Oleh Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho
LAYANAN perbankan terus bertransformasi dari masa ke masa. Jika dulu layanan digital dianggap tidak berprospek, ternyata tidak untuk saat ini. Bank NTT dituntut terus mampu beradaptasi dengan layanan perbankan yang maju dan modern guna menjawab kebutuhan masyarakat di era disruption ini.
Saya sedikit memberi testimoni mengenai transformasi layanan digital di Bank NTT. Dimulai pada tahun 2018, saat itu ketika diberi kepercayaan untuk menjabat sebagai Direktur Pemasaran Dana Bank NTT. Hasil kajian dan evaluasi, ditemukan bahwa kondisi Bank NTT saat itu tantangannya di struktur dana dan likuiditas yang belum kuat.
Atas hasil pemetaan itulah, ketika dipercaya sebagai Direktur Dana, strategi yang saya ambil adalah melakukan penguatan struktur dana dan likuiditas. Dan, salah satu program yang dilakukan adalah mengefektifkan layanan melalui digitalisasi atau elektronifikasi sehingga mulailah didorong langkah-langkah inovasi produk berbasis digitalisasi/elektronifikasi.
Sektor pemerintah daerah adalah prime customer Bank NTT dalam layanan ini kemudian disusul sektor swasta.
Pada sektor pertama yakni pemerintah, Bank NTT mulai mendalami sumberdaya baru, Bank NTT menghadirkan layanan berbasis Cash Management System (CMS) untuk pengelolaan keuangan daerah seluruhnya di kelola oleh Bank NTT. Selain itu sinergitas Bank NTT dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sembilan (9) pajak daerah, penjajakan rencana kerjasama pinjaman daerah dan layanan lainnya dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
Sementara itu, di sektor swasta pun kami jadikan sebagai potensi unggulan untuk digarap. Maka kami hadirkan layanan elektronifikasi pada bidang pendidikan dan kesehatan ( rumah sakit ) Sedangkan pada sektor perorangan, Bank NTT saat itu sudah masuk padalayanan mobile banking yang harus diakui, belum dikelola secara maksimal. Layanan mobile banking perlahan dibenahi, kanal-kanal pembayarannya diperbanyak, memperluas akses terhadap layanan keuangan bagi masyarakat NTT yang saat ini belum bisa menjangkau layanan keuangan perbankan secara maksimal.
Mobile banking dimanfaatkan menjadi media untuk meningkatkan daya saing, ifisiensi kegiatan operasional, meningkatkan pendapatan non bunga terutama fee base income, inisiasi, dan penguatan struktur dana. Dari situ kami terus bergerak, mengembangkan produk tabungan konvensional menjadi tabungan yang mobile. Ini terkait dengan segmentasi. Sehingga masuk pada tahun 2019, mulailah pengembangan core banking dimana Bank NTT mengganti core banking yang sudah 20 tahun dipakai menjadi yang baru. Yang lebih fleksibel, dinamis dari sisi bisnis dan prospek bisnis bank.
Dari core banking lalu turunlah ke aplikasi-aplikasi layanan. Baik itu layanan untuk pemerintah yang sebelumnya CMS, dikembangkan menjadi layanan aplikasi yang berbasis penerimaan dan pendapatan. Dalam layanan ini, Bank NTT menawarkan pelayanan pembayaran sembilan pajak daerah.
Sejauh ini hampir seluruh kabupaten di NTT telah menjadi mitra strategis, bahkan rata-rata sudah action di lapangan. Banyak keuntungan dari jenis layanan ini, selain terkonsentrasinya penerimaan, juga meminimalisir kebocoran dana di level tertentu. Dan hingga kini, rata-rata jumlah transaksi per bulan mencapai Rp 1,2 triliun.
Di sektor swasta, Bank NTT terus mengembangkan layanan-layanan yang masih in line dangan CMS serta menghadirkan tambahan aplikasi yang memperluas jangkauan layanan atau koneksinya. Pendidikan salah satunya. Konektifitas antara orang tua, murid dan guru di sekolah dipandang penting sebagai satu kesatuan dalam menciptakan generasi berkualitas. Orang tua mudah melakukam controlling melalui aplikasi, tentang perkembangan akademik anaknya. Aplikasi ini sebenarnya untuk menjembatani informasi di dunia pendidikan. Dan bahkan semua sistem pembayarannya diakomodir dalam aplikasi itu.
