Bangun Pendidikan Tinggi di NTT Butuh Kemitraan dan Kolaborasi

oleh -289 Dilihat
Oplus_0

Suara-ntt.com, Kupang-Dalam meningkatkan mutu perguruan tinggi sekaligus menurunkan gap atau disparitas antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS), maka dibutuhkan kerja sama atau kemitraan dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XV NTT, Prof. Dr. Adrianus Amheka mengatakan kerjasama Pentahelix adalah model kerjasama yang melibatkan lima sektor utama dalam pembangunan dan inovasi yakni pemerintah, akademisi, bisnis, masyarakat, dan media.

Dikatakan model tersebut didesain untuk memaksimalkan kolaborasi dan sinergi di antara berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan bersama, seperti pembangunan berkelanjutan atau pencapaian tujuan ekonomi dan sosial.

Kerjasama Pentahelix berfokus pada menciptakan hubungan yang saling menguntungkan di antara sektor-sektor ini. Tujuannya adalah untuk mempercepat inovasi, pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing sektor.

Dijelaskan, ada beberapa keuntungan dari kerjasama pentahelix yakni peningkatan efektivitas dimana kolaborasi dapat menghasilkan solusi yang lebih efektif dengan melibatkan semua sektor dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan memaksimalkan sumber daya dimana setiap sektor membawa sumber daya yang berbeda. Jika digabungkan dapat memberikan hasil yang lebih baik, serta peningkatan inovasi dimana interaksi antar sektor dapat merangsang ide-ide baru dan mendorong inovasi.

“Kerjasama model ini cocok diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pembangunan infrastruktur, pengembangan ekonomi, perawatan kesehatan, pendidikan, teknologi, dan lainnya,”kata Prof. Amheka pada kegiatan Pemetaan Mutu Kemitraan Pentahelix dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi di Hotel Sotis Kupang pada Selasa, 25 Juni 2024.

Dalam sektor pendidikan terutama terkait peningkatan mutu pendidikan tinggi, model kerjasama pentahelix diarahkan untuk menghasilkan riset dan inovasi melalui akademisi untuk berbagai kepentingan publik. Dalam model ini, riset menjadi dasar untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan di antara kelima sektor tersebut. Dalam hal ini, Akademisi dan lembaga riset memainkan peran kunci dalam menghasilkan pengetahuan baru dan inovasi. Penelitian mereka menjadi dasar untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dapat diatasi melalui kolaborasi lintas sektor.

Lebih lanjut kata dia, riset juga dapat memberikan informasi berharga bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan publik yang berbasis bukti dan efektif.
Pemerintah juga dapat mendukung penelitian yang relevan dengan agenda pembangunan.

Selain itu, riset juga dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai sektor dalam mencapai tujuan bersama, seperti pembangunan berkelanjutan atau peningkatan kualitas hidup
masyarakat.

Dengan melihat pentingnya riset atau penelitian sebagai bagian dari tridharma perguruan tinggi serta dalam rangka peningkatan mutu pendidikan tinggi melalui model kerjasama Pentahelix maka Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XV akan menyelenggarakan kegiatan ini.

“Melalui kegiatan ini diharapkan akan makin banyak kerjasama yang terbangun antar lima sektor di wilayah layanan LLDIKTI XV sehingga riset dapat menjadi unsur utama dalam penyusunan berbagai kebijakan publik yang dapat menjawab berbagai macam permasalahan di daerah serta kebutuhan masyarakat,”jelasnya didampingi Ketua Fungsi Kerjasama, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat LLDIKTI Wilayah XV NTT, Ros Hayati Rosna.

Dipaparkan untuk mencapai loncatan yang lebih tinggi di bidang pendidikan, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas tahun 2045, maka dibutuhkan infrastruktur yang besar, anggaran yang besar, dan sumber daya yang juga besar, oleh karena itu membutuhkan dukungan banyak pihak.

“Kontribusi berbagai pihak dan dukungan dari industri, BUMN, BUMD, perusahaan, termasuk filantropi-filantropi untuk akselerasi atau lompatan manusia unggul sangat diperlukan,” terangnya.

Prof. Amheka berharap, dalam kegiatan yang akan dilaksanakan selama dua hari (25-26/6/2024) ini, tercapai kesepakatan yang konstruktif untuk memajukan pendidikan tinggi di Provinsi NTT.

“Dalam jangka pendek mudah-mudah terbentuk forum dialog di antara pentahelix ini. Mungkin akan ada perjanjian kerja sama (PKS), namun itu tidak gampang,”tandasnya.

Untuk jangka panjang, kata Amheka, jika investasi sudah konkret, semoga terkumpul dana abadi untuk pendidikan tinggi di NTT, misalnya dari dana CSR.

“Kemitraan itu ibarat suami istri. Kalau kita komit untuk berbagi peran, maka mari kita terbuka dan bersiap untuk berbagi peran, berbagi manfaat, juga berbagi resiko,” tandasnya.

Tentu saja, semua berharap kegiatan ini bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang baik demi peningkatan mutu pendidikan di provinsi yang kita cintai ini.***