Angkatan Kerja di NTT Masih Didominasi Tamatan SD

oleh -380 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Tingkat pendidikan dapat mengindikasikan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Pada Agustus 2022 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT merilis penduduk bekerja masih didominasi tamatan atau berpendidikan SD ke bawah (tidak/belum pernah sekolah/belum tamat SD/tamat SD),  sebesar 50,06 persen. Sementara tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yaitu Diploma dan Strata Satu (S-1) sebesar 13,38 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Matamira B. Kale mengatakan, distribusi penduduk bekerja menurut pendidikan masih menunjukkan pola yang sama baik pada Agustus 2020 maupun Agustus 2021. Dibandingkan dengan Agustus 2021, tenaga kerja dengan pendidikan SD ke bawah, SMP, dan Diploma I/II/III mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,31 persen poin, 0,75 persen poin, dan 0,06 persen poin. Sementara penduduk bekerja dengan pendidikan SMA dan Universitas mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,79 persen poin dan 0,33 persen poin

Dijelaskan, penduduk usia kerja merupakan semua orang yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja mengalami tren yang cenderung meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Nusa Tenggara Timur.

Dikatakan, jumlah penduduk usia kerja pada Agustus 2022 sebanyak 4,02 juta orang, naik sebanyak 0,06 juta orang dibanding Agustus 2021. Sebagian besar penduduk usia kerja merupakan angkatan kerja yaitu 3,02 juta orang, sisanya termasuk bukan angkatan kerja sebesar 1,00 juta orang.

Kemudian komposisi angkatan kerja pada Agustus 2022 terdiri dari 2,92 juta orang penduduk yang bekerja dan 0,11 juta orang pengangguran. Apabila dibandingkan Agustus 2021 terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 0,10 juta orang sedangkan penduduk bekerja
mengalami peningkatan sebanyak 0,11 juta orang.

Sejalan dengan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mempunyai pola yang sama. TPAK adalah persentase banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk usia kerja. TPAK mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara/wilayah. TPAK pada Agustus 2022 sebesar
75,23 persen, naik 1,45 persen poin dibanding Agustus 2021. Berdasarkan jenis kelamin, TPAK laki-laki sebesar 82,85 persen lebih tinggi dibanding TPAK perempuan yang sebesar 67,87
persen. Apabila dibandingkan Agustus 2021, baik TPAK laki-laki maupun TPAK perempuan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,32 persen poin dan 2,53 persen poin.

Dia menguraikan komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dapat menggambarkan penyerapan tenaga kerja di pasar kerja untuk masing-masing sektor. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2022, tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu sebesar 49,36 persen; Industri pengolahan sebesar 11,43 persen; dan Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 11,03 persen.

Pola lapangan kerja dalam menyerap lapangan kerja ini masih sama dengan Agustus 2021. Tiga kategori lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja terbesar jika dibandingkan dengan Agustus 2021 adalah Industri Pengolahan (0,87 persen
poin); Transportasi dan Pergudangan (0,52 persen poin); dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya (0,42 persen poin).

Sementara tiga lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja paling besar adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
(1,01 persen poin); Konstruksi (0,61 persen poin); dan Perdagangan Besar dan Eceran (0,49 persen poin)

Lebih lanjut kata dia, pada Agustus 2022, penduduk bekerja paling banyak berstatus Pekerja keluarga/tidak dibayar yaitu sebesar 24,11 persen, sementara yang paling sedikit berstatus berusaha dibantu buruh tetap/dibayar yaitu sebesar 1,23 persen. Dibandingkan Agustus 2021, status pekerjaan yang mengalami penurunan adalah pekerja keluarga/tidak dibayar (2,82 persen poin), berusaha
dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar (1,03 persen poin), berusaha dibantu buruh tetap dibayar (0,69 persen poin), pekerja bebas pertanian (0,67 persen poin) dan pekerja bebas di nonpertanian (0,57 persen poin).

Berdasarkan status pekerjaan utama, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi kegiatan formal dan informal. Penduduk yang bekerja di kegiatan formal mencakup mereka yang berusaha dengan dibantu buruh tetap/dibayar dan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya dikategorikan sebagai kegiatan informal (berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tak dibayar).
Pada Agustus 2022, penduduk yang bekerja di kegiatan informal sebanyak 2,19 juta orang (75,24 persen), sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 0,72 juta orang (24,76 persen).

Penduduk bekerja di kegiatan informal pada Agustus 2022 turun sebesar 0,73 persen
poin jika dibandingkan Agustus 2021.

Di Nusa Tenggara Timur, sebagian besar penduduk bekerja sebagai pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu) dengan persentase sebesar 52,44 persen pada Agustus 2022.

Sementara 47,56 persen merupakan pekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu). Pekerja tidak penuh dikelompokkan dalam dua kategori yaitu setengah pengangguran
dan pekerja paruh waktu, masing-masing sebesar 12,50 persen dan 35,06 persen. Pekerja tidak penuh mengalami penurunan sebesar 6,29 persen poin jika dibandingkan Agustus 2021.

Setengah pengangguran adalah mereka yang jam kerjanya di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam per minggu), dan masih mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan lain. Tingkat setengah pengangguran pada Agustus 2022 adalah sebesar 12,50 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk bekerja terdapat sekitar tiga belas orang yang termasuk setengah
penganggur. Dibandingkan Agustus 2021, tingkat setengah pengangguran mengalami penurunan sebesar 1,69 persen poin.

Pada Agustus 2022, tingkat setengah pengangguran laki-laki sebesar 13,59 persen, sedangkan tingkat setengah pengangguran perempuan sebesar 11,23 persen. Dibandingkan
Agustus 2021, tingkat setengah pengangguran baik laki-laki maupun perempuan mengalami penurunan masing-masing 1,37 persen poin dan 2,03 persen poin.  (Hiro Tuames)