Tidak cukup disitu melainkan ada pengembangan lagi pola untuk sinergitas bertumbuh sehingga dengan mobile banking yang ada, diciptakanlah ruang-ruang untuk mengadakan literasi kepada semua pihak tentang inklusi keuangan. Dan salah satu akses keuangan yang mudah, murah dan cepat adalah pemanfaatan mobile banking.
DIA BISA (Digital Agen Bank NTT dan Mahasiswa) adalah program yang diluncurkan pada tahun 2019 untuk menjawab respon generasi milenial agar mau berusaha secara mandiri menggunakan kanal-kanal yang disediakan oleh Bank NTT. Namun dalam perjalanan, tidak saja mahasiswa sebagai segmen garapan melainkan sayap bisnis dilebarkan ke siswa dan masyarakat umum. Siapa saja bisa menjadi agen. Saat ini, total agen Dia Bisa Bank NTT sudah tembus angka 5.000 lebih agen. Ada kecenderungan penambahan jumlah agen.
Kreatifitas terus dilakukan sehingga Bank NTT tidak terbatas pada pendekatan agen digital, melainkan terus mengembangkannya menjadi Lopo Dia Bisa, karena agen digital ini memberikan kekuatan ekosistem pergerakan ekonomi dalam Lopo Dia Bisa. Lopo Dia Bisa ini tidak saja memetakan kreatifitas dan inovasi dari agen Dia Bisa tetapi melihat potensi-potensi lokal yang ada.
NTT adalah provinsi yang sangat kaya akan potensi wisata. Sehingga segmen pariwisata ini di-create menjadi segmen yang sangat menjanjikan. Pendekatan berbasis pariwisata adalah strategi yang dimainkan dengan packaging yang baik pada spot-spot wisata. Tiga pendekatan yang dipakai yakni pendekatan bisnis, pendekatan kontribusi bagi daerah dan destinasi, disinilah Bank NTT hadir memfasilitasi literasi dan inklusi keuangan. Dari tiga pendekatan ini, muncul satu model bisnis baru, karena dari sinilah kita melihat lahirnya ekosistem pembiayaan dan ekosistem pengembangan potensi unggulan di destinasi atau di desa-desa unggulan.
Ini menjadi satu terobosan baru karena ketika dunia sedang bergerak cepat, seluruh sektor digerakkan oleh digitalisasi dan bahkan dampaknya sangat besar yakni adanya disruption technology yang merubah berbagai bentuk, pola, sistem baik pemerintahan, bisnis, sosial, budaya dan sektor yang lain. Kemudian sekarang muncullah activicial intelligent.
Kita tahu bersama, bahwa satu dari tujuh teknologi digital yang sedang berkembang, seperti disebutkan World Economic Forum (2018) yang sedang mentransformasi digital dalam riset Digital Transformation Initiative, salah satunya adalah artificial intelligence, yang merupakan kemampuan mesin untuk meniru kecerdasan manusia. Bahkan kecerdasannya suatu saat akan melebihi manusia.
Kemajuan teknologi menghadirkan activicial intelligen memberikan kontribusi yang luar biasa. Kini masuk lagi ke super smart society, era 5.0. Nah kemajuan yang sangat pesat dari sisi teknologi ini, membuat Bank NTT dengan segala keterbatasan, yakni: pertama, masih bank BUKU 2, lalu dari sisi permodalan Bank NTT harus segera bersikap. Permodalan dan BUKU 2 ini membatasi aktivitas-aktivitas di sisi IT. Untuk mensiasati ini maka manajemen melakukan pendekatan elektronifikasi melalui smart branch system.
Dengan berbagai kreatifitas ini, manajemen mencoba menemukan strategi-strategi yang tepat sehingga Bank NTT tidak terlindas oleh digitalisasi teknologi yang ada. Apalagi model-model bisnis terus dibenahi, diperbaiki untuk disesuaikan dengan potensi-potensi yang ada sehingga saat ini, pada 17 Juli 2021, memasuki usia yang ke-59, seluruh sistem layanan akan masuk pada sistem layanan yang baru. Memang pada tahun 2018 ada sebuah tekad untuk bangkit, bertumbuh, berubah menjadi smart bank. Tapi di tahun 2021 ini ketika masuk ke usia 59 tahun, kita menuju ke Super Smart Bank untuk NTT maju. Yang akan dilakukan di era Super Smart Bank untuk NTT maju adalah, Bank NTT memperbaiki strategi bisnis dan juga SDM secara besar-besaran. Teknologi yang ada digenjot untuk mampu dengan kondisi bank yang modalnya masih belum sesuai ketentuan OJK. Sebenarnya itu bukanlah faktor terbesar yang menghambat berbagai aktivitas bisnis.
