Cakrawala NTT Diharapkan Terus Melangkah di Jalan Literasi

oleh -206 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Dosen Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Peter Than mengapresiasai Cakrawala NTT yang terus merawat kegelisahannya akan kondisi pendidikan di NTT selama sepuluh tahun ini.

“Saya mengucapkan selamat, karena selama 10 tahun hidup bersama kegelisahan. Sejarah peradaban kita itu dimulai dengan kegelisahan,” ucapnya pada kegiatan Diskusi Pendidikan dalam merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-10 (satu dekade perjalanan) sekaligus merayakan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2023 di Yayasan Rumah Literasi Cakrawala, Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang pada Jumat, 24 November 2023.

Peter juga mengapresiasi Cakrawala NTT yang memiliki mimpi untuk menghasil generasi emas NTT di tahun 2050 nanti. Menurutnya, mimpi Cakrawala NTT itu adalah sesuatu yang realistis.

Namun, di balik itu ada pertanyaan yang diajukan Peter, apakah di 2050 nanti akan menciptakan generasi emas atau silent majority.

“Kalau senyap, berarti ada yang salah dengan literasi. Saya membayangkan generasi yang bersuara, lisan maupun tulisan. Cakrawala NTT harus ciptakan generasi yang bersuara,”katanya.

Peter berharap, Cakrawala NTT terus melangkah di jalan literasi, khususnya dengan metode pelatihan terhadap guru maupun siswa. Sebab dengan literasi akan membantu orang keluar dari ketertindasan.

“NTT hidup dalam bermacam-macam ketertindasan. Oleh karena itu Cakrawala NTT tidak hanya sekedar membantu orang untuk tahu baca dan tulis, tetapi lebih dari itu,”ungkapnya

Pada kesempatan itu Peter Than juga menyampaikan kegelisahannya akan kondisi pendidikan saat ini. Menurutnya, situasi dan kondisi pendidikan kita tengah mengalami peralihan dari asas paradigmatik ke pragmatik. Menurutnya, konsep pendidikan sekarang lebih menekankan pencapaian praktis ketimbang pengembangan ide atau paradigma berpikir.

“Kondisi pendidikan saat ini benar-benar pragmatis. Para pelajar dan mahasiswa bahkan diarahkan untuk mempersiapkan diri menjelang dunia kerja. Mereka dibentuk menjadi pekerja dalam industri kerja, bahkan disisipi paradigma ekonomi. Akibatnya, mereka tidak menghiraukan hal-hal idealis dan tidak mementingkan paradigma berpikir yang kritis,”bebernya.

Dikatakan, semoga dengan berbagai kebijakan yang ada, bisa menghasilkan kualitas pendidikan yang baik di provinsi yang kita cintai ini.

“Penting sekali sumber daya pendidikan yang berkualitas, termasuk guru. Semua guru adalah penggerak, sehingga tidak ada semacam perbedaan diantara para guru, seolah ada yang tidak bergerak dan ada yang bergerak. Yang sebenarnya adalah guru yang terlibat,” tegasnya.

Dia memberikan apresiasi bagi Cakrawala NTT yang berani mengambil haluan untuk mengarahkan kembali para penggerak dan subyek pendidikan ke dalam konsep pendidikan yang lebih berkualitas melalui budaya literasi.

“Selama satu dekade perjalanan, Cakrawala NTT telah memberikan banyak kontribusi melalui budaya literasi. Sekali lagi, apresiasi yang setingginya patut diberikan atas komitmen yang telah dibangun oleh Cakrawala NTT,” pungkasnya.

Pantauan media, selepas penyampaian materi dari kedua pembicara, dilanjutkan sesi diskusi bersama para peserta diskusi. Banyak topik dan isu yang dibahas dalam sesi diskusi, mulai dari persoalan pembelajaran, sumber daya pendidikan yang belum memenuhi tuntutan masyarakat, iklim pendidikan yang belum kondusif, rendahnya kemampuan literasi dasar peserta didik, hingga persoalan tenaga pendidik di lingkungan pendidikan.

Seperti yang disaksikan media ini kegiatan diskusi berjalan dalam suasana penuh keakraban. Sederhana namun berisi, demikian komentar salah satu peserta yang hadir dalam kegiatan diskusi tersebut.

Sesi diskusi ditutup dengan komitmen bersama untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di NTT, termasuk melalui penguatan aspek literasi. Para peserta diskusi mengharapkan adanya rencana tindak lanjut sebagai bagian dari semangat sinergitas-kolaborasi yang telah dibangun. ***