apa saja yang namanya penyakit babi atau penyakit hewan menular lainnya, kita tidak boleh takut, tapi waspada. Dan kita harus mencari jalan keluarnya,” kata Wagub Nae Soi ketika membuka dan memberi sambutan pada kegiatan Kick Off Kampanye Kesadaran ASF dan Penyakit Hewan Menular Lainnya dalam Rangka Mendukung Pemulihan Sektor Babi di Aula El Tari pada Senin, 25 Juli 2022.
Wagub menegaskan masyarakat wajar merasa takut karena apa gunanya pelihara babi kalau kemudian mati. Namun dengan berbagai kebijakan dan kegiatan,penyuluhan dan ikhtiar dari pemerintah bersama berbagai komponen masyarakat lainnya, penyakit ASF sudah bisa dikendalikan dan masyarakat mulai paham tentang langkah-langkah yang dilakukan agar ternak babi terhindar dari virus ASF.
“Saya menghimbau kepada masyarakat NTT, mulai sekarang dengan kegiatan yang mulai normal, mari kita pelihara babi seperti biasa lagi. Karena penyakit ASF mulai bisa ditangani. Pemerintah pasti cari jalan keluar. Mari kita mulai bangkit, mari kita pelihara babi,” ungkap Wagub JNS.
Dikatakan, bagi masyarakat NTT, babi punya peran strategis bukan hanya untuk kepentingan ekonomis tapi juga dalam struktur sosio kultural masyarakat.
“Tanpa babi, berbagai upacara adat bisa batal dilaksanakan. Mulai sekarang, kita tidak hanya (selesai, red) berkumpul di sini. tapi saat kembali masyarakat, semua pihak entah itu mahasiswa, LSM, para pendidik dan semua pihak lainnya, beritahu kepada masyarakat agar mulai sekarang pelihara babi lagi. Karena dengan babi, kita bisa lakukakn kegiatan ekonomi, sosial dan budaya,”pungkasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Peternakan NTT, Johanna Lisapaly menjelaskan jumlah ternak babi yang mati akibat virus ASF yang dilaporkan secara resmi ke dinas Peternakan Provinsi NTT kurang lebih 122.000 ekor. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Pemerintah Provinsi telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalain untuk atasi penyebaran Virus ASF.
“Diperkirakan ternak babi yang mati di seluh NTT lebih dari yang dilaporkan secara resmi. Setelah berbagai upaya yang dilakukan, sampai dengan Juli 2022 ini, tidak ada lagi laporan kematian babi akibat ASF. Tujuan kegiatan hari ini adalah untuk membangkitkan kembali industri peternakan di NTT,” jelas Johanna Lisapaly.
Pimpinan Prisma Indonesia, Mohazin Kadir menjelaskan Prisma dalam kemitraan dengan pemerintah berupaya agar semangat masyarakat untuk pelihara babi kembali bangkit.
“Kegiatan kampanye ini nantinya diharapkan dapat memulihkan kepercayaan diri masyarakat untuk pelihara babi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan Virus ASF dan penanganannya,” jelas Mohazin.
Kampanye berbagai hal tentang ASF ini juga melibatkan influencer youtuber NTT, Kaboax.
Wagub NTT dalam kesempatan tersebut juga secara resmi meluncurkan kegiatan Kick Off Kampanye Kesadaran ASF dan Penyakit Hewan Menular Lainnya dalam Rangka Mendukung Pemulihan Sektor Babi melalui penekanan sirene. (HT)