Karena itu secara cerdas, Bank NTT melakukan revitalisasi dan refocusing bisnis. Kantor-kantor Unit Simpan Pinjam Desa (USPD) akan dilakukan perubahan fungsinya yang tadinya hanya untuk simpan pinjam menjadi unit/kantor yang dapat memberdayakan perekonomian desa yaitu dengan cara memetakan potensi ekonomi desa dan memberikan kemudahan permodalan bagi pelaku usaha (pertanian, peternakan, perikanan dan pariwisata ) di desa-desa dengan cara bekerjsama dengan BUMDES-BUMDES yang berada di wilayah kerjanya. Menghadirkan Lopo-Lopo Dia Bisa, menghadirkan digital agen untuk menjadi bagian dari sisi strategi marketing bank baik itu menghimpun dana maupun menyalurkan kredit.
Juga dihadirkannya layanan-layanan yang mampu bersaing secara elektronifikasi maupun digitalisasi. Akan ada unit layanan smart bank di beberapa tempat dan digital lounge yang berpadu dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang kreatif dan aktif 24 jam. Siapa saja bisa nongkrong disana, bisa mendapat akses informasi tetapi bisajuga menghidupkan usaha-usaha kreatif seperti cafe, lounge 24 jam yang diisi oleh conten-conten kreatif. Hal-hal yang berbasis usaha-usaha digital kreatif akan hadir digital lounge.
Ini sebenarnya agar aktivitas-aktivitas yang berbasis inovatif dan jasa layanan perbankan bisa bertumbuh dan berkembang 24 jam di tempat-tempat itu. Tak cukup disitu, melainkan manajemen pun terus melakukan berbagai evaluasi sehingga terobosan-terobosan serta langkah-langkah strategis, revitalisasi dan refocusing yang bebasis digital dan elektronifikasi, diperbaharui guna beradaptasi dengan kondisi yang ada. Pemetaan mitigasi resiko pun terus dilakukan sehingga berbagai hal yang dampaknya pada rasio inheren, mampu dimitigasi dan dikelola secara baik. Apalagi dengan bisnis digital atau digital bank yang sudah berjalan ini.
Melihat kian kompleksnya tantangan kedepan, maka ada harapan agar dengan penguatan modal mencapai ketentuan yang ada sehingga akselerasi bisnis, potensi bisnis yang ada dalam dunia digital, mampu dimanfaatkan oleh Bank NTT. Tidak hanya itu, melainkan Bank NTT pun ikut berkompetisi dalam beberapa zona yang diikuti.
Adapun tantangan geografis menjadi kekuatan, daya, serta energi tersendiri bagi Bank NTT untuk memanfaatkan kondisi-kondisi ini, makin memperkuat daya tumbuh, daya tahan dan daya saing Bank NTT di daerah yang khususnya kepulauan.
Bagi Bank NTT, kondisi ini merupakan sebuah kekuatan, energi yang luar biasa. Karena kita memiliki kekuatan jaringan yang sudah merata hingga ke desa-desa. Apalagi dengan modal bisnis sekarang Desa Binaan, Desa Unggulan, maka branch banking Bank NTT sudah makin kuat. Kemudian terus didesainnya ekosistem-ekosistem di berbagai sektor, baik itu sektor pertanian, perikanan dan kelautan, perkebunan, peternakan yang menjadi tumpuan kekuatan NTT sampai saat ini bisa berutmbuh positif di tengah-tengah dampak pandemi COVID-19 di seluruh Indonesia.
Inilah kekayaan terbesar kita. Tentu digitalisasi dan elektronifikasi yang dikembangkan akan disesuaikan dengan potensi-potensi lokal unggulan sehingga hal-hal yang berbasis ekosistem, terus menjadi model. Pada Juli 2021 ini Bank NTT akan melakukan top up bagi mobile banking-nya. Jika semula mobile banking yang dimiliki masih sangat terbatas, maka di m-Banking Bank NTT yang baru, ada super aps di dalamnya sehingga memudahkan transaksi bagi pengguna. Tak hanya itu, berbagai kemudahan akan diperoleh siapapun yang membutuhkan akses pasar, baik untuk memasarkan maupun membeli sesuatu barang. Ini adalah lompatan langkah-langkah digitalisasi menuju Super Smart Bank di usia 59 tahun, 17 Juli 2021. (Humas Bank NTT)