Suara-ntt.com, Kupang-Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Nusa Tenggara Timur (NTT), Agustinus Junianto, mengungkapkan bahwa BPJN NTT mengelola jaringan jalan nasional sepanjang lebih dari 2.153 kilometer.
Hal ini disampaikan Kepala BPJN NTT, Agustinus Junianto, ST., MT, dalam keterangannya didampingi Kepala Seksi Pembangunan, Ketsia Lanoe, ST., serta sejumlah pejabat terkait Kantor BPJN NTT pada Jumat, 18 Oktober 2024,
Agustinus mengatakan, jaringan jalan tersebut terbagi dalam enam satuan kerja (Satker) yang tersebar di lima wilayah antara lain Satker P2JN untuk perencanaan dan pengawasan, Satker PJN I yang menangani wilayah Oesapa hingga Batas Kota Soe dan Pulau Sumba, Satker PJN II yang mencakup Kabupaten TTS, TTU, Belu, Alor, dan Jalan Sabuk Merah, serta Satker PJN III untuk wilayah Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, dan Kabupaten Ngada. Satker PJN IV mencakup wilayah Ende, Sikka, Flotim, dan Lembata, sementara Satker SKPD bekerja di Kota Kupang.
Tahun 2024, BPJN NTT menerima alokasi anggaran sebesar Rp 1,247 triliun untuk menangani 127 paket pekerjaan, termasuk pengawasan. Dengan anggaran ini, BPJN menargetkan tingkat kemantapan jalan nasional mencapai 96,06 persen pada akhir 2024, meningkat dari 94,97 persen saat ini.
Selain jalan, BPJN NTT juga mengelola jembatan sepanjang 13.000 meter dengan target tingkat kemantapan sebesar 82,74 persen pada 2024. Hingga saat ini, progres fisik proyek-proyek BPJN NTT telah mencapai 79,6 persen, sementara realisasi keuangan mencapai 69,39 persen. Dalam skala nasional, BPJN NTT berada di posisi ke-8 untuk progres fisik.
Agustinus juga menyebut bahwa pada 2023, proyek Infrastruktur Jalan Daerah (IJD) di NTT telah selesai dengan total 27 paket pekerjaan di 22 kabupaten/kota dengan anggaran Rp 337 miliar. Pada 2024, direncanakan 12 paket pekerjaan dengan total Rp 330 miliar.
Salah satu proyek strategis yang sedang diselesaikan adalah Jembatan Liliba, yang saat ini sudah mencapai 90 persen secara fisik dan sedang dalam tahap finishing dan pengecoran, dengan realisasi keuangan 50 persen.
“NTT masih lebih baik dibanding beberapa daerah lain dalam hal pembangunan infrastruktur, meskipun anggaran masih menjadi tantangan,” ujar Agustinus.***