Cagub Ansy Lema Sebut Kehadiran Figur Perempuan dalam Birokrasi Berdampak bagi Perubahan NTT

oleh -117 Dilihat

Suara-ntt com, Kupang-Bakal calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2024-2028, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menyebut kehadiran figur perempuan dalam birokrasi berdampak bagi perubahan dan pembangunan di NTT.

“Sejumlah masalah mendasar yang terus berlangsung di NTT berkaitan erat dengan perempuan, seperti kemiskinan, kesehatan ibu dan anak, stunting, pendidikan, hingga pekerja migran, dan masalah kaum rentan dan marginal,” terang Ansy Lema di Manulai, Kecamatan Alak, Kota Kupang pada Sabtu, 28 Agustus 2024.

Politisi PDI Perjuangan ini menilai budaya patriarki yang mengatur sistem sosial-kemasyarakatan turut andil terhadap kondisi riil masyarakat NTT hingga kini.

Budaya patriarki tidak hanya berdampak dalam pengambilan keputusan di lingkup keluarga atau adat. Hal serupa berpengaruh juga ke pemerintahan, mulai dari lingkup terbawah, yaitu desa/kelurahan. Gambaran itu terlihat dari Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes)

“Mulai dari Musrenbangdes dominasi laki-laki sangat kuat. Akibatnya, aspirasi dan arah pembangunan mulai dari level terbawah sudah kental dengan kepentingan dan pola pikir maskulin. Pada hal kita sangat membutuhkan partisipasi dan aspirasi perempuan untuk menyelesaikan masalah-masalah mendasar tadi,” urai juru bicara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Ansy menjelaskan, konsep pembangunan partisipatif yang dijalankan selama ini sudah berada pada alur yang benar.

Pola Human Centred Development yang menempatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sebagai pusat dari desain atau perencanaan, implementasi hingga evaluasi pembangunan sudah mulai diterapkan.

Namun, aspek partisipatif dimaksud masih perlu dilengkapi dengan keterwakilan perempuan, terutama dalam kultur patriarki di NTT.

Apalagi kaum perempuan di desa-desa masih tergolong kelompok marjinal, yakni kalompok yang tidak memiliki akses pada penentuan kebijakan.

“Karena itu kita perlu mempertegas konsep partisipatif dalam Human Centred Development melalui pendekatan yang terpusat pada kepentingan dan pemberdayaan perempuan atau woman centred approach,” jelas Ansy.

Berbagai pertimbangan inilah yang mendorong figur yang diusung PDI Perjuangan sebagai calon Gubernur NTT menilai penting kehadiran sosok perempuan dalam kepemimpinan di NTT. Itulah alasannya Ansy sejak awal memilih figur perempuan sebagai pendampingnya.

Pilihan Jane Natalia Suryanto sebagai calon wakil Gubernur NTT adalah rancangannya sejak awal dengan tujuan program-program prioritas yang menyasar kaum perempuan bisa direalisasikan dan tepat sasar.

“Perempuan butuh perempuan. Perempuan untuk perempuan,” sambung Ansy.

Menurut Ansy, keberadaan perempuan dalam struktur kepemimpinan tertinggi akan mendukung arah pembangunan yang menyertakan aspirasi dan kepentingan kaum perempuan.

“Lebih dari itu, kehadiran perempuan akan membantu pemerintah untuk fokus pada problem yang berkaitan dengan perempuan, seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan,” pungkas Ansy.

Sebagai catatan, hingga saat ini Provinsi NTT belum pernah memiliki tokoh perempuan dalam struktur pemerintahan tertinggi, baik sebagai gubernur maupun wakil gubernur. Kehadiran Jane Natalia Suryanto sebagai pasangan Ansy diharapkan akan menghapus patriarkis tersebut.

Apalagi, Ansy adalah politisi PDI Perjuangan, partai yang menjunjung tinggi peran perempuan. Di level Pusat, Ketua Umum PDIP adalah perempuan, Megawati Soekarnoputri. Pimpinan DPR RI juga adalah seorang perempuan, Puan Maharani.

Di level daerah ada Emi Nomleni yang merupakan ketua DPD PDI Perjuangan NTT sekaligus Ketua DPRD NTT. ***