Suara-ntt com, Kupang-Siang itu, Selasa (6/6/2023, red) Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Julie Sutrisno Laiskodat bersama Rektor IPMI International Business School, Prof. M. Aman Wirakartakusumah serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi berkunjung ke Excelent Spirit Christian School (ESCS) Kupang.
Dalam kunjungan itu Julie Sutrisno Laiskodat bersama rombongan diterima oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Unggul Kupang Bobby Lianto. Lalu mereka diajak untuk melihat setiap ruang kelas sambil berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan anak-anak.
Seperti yang disaksikan media ini, anak-anak begitu fasi berbahasa Inggris ketika Bunda Julie mengajak mereka bercakap-cakap dalam bahasa internasional tersebut.
Dalam kesempatan itu Julie Laiskodat mengatakan, pada tanggal 5 September 2023 mendatang kepemimpinan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT, Yoseph A. Nae Soi akan berakhir.
Dia menginginkan ada orang NTT seperti Bobby Lianto untuk melanjutkan dan meneruskan visi misi dengan meningkatkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Dan beckraun dari pak Bobby Lianto ini adalah bagaimana meningkatkan SDM bukan hanya di sektor pendidikan tetapi di level pengusaha,”kata Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem ini.
“Kebetulan sekolah mereka ini adalah untuk enterpreneur (pengusaha-pengusaha) dalam bahasa Inggris.
“Saya mau agar pada kegiatan berikutnya adalah semacam orangtua asuh atau pengusaha-pengusaha lain yang ingin melanjutkan visi misai saya ke depan,”ungkapnya.
Dikatakan, pihaknya bekerja secara berkolaborasi dalam meningkatkan sumber daya manusia.
“Kami ini satu tim dan akan bekerja kolaboratif,”ujarnya.
Pengen Kota Kupang Punya Sekolah Internasional
Pada sisi lain Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Unggul Kupang Bobby Lianto mengatakan, dirinya pengen di Kota Kupang mempunyai sekolah internasional.
“Kita mencari dan menemukan kurikulum ESCS ini sebagai kurikulum yang menurut kami selain internasional tapi berbeda karena setiap level di setiap kelas anak-anak belajar sesuai dengan kemampuan mereka dan akan naik level sehingga mereka tidak terbeban didalam satu kelas yang disamaratakan semua anak,”ungkapnya.
“Kalau dulu kita sekolah dan dalam satu kelas semua anak naik kelas dan seterusnya. Dimana ada anak-anak daya serapnya lambat, sedang dan cepat sehingga guru mengajar menggunakan silabus karena harus selesai dalam satu tahun,”jelasnya.
Dikatakan, dalam konsep kurikulum ESCS meskipun anak-anak dalam satu kelas tetapi levelnya berbeda. Kemudian anak-anak akan belajar dengan fun berdasarkan kemampuan yang dimiliki bahkan ada yang memberikan scoring sendiri pada latihan atau pelajaran yang diberikan.
“Memang kita awalnya ingin agar di Kota Kupang ini harus punya sekolah internasional yang bisa bersaing. Jika hal itu tidak ada maka orang akn berpikir untuk sekolahkan anaknya di luar,”pungkasnya. (Hiro Tuames)