Bupati Simon, Tokoh Adat dan Pariwisata di Malaka

oleh -142 Dilihat
Pose Bersama-Usai Berdialog dengan Bupati Simon Nahak Memberikan “Kado” Buku Malaka Paradise kepada Tim BPPD Provinsi NTT di Rumah Jabatan Bupati Malaka pada Kamis, 9 November 2023 malam. (Foto Verry Guru)

Oleh : Valerius P. Guru, S.Sos

(Kasubag Kepegawaian dan Umum BPPD Provinsi NTT)

Suara-ntt.com, Malaka-TATKALA melaksanakan tugas di wilayah perbatasan NKRI khususnya Kabupaten Malaka dan RDTL di titik batas Motamasin beberapa pekan yang lalu, tim Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Provinsi NTT berkenan menemui Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH., MH. Beliau baru saja tiba di Betun yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Malaka setelah beberapa hari berada di luar daerah. Meski nampak lelah namum dengan sukacita dan senyumnya yang khas beliau menerima kami dan mendiskusi banyak hal.

“Hanya ada satu-satunya kabupaten di Provinsi NTT; yakni Kabupaten Malaka yang memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang memberi insentif kepada para tokoh adat. Ini janji saat kami kampanye dulu dan kami telah menepatinya saat kami memimpin Malaka,” ucap Bupati Simon,” Kamis malam, 9 November 2023 di rumah jabatan Bupati Malaka.

Untuk diketahui bahwa Tim BPPD Provinsi NTT terdiri atas Analis Perencana, John Hayon, SH, MH dan staf senior Sub Bagian Kepegawaian dan Umum, Dance Hawula, SH. Lebih lanjut, Bupati Simon mengatakan bahwa alokasi APBD Kabupaten Malaka untuk insentif yang diberikan kepada para tokoh adat merupakan bukti nyata pihaknya menghargai peran tokoh adat.

“Ini bukti kami menghargai para tokoh adat dan kami ingin melestarikan budaya yang ada di Malaka. Kita ingin ada harmoni di antara birokrasi, tokoh agama dan tokoh adat. Karena wilayah yang tidak punya adat, itu namanya biadab,” tegas Bupati Simon, datar.

Program bantuan insentif Fukun (tokoh adat) disalurkan sebagai wujud perhatian dan pengaku terhadap peran lembaga adat dan tokoh adat dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Insentif Fukun menjadi brand program yang dibanggakan masyarakat Kabupaten Malaka dan mendapat dukungan serta apresiasi yang meluas.

Lalu muncul pertanyaan sederhana siapa sebenarnya Bupati Simon Nahak ? Beliau lahir 13 Juni 1964. Menjabat Bupati Malaka sejak 26 April 2021. Ditelisik dari wikipedia, riwayat pendidikan Bupati Simon Nahak: SD Katolik Weoe II (1971–1977); SLTP Katolik Putri St. Xaverius (1981–1984);SLTA Diakui Sinar Pancasila Betun (1984–1987); S-1 Fakultas Hukum, Universitas Warmadewa (1987–1992); S-2 Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Udayana (2001–2004); S-3 Program Doktor pada Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya (2010–2013).

Berbekal pengalaman selama ‘merantau” di Denpasar-Bali, Bupati Simon sungguh memberi atensi dan apresiasi yang tinggi terhadap hal-hal baik yang ada di Bali untuk diadopsi dan diterapkan di Kabupaten Malaka. “Saya akan membawa beberapa Kepala Desa yang ada di Malaka untuk studi banding di Bali,” tandas Bupati Simon.

Bersama Wakil Bupati, Kim Taolin, secara keseluruhan, program SAKTI hampir seluruhnya telah dijalankan. “Meski masa kepemimpinan kami sangat singkat. Tetapi demi kepentingan masyarakat Malaka, semua harus kami lakukan,” tandas Bupati Simon.

Harus diakui ada banyak kemajuan yang dirasakan masyarakat Malaka maupun para pendatang yang hanya sekadar mampir di Kota Betun. Nampak terasa suasana kota. Jalan raya yang sebagian sudah diaspal, ada drainase di sisi kiri dan kanan badan jalan, ada traffic light yang berfungsi dengan baik; meski mental masyarakatnya perlu diingatkan untuk hidup tertib dan taat dalam berlalu lintas.

