Site icon Suara NTT

Bank NTT bersama KADIN Support Pengembangan Padi Gogo di Desa Wetana Sumba Barat

Suara-ntt.com, Kupang-Bank NTT bersama Kamar Dagang dan Industri (KADIN) NTT mensupport pengembangan padi gogo di Desa Wetana Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur (NTT).

Untuk diketahui ada lima desa di Kabupaten Sumba Barat yang menjadi peserta Festival Desa Binaan dan Festival PAD tahun 2022. Dan Desa Wetana menjadi satu-satunya desa yang mengikuti festival tersebut dan mulai menunjukan kemajuan ekonomi yang pesat.

Keterlibatan berbagai elemen desa mulai dari pimpinan desanya dan pengelola Bumdes serta masyarakatnya, punya spirit untuk maju. “Saya melihat mereka punya semangat, sehingga desanya mulai berkembang. Kemudian, saya melihat kepala Bumdesnya semua masih muda dan juga mereka mau bekerja untuk desanya,” sebut Ketua Umum KADIN NTT, Bobby Liyanto kepada Senin (28/11/2022).

Bobby Liyanto menjadi salah satu juri Festival Desa Binaan dan Festival PAD tahun 2022, di Desa Wetana, Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat.

Menurut Bobby, desa Wetana terkenal dengan padi gogo yang punya kekhasan pada wanginya. “Wangi khas pandan itu hanya bisa ditanam di desa Wetana-Gaura. Lebih dari itu kalau menanam di daerah lain maka sudah berbeda hasilnya. Sehingga ini sebenarnya adalah beras premium yang unggul,” ujarnya.

Disebutkan, selama ini hasil padi gogo dari masyarakat Wetana, hanya dijual di kota Waikabubak oleh beberapa orang saja. “Padahal saya melihat ini potensi yang bisa kita jual lebih besar. Bisa menjadi paket ole-ole, bisa dikemas lebih eksklusif untuk satu beras khusus seperti ini,”ungkapnya.

Ketika berkunjung ke desa tersebut, Bobby Lianto menemukan sejumlah kendala yang dialami para petani. Misalnya, setelah dimol menjadi beras bau pandannya hanya bertahan beberapa bulan.

“Untuk itu kita akan mengunakan packaging vacum kemudian kita lapis dengan packaging yang berkelas dan kita akan jual dalam kemasan premium sebagai ole-ole. Kalau bisa, saat orang datang ke NTT, datang ke Sumba orang membawa pulangnya adalah beras padi gogo. Ini  yang sedang kami aturkan dengan KADIN Sumba Barat supaya ini bisa dijangkau sehingga beras padi gogo Wetana ini semakin tekenal bahkan menjadi suatu ciri khas ole-ole yang dibawa dari Sumba,” jelas Bobby Liyanto.

Ia menambahkan, ketika melakukan kunjungan di Desa Wetana, ia bersama masyarakat melakukan penanaman padi gogo. Bahkan, seluruh masyarakat dilibatkan dan semuanya punya lahan masing-masing. “Ada juga lahan yang bersama-sama sehingga bisa menanam walaupun lokasinya di lereng yang cukup dalam, tetapi karena kebersamaan itu semua masyarakat dilibatkan,  dan juga lahannya masih sangat banyak,”ucapnya.

Dijelaskan Bobby Liyanto, lahan di wilayah Wetana masih sangat luas untuk dikembangkan tetapi pasarnya juga harus diperhitungkan. “Kalau pasarnya semakin besar kita bisa dapatkan hasil yang lebih baik dan juga kita bisa pasarkan ke seluruh Indonseia bahkan ke luar Negeri,”tandasnya.

Pada kesempatan itu, Bobby Liyanto berterima kasih kepada Bank NTT karena telah membantu desa Wetana.

“Kita berterima kasih karena Bank NTT sejak beberapa tahun lalu sudah membantu dengan packaging yang lebih baik. Dan juga Bank NTT membantu desa ini yang letaknya cukup jauh dari Kota Waikabubak membutuhkan jarak tempuh hampir 2 jam perjalanan. Bank NTT membantu dengan Digitalisasi sehingga mereka sudah terbantu dengan pengiriman uang secara digital. Juga kemudian pembelian voucher dan lain-lain. Itu sudah sangat membantu masyarakat desa Wetana,” sebut Bobby Lianto.

Dalam penjurian tersebut pihaknya memberikan beberapa masukan, salah satunya adalah bagaimana lebih konsen kepada padi gogo. “Maka dengan adanya Koperasi atau Bumdes, mereka bisa mengelolah sendiri, mereka punya toko untuk bahan-bahan pokok. Selain itu mereka juga menyiapkan saprodi khusus untuk padi gogo tersebut sehingga mereka memerlukan sarana pendukung untuk saprodi. Sehingga mereka tinggal datang ke Bumdes atau Koperasi tersebut, sehingga tidak memberatkan mereka,” jelasnya.

Hal  lain yang menjadi kendala kata dia adalah hama belalang. “Tahun ini hama belalang cukup banyak dan kalau hama belalang masuk ke pertanian ini maka semua tanaman bisa terganggu. Kemudian jarak yang cukup jauh dari kota sehingga semua biaya menjadi tinggi tetapi dengan solusi Bumdes mempermudah mereka sehingga barang-barang dari kota, bisa dijual di koperasi tersebut. Sehingga selain masyarakat mendapatkan untung lewat Koperasi, tetapi Koperasi juga menyediakan semua kebutuhan masyarakat desa,” sebut Bobby. (Humas Bank NTT/HT)

Exit mobile version