Ana Kolin Sebut Saatnya Perempuan Diberi Ruang di Pilkada Flores Timur

oleh -434 Dilihat

Foto: Ana Waha Kolin (Foto Istimewa)

Suara-ntt.com, Kupang-Meskipun gong pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2024 belum resmi ditabuh oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun sejauh ini sudah begitu banyak figur yang sudah mulai tebar pesona dalam hajatan lima tahunan itu.

Dan salah satu figur perempuan potensial yang sudah menyatakan kesiapannya untuk maju dalam Pilkada di Kabupaten Flores Timur (Flotim) pada tahun 2024 adalah Ana Waha Kolin.

Untuk diketahui Ana Waha Kolin yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nusa Tenggara Timur (NTT) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dimana beliau kembali terpilih sebagai Anggota DPRD Provinsi NTT dalam Pemilu 14 Februari 2024 lalu untuk periode kedua.

Ana dengan tegas nyatakan siap maju sebagai bakal calon Bupati Flores Timur di Pilkada November 2024 mendatang.

“Terkait Pilkada Flores Timur, saya pikir sesekali perempuan dikasih kesempatan dan ruang untuk memimpin sebuah wilayah. Karena tangan perempuan itu tangan yang sangat terampil dan dia akan mengelola semuanya dengan hati tanpa emosional,” kata Ana Kolin kepada wartawan di ruang Fraksi PKB DPRD Provinsi NTT pada Senin, 18 Maret 2024.

Dikatakan, ruang politik bagi perempuan harus diciptakan bersama, sehingga bisa mengikis secara perlahan budaya patriarki.

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.

“Ruang itu harus diberikan, sehingga kita bisa mengikis secara perlahan budaya patriarki. Seharusnya perempuan diberi ruang sama dengan laki-laki,” ujarnya.

Ditegaskan, figur seorang perempuan itu layak dijual untuk menjadi pemimpin sebuah wilayah.

Lebih lanjut kata dia, selalu siap maju di pilkada jika mendapat mandat dari partainya yakni PKB. Sebab, untuk maju dalam kontestasi Pilkada Flores Timur harus menggunakan kendaraan politik yaitu partai politik.

“Sebagai kader partai, wajib hukumnya tidak boleh menentang instruksi dari partai. Tetapi juga kita harus lihat situasi dan kondisi di lapangan seperti apa,”imbuhnya.

Ia menambahkan, tidak ada demokrasi tanpa keterwakilan perempuan dan tidak ada demokrasi sejati tanpa keterwakilan perempuan.

“Karena bagaimana ruang itu harus diberi,”tandasnya. ***