Suara-ntt.com, Maumere-Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu, Yohanis Fransiskus Lema, atau yang akrab disapa Ansy Lema, mengunjungi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di kamp pengungsian di Waigete, Kabupaten Sikka, pada Rabu (13/11/2024) malam.
Kunjungan Ansy Lema membawa semangat empati dan kepedulian kepada warga terdampak yang jumlahnya mencapai 630 jiwa dan diperkirakan akan terus bertambah.
Para pengungsi di Waigete berasal dari lima desa di Kecamatan Talibura yang terkena dampak terparah akibat letusan Gunung Lewotobi, yaitu Desa Kringa, Desa Hikong, Desa Timutawa, Desa Ojan, dan Desa Udak Dueng.
Politisi PDI Perjuangan ini turut membawa sejumlah bantuan kemanusiaan berupa sembako, peralatan mandi, perlengkapan khusus bayi dan perempuan, tempat penampungan air seperti ember dan gayung, serta masker.
“Kami sudah berusaha mencari tahu kebutuhan utama di sini, dan salah satu yang penting adalah penampungan air. Karena itu, kami membawa ember dan gayung, juga sembako dan peralatan khusus lainnya sebagai bentuk perhatian dan simpati kami,” ujar Ansy, alumnus Pascasarjana Universitas Indonesia (UI).
Dalam kunjungan ini, mantan anggota DPR RI tersebut mendatangi setiap tenda pengungsian untuk menyapa dan mendengar langsung kebutuhan para korban. Dengan latar belakang pengalaman pribadinya saat gempa dan tsunami Flores tahun 1992, Ansy menunjukkan empati mendalam.
“Kita berdoa agar Tuhan gerakkan hati banyak orang untuk membantu. Saya pernah merasakan ini, saat gempa dan tsunami tahun 1992, saat itu saya tidur beratapkan langit,” kenangnya.
Kedatangan Ansy disambut baik oleh pejabat setempat, termasuk Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Sikka, Konstantia Arankoja, dan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sikka, Rudolfus Ali. Konstantia menyatakan bahwa alat penampung air merupakan kebutuhan mendesak di pengungsian.
“Terima kasih Pak Ansy, bantuan ember dan gayung ini terlihat sederhana namun sangat dibutuhkan,” ungkapnya.
Saat ini, total pengungsi yang terdata di Waigete mencapai 630 jiwa, namun jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah hingga sekitar 5.000 orang, mengingat wilayah terdampak mencakup kecamatan lain seperti Waiblama, Doreng, dan Mapitara.
Menurut Konstantia, setiap pengungsi didata secara kategorial berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kebutuhan khusus, guna memastikan bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
“Dengan pengkategorian ini, bantuan yang kami berikan dapat tepat sasaran, baik untuk lansia, bayi, ibu hamil, ibu menyusui, maupun kelompok berkebutuhan khusus lainnya,” tutupnya. ***