Ansy Lema: Membangun NTT Berbasis Potensi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat

oleh -51 Dilihat

Suara-ntt.com, Kalabahi-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menghadapi berbagai tantangan berat, termasuk tingginya angka kemiskinan, kasus stunting, kurangnya lapangan pekerjaan, kondisi infrastruktur jalan yang buruk, ketersediaan air yang terbatas, dan beban utang pemerintahan sebelumnya. Kondisi ini semakin dirasakan oleh masyarakat NTT, termasuk kalangan milenial di Kalabahi, Alor.

Fahmi, seorang pemuda asal Kalabahi, menyampaikan bahwa minimnya kesempatan pendidikan tinggi dan lapangan kerja menjadi masalah yang terus membelenggu. “Kami milenial ini banyak yang menganggur, Kaka Ansy. Setelah tamat sekolah, sedikit dari kami yang bisa lanjut ke perguruan tinggi. Namun, lapangan pekerjaan tidak ada dan akhirnya kami menganggur,” ungkap Fahmi.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur NTT, Yohanis Fransiskus Lema atau yang akrab disapa Ansy Lema, menyatakan bahwa pembangunan NTT harus berlandaskan pada potensi yang dimiliki provinsi kepulauan ini. Politisi PDI Perjuangan ini menilai bahwa NTT memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata, terutama dengan keindahan alam dan keunikan budaya yang ada.

“NTT memiliki kekayaan alam yang indah dan eksotis, serta keragaman budaya yang luar biasa. Kabupaten Alor, misalnya, memiliki keindahan laut dan pesona wisata budaya yang unik. Ini adalah potensi yang bisa kita kembangkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat,” ujar Ansy.

Ia menekankan pentingnya pengembangan lapangan kerja yang tidak hanya bergantung pada sektor Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terbatas. “Membangun NTT harus dimulai dari apa yang kita miliki saat ini. Pariwisata, misalnya, dapat menjadi lokomotif yang menggerakkan ekonomi daerah,” jelasnya.

Ansy mengusulkan pembangunan pariwisata berbasis komunitas (community-based ecotourism) yang memungkinkan masyarakat kecil, seperti petani, nelayan, dan pelaku UMKM, untuk turut serta sebagai bagian dari pelaku pariwisata. Menurutnya, pariwisata dapat membuka peluang ekonomi di berbagai sektor, seperti transportasi, kuliner, dan kerajinan, sehingga dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat lokal.

Selain sektor pariwisata, Ansy juga akan memperbaiki sistem pengelolaan komoditas lokal. Ia melihat perlunya mengubah skema produksi komoditi yang selama ini hanya berfokus pada “tanam-petik-jual” menjadi “tanam-petik-olah-jual”. Dengan adanya pabrik pengolahan, harga jual komoditas seperti kacang mete akan meningkat, sehingga memberikan nilai tambah bagi petani.

“Saat ini harga jual kacang mete sangat rendah, hanya Rp 24.000 per kilogram. Ke depan, kita harus memiliki industri olahan agar komoditi lokal memiliki nilai jual tinggi. Dengan begitu, masyarakat kecil bisa mendapatkan keuntungan lebih besar,” tutup Ansy, yang dalam pemilu kali ini berpasangan dengan Jane Natalia Suryanto.

Dengan visi “Manyala Kaka”, Ansy berkomitmen untuk membawa perubahan bagi masyarakat NTT melalui pemanfaatan potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat kecil. ***