Suara-ntt.com, Kupang- Dalam membangun peternakan di Provinsi NTT membutuhkan terobosan out of the box dan tidak sekadar bussiness as usual. Selain itu, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi yang efektif antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota se NTT.
Hal tersebut diungkapkan Sekertaris Daerah (Sekda) Provinsi NTT, Benediktus Polo Maing dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Dinas (Kadis) Peternakan Provinsi NTT, Dany Suhadi saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tingkat Provinsi NTT tahun 2020 di Sylvia Hotel Kupang, Kamis (12/03/2020).
Menurut Polo Maing, kerangka pembangunan peternakan disesuaikan dengan misi yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi NTT yakni telaahan strategis mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan adil. Kemudian menciptkan kemandirian dan stabilitas perekonomian daerah dengan sasaran utama adalah peningkatan kinerja industri dan perdagangan perekonomian daerah.
“Untuk mencapai sasaran tersebut, strategi yang dilakukan berupa peningktan produksi bibit dan benih ternak. Percepatan peningkatan keahlian tenaga, kerja, pengembangan Iptek dan inovasi daerah menuju industrialisasi 4,0 serta mengintegrasikan pembangunan di sektor perternakan dengan pembangunan pertanian seperti pengembangan pusat pembibitan ternak (breeding farm), melakukan revitalisasi pola dan teknik peternakan yang lebih produktif dan berdaya saing, melalui peternakan intensif melalui penerapan teknologi reproduksi, inseminasi buatan, pembibitan ternak dan kebun pakan ternak, introduksi bibit unggul dan variant baru maupun industri pakan ternak berbahan baku lokal,” katanya.
Sedangkan perwujudan NTT Bangkit sambung dia, yakni untuk mencapai peningkatan kapasitas yaitu target neraca perdagangan impor ekspor dari defisit 54 juta US Dollar menjadi surplus 10 – 15 juta US Dollar.
Kunjungan wisatawan dari 650 ribu orang menjadi lebih dari tiga juta; meningkatkan produksi padi dari 900 ton menjadi 1,3 juta ton pada daerah irigasi teknis di bendungan-bendungan baru seperti Rotiklot, Raknamo, Temef dan infrastruktur sumberdaya air lainnya seperti embung- embung irigasi, pengembangan pertanian lahan kering kepulauan dengan sasaran target peningkatan produksi jagung dari 650 ribu ton menjadi 1, 5 juta ton dengan tambahan luas tanam sebagai pemanfaatan lahan tidur dan areal perhutanan sosial; peningkatan populasi sapi dari 1 juta menjadi 2 juta serta pembangunan infrastruktur jalan provinsi mencapai 100 persen yang mantap di tahun 2021.
“Untuk mencapai target-target tersebut telah ditetapkan New Initiative dengan sasaran : meningkatkan kapasitas ekspor dan pasar nasional melalui penguatan kerjasama perdagangan selatan-selatan. Kemudian pengembangan kapasitas produksi garam 2 juta ton, pengembangan 50 juta pohon kelor, budidaya perikanan di Mulut Seribu Kabupaten Rote Ndao, industrialisasi produk pertanian dan perikanan, pengembangan Marina Bay di Alor, pariwisata estate dalam koneksi ring of beauty, breeding farm dan industri pakan ternak, serta penciptaan wirausaha baru,”ungkapnya.
Dia mengaku, walaupun ada banyak tantangan, tetapi justru tantangan tersebut menumbuhkan inovasi tersendiri, semangat kemitraan dan kreativitas untuk mampu mengelola dan menyelesaikan berbagai persoalan untuk menuju manajemen usaha ternak yang professional.
Peternak Jangan Patah Semangat
Di tempat yang sama Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Drh. Fajar Sumping Caturasa, P.hD menyampaikan, saat ini masyarakat peternak Indonesia khususnya yang berada di NTT tengah galau karena African Swine Fever Virus/ASF yang menyebabkan ribuan ekor babi telah mati di daratan Timor ini.
“Ini merupakan masalah besar bangsa ini yang membutuhkan kerja keras kita disertai inovasi agar kita segera terbebas dari virus ini. Saya harap para peternak dan pedagang jangan patah semangat karena pemerintah berupaya keras untuk menolong masyarakat keluar dari masalah ini,” katanya.
Menurut dia, jajaran Kementan RI selalu berinovasi dengan menggulirkan berbagai program andalan diantarnya : Sikomandan : Sapi Kerbau, Komoditi Andalan Negeri, merupakan kelanjutan dari program Upsus Siwab : upaya khusus sapi indukan wajib bunting dan Kostratani : Komando Strategi. Pertanian : yang maju, mandiri dan moderen.
Panitia pelaksana Rakor, Kanisius Karni yang juga Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Peternakan Provinsi NTT dalam laporannya mengaku, kegiatan Rakor digelar selama dua hari. Rakor ini dimaksudkan untuk koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan antara Pemerintah Pusat, Pemprov NTT dan Pemerintah Kabupaten/Kota se- NTT.
Para peserta Rakor sebut dia, diundang para Kepala Dinas (Kadis) Peternakan yang menangani fungsi peternakan kabupaten/kota sebanyak 22 orang, para Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner kabupaten/kota sebanyak 22 orang dan para Kepala Seksi (Kasie), Koordinator Rekorder yang menangani Sikomandan kabupaten/kota sebanyak 66 orang.
Hadir dalam kegiatan itu antara lain Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, drh. Fajar Sumping Caturasa, P.hD, pejabat yang mewakili Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar, drh. Dewi, Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Kementan RI di Noelbaki Kupang, Pimpinan Prisma (Prajwal Salm Head of Portofolio), para Kadis Peternakan Kabupaten/Kota se- NTT, Senior Bussiness Consultant, Joel Tukan, Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Klas I Kupang, perwakilan BPTP NTT di Naibonat, perwakilan masyarakat peternak lainnya.
(Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT)