Suara-ntt.com, Kupang-Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Agus Sistyo Widjajati, mengungkapkan bahwa perekonomian NTT menunjukkan tren pertumbuhan positif meskipun belum sepenuhnya kembali ke tingkat pra-pandemi. Sejak 2021, pertumbuhan ekonomi NTT rata-rata mencapai 3,22 persen (year-on-year/yoy), masih di bawah rata-rata nasional sebesar 5,04 persen. Namun, berbagai upaya strategis terus dilakukan untuk mengoptimalkan potensi daerah, memperbaiki struktur ekonomi, dan mengurangi ketergantungan terhadap barang dari luar wilayah.
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi, Kantor Perwakilan BI NTT bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) NTT menyelenggarakan Dialog Perekonomian bertajuk “Duduk Ba Omong Perekonomian NTT 2024”. Acara ini menghadirkan pakar ekonomi nasional, termasuk Prof. Dr. Bustanul Arifin (Ketua PERHEPI), Dendi Ramdani, Ph.D. (Ekonom Bank Mandiri), dan Prof. Ir. Fredrik L. Benu (Guru Besar Ekonomi Pertanian Undana).
Strategi Pembangunan: Fokus pada Pertanian dan Pangan Lokal
Dalam dialog tersebut, salah satu strategi utama yang dibahas adalah peningkatan produktivitas sektor pertanian melalui integrasi antara hulu dan hilir. Produktivitas padi di NTT yang saat ini hanya 4,57 ton/ha masih di bawah rata-rata nasional diharapkan dapat meningkat melalui pencetakan lahan baru di wilayah lahan kering seluas lebih dari 1 juta hektare.
Selain itu, pemerintah pusat mendukung pertumbuhan NTT dengan meluncurkan program makan bergizi gratis di 749 titik layanan dengan anggaran lebih dari Rp8 triliun. Program ini diharapkan dapat mengatasi masalah stunting dengan memanfaatkan potensi pangan lokal seperti jagung, ubi, dan kacang-kacangan untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak di NTT.
Potensi Ekonomi Hijau dan Biru
Optimalisasi potensi daerah juga menjadi kunci pertumbuhan ekonomi NTT. Pulau Flores, dengan kekayaan panas bumi, diusulkan menjadi Ring of the Renewable Energy Supply. Sementara itu, biomassa yang melimpah di Pulau Timor dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan, dan Pulau Sumba akan dikembangkan sebagai Sumba Iconic Island untuk memaksimalkan potensi pariwisata.
Di sisi lain, sektor ekonomi biru juga memiliki prospek besar. Arus laut di Larantuka diperkirakan mampu menghasilkan listrik sebesar 18 GW dengan emisi karbon rendah. Pemanfaatan lahan garam, yang saat ini baru 5 persen dari total potensi 57.160 hektare, berpeluang besar mengurangi impor garam nasional.
Peran Bank Indonesia dalam Mendorong Pertumbuhan
Bank Indonesia berkomitmen memperkuat pertumbuhan ekonomi NTT melalui kebijakan pro-stability dan pro-growth. Dukungan terhadap UMKM dilakukan melalui peningkatan akses pembiayaan, digitalisasi usaha, dan penerapan good agricultural practices. Selain itu, Program Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PI-KEKDA) menjadi landasan untuk mengembangkan sektor unggulan, termasuk hilirisasi produk pertanian.
Melalui sinergi yang erat antara BI, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan, Agus optimistis bahwa perekonomian NTT dapat tumbuh lebih cepat dan berkelanjutan. Dengan implementasi strategi yang tepat, NTT diharapkan mampu mencapai kemajuan signifikan menuju kesejahteraan masyarakat. ***