Karena fungsi traffic light itu adalah untuk tertib berlalu lintas dan usaha untuk meminimalisir kecelakaan kendaraan bermotor. Traffic light tidak sekadar infrastruktur yang memperindah kota. Tetapi lebih dari itu, ada makna sosiologis yakni ekspresi atau pantulan karakter masyarakat yang hidupnya tertib dan disiplin. Ada nilai untuk menghargai dan menghormati para pejalan kaki dan pengendara yang lain. Terlihat sangat sederhana namun inilah sisi lain dari geliat pembangunan di Malaka yang perlu mendapat atensi serius dari para pemimpin; tidak hanya pemimpin formal tapi juga para pemimpin informal yang sangat dekat dan mengetahui persis karakteristik masyarakat Malaka.

Malam semakin larut, kami pun disuguhi kopi hitam yang hangat dan kue nogo sari yang gurih dan nikmat. Usai bercerita panjang lebar tentang pembangunan di Kabupaten Malaka, dengan nada senda gurau, Bupati Simon menyatakan dengan tegas untuk siap memimpin Malaka di periode kedua. “Siap e…Kami siap memimpin Malaka di periode kedua,” ucapnya, sambil tertawa lepas.

Sebagai bentuk perjumpaan dengan pemimpin Malaka, tim BPPD Provinsi NTT menyerahkan ‘kado” buku. Bupati Simon pun tak mau kalah. Beliau balik memberi kami hadiah buku yang berjudul Malaka Paradise; Pesona Alam dan Budaya Kabupaten Malaka yang diedit sangat apik oleh wartawan senior Malaka, Yohanes Berchmans Nahak dan kata pengantar ditulis sangat ‘renyah dan gurih” oleh RD. Dr. Florens Maxi Un Bria.

“Rasa peduli dan cinta terhadap masyarakat Kabupaten Malaka, budaya dan segala potensinya juga dapat didukung  dengan narasi yang indah dan positif yang ditulis oleh para jurnalis, akademisi dan budayawan sebagai salah satu agen pembangunan yang hadir untuk memberikan pencerahan, edukasi dan penyebaran informasi yang jujur dan benar melalui media yang ditekuninya secara profesional. Setidaknya Buku Malaka Paradise menjadi media yang membuka akses kepada khalayak terhadap realitas sosial masyarakat Malaka dengan segala potensi keindahan dan keunikan,” tulis Romo Maxi un Bria.

Bupati Simon menyentil segmen pariwisata yang menjadi andalan di Kabupaten Malaka. “Pariwisata Malaka sangat menjanjikan. Kami punya wisata bahari, wisata budaya, wisata religi dan wisata alam. Semua masih sangat asri, sehingga jika dieksplor akan menjadi daya tarik tersendiri,” ucap Bupati Simon.

Wakil Bupati Malaka, Louise Lucky Taolin, S.Sos atau yang lazim dikenal Kim Taolin mengapresiasi buku Malaka Paradise. “Buku adalah jendela dunia maka Buku Malaka Paradise ini tentu saja akan menjadi jendela bagi banyak orang untuk melihat dan mengenal Malaka; lalu datang untuk berkenalan dengan Malaka lebih mendalam. Saya yakin buku ini akan menjadi magnet yang menarik minat dan simpati wisatawan untuk senantiasa berkunjung ke Rai Malaka. Semuanya tentu berdampak bagi peningkatan kehidupan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat Malaka,” tulis Kim Taolin.

Di tikungan ini, ada seorang sahabat mengirimkan pesan melalui WhatsApp, “untuk menjadi yang terbaik tak perlu menjatuhkan, menyingkirkan atau menjelekkan pihak lain. Cukup lakukan kebaikan yang lebih baik secara konsisten; biarlah waktu yang akan menjawabnya dan membuktikan kualitas kita. Permata akan tetap bersinar meski tertimbun oleh lumpur pekat. Jadilah lebih baik tanpa harus menjelekkan; jadilah benar tanpa harus menyalahkan; naiklah setinggi-tingginya tanpa harus menjatuhkan. Majulah tanpa harus menyingkirkan.” Ahhh ! (*)