Suara-ntt.com, Kupang-Dalam mengatasi kemiskinan di NTT, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengajak gereja kerja kolaborasi untuk menekan masalah tersebut. Dan salah satu cara konkret dan sederhana untuk atasi kemiskinan di NTT, yang bisa diupayakan secara bersama oleh pemerintah daerah dan gereja adalah gerakan tanam kelor.
“Dalam hubungan interaksi pembangunan Nusa Tenggara Timur antara gereja, pemerintah dan masyarakat, harus terus- menerus melakukan evaluasi, berapa banyak orang miskin yang sudah mampu kita selesaikan. Artinya mereka jadi manusia mandiri dalam hidup. Berapa banyak yang sudah diselesaikan oleh pemerintah dan gereja. Kalau kurang lebih satu juta orang miskin di NTT, bisa dibagi penanganannya antara gereja dan pemerintah, maka dalam tempo beberapa tahun, tidak ada lagi orang miskin di NTT,” kata Gubernur Viktor saat memberikan sambutan pada perayaan Yubileum 150 Tahun Congregation Daughters of Charity Of The Most Pecious Blood (DCPB) atau Konggregasi Putri-Putri Cinta Kasih dari Darah Yang Maha Mulia di Gereja Katolik Santa Familia Sikumana, Kupang pada Jumat, 6 Januari 2023.
Gubernur mengatakan, gereja mesti terlibat aktif dalam pengendalian pertambahan penduduk sebagai bagian dari upaya untuk menekan jumlah penduduk miskin.
“Pemerintah memang sudah menugaskan BKKBN untuk pengendalian pertumbuhan penduduk, tapi gereja juga harus berperan aktif untuk hal ini agar tidak terjadi pertambahan orang miskin. Berbagai kebijakan bisa dibuat gereja untuk mendukung politik pengendalian orang miskin ini,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, salah satu cara sederhana untuk atasi kemiskinan di NTT adalah dengan tanam kelor. Tanaman ini dapat dipanen secara terus-menerus selama kurang lebih 60 tahun.
“Itulah makanya saya minta para suster untuk tanam 1.000 pohon kelor. Dan saya percaya para suster akan mampu melakukan ini. Kelor ini punya nilai ekonomis yang tinggi. Bayangkan satu pohon kelor bisa hasilkan 3 kilogram daun basah. Kalau 1.000 pohon dikali 3 kilogram dikali Rp. 5.000 per kilogram maka akan hasilkan Rp. 15 juta. Dan hasil seperti ini akan terus berlangsung selama 60 tahun. Kalau dalam satu rumah tangga punya seribu pohon kelor, dapat dipastikan jumlah keluarga miskin akan berkurang dengan signifikan,”ucapnya.
Beliau menjamin pasar dan permintaan yang tinggi terhadap daun kelor ini. Dikatakan Gubernur, tepung kelor merupakan salah satu tepung dengan harga yang sangat mahal. Di Jepang saja harga tepung kelor bisa mencapai Rp. 500 ribu per kilogram. Sementara di Kupang, harganya bisa capai Rp. 100 ribu per kilogram.
“Kelor ini dijuluki miracle tree. Punya kandungan protein dan vitamin yang sangat tinggi. Makan kelor akan membuat anak-anak pintar. Ini sesuatu yang akan membanggakan bagi NTT. Kita akan ekspor 14 ton yang rencanaya akan dikirim ke Jepang. Permintaan sangat banyak, namun bahan baku yang kita miliki terbatas. Karena itulah mengapa saya selalu ajak dan minta kita semua tanam kelor. Masih banyak memang komoditi yang lain di NTT,namun kelor ini merupakan cara sederhana untuk keluar dari kemiskinan dan kesulitan,”jelasnya.
Untuk diketahui acara diawali dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang yang dihadiri oleh Ketua DPRD Provinsi NTT dan Penjabat Wali Kota Kupang. (Hiro Tuames)