Suara-ntt.com, Kupang-Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di NTT kembali melonjak. Bahkan, di dua bulan awal tahun 2022 ini tercatat mencapai 58 persen dibanding dengan kasus pada tahun 2021 lalu.
Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi NTT pun mengeluarkan Status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD untuk 14 daerah.
Berdasarkan surat pemberitahuan analisis epidemologi Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT,
sebanyak 14 kabupaten/kota mendapat status KLB DBD.
Ke-14 daerah itu antara lain; Sumba Barat Daya, Lembata, Manggarai Barat, Flores Timur, Malaka, Timor Tengah Selatan, Sikka, Belu, Nagekeo, Sumba Tengah, Timor Tengah Utara, Kota Kupang, Sumba Barat dan Ngada.
“Dengan demikian diminta kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang masuk dalam kriteria KLB agar segera mengambil langkah-langkah strategis dan memprioritaskan penanggulangan DBD di wilayah masing-masing,”kata Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, dr. Messerasi Ataupah pada Selasa, 15 Pebruari 2022.
Berdasarkan data perbandingan jumlah dan distribusi kasus DBD bulan Januari sampai Februari tahun 2021 dan tahun 2022, Dinas Kesehatan NTT mencatat ada 1.077 penderita untuk tahun 2022 dan 8 pasien meninggal dunia. Bahkan dari 22 kabupaten/kota, hanya 2 daerah yang masih bersih dari DBD yakni Rote Ndao dan Alor.
Sedangkan untuk kasus DBD di 2 bulan awal tahun 2022 tercatat, 661 penderita dan 4 pasien meninggal dunia. Berikut rincian data kasus DBD dengan perbandingan 2 bulan di awal tahun 2021 dan 2022:
1. Kota Kupang
Penderita di 2021: 247
Meninggal di 2021: 1
Penderita di 2022: 197
Meninggal di 2022: 1
2. Kabupaten Kupang
Penderita di 2021: 35
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 14
Meninggal: 0
3. Timor Tengah Selatan
Penderita di 2021: 4
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 37
Meninggal: 0
4. Timor Tengah Utara
Penderita di 2021: 30
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 20
Meninggal: 0
5. Belu
Penderita di 2021: 15
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 69
Meninggal: 0
6. Flores Timur
Penderita di 2021: 3
Meninggal: 1
Penderita di 2022: 31
Meninggal: 0
7. Lembata
Penderita di 2021: 0
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 78
Meninggal: 0
8. Ende
Penderita di 2021: 14
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 7
Meninggal: 0
9. Sikka
Penderita di 2021: 47
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 136
Meninggal: 1
10. Ngada
Penderita di 2021: 31
Meninggal: 1
Penderita di 2022: 27
Meninggal: 3
11. Nagekeo
Penderita di 2021: 6
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 20
Meninggal: 1
12. Manggarai
Penderita di 2021: 15
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 13
Meninggal: 0
13. Manggarai Timur
Penderita di 2021: 93
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 7
Meninggal: 0
14. Manggarai Barat
Penderita di 2021: 9
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 212
Meninggal: 0
15. Sumba Timur
Penderita di 2021: 30
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 21
Meninggal: 0
16. Sumba Barat
Penderita di 2021: 12
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 22
Meninggal: 0
17. Sumba Barat Daya
Penderita di 2021: 10
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 97
Meninggal: 1
18. Sumba Tengah
Penderita di 2021: 3
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 7
Meninggal: 1
19. Sabu Raijua
Penderita di 2021: 46
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 35
Meninggal: 0
20. Malaka
Penderita di 2021: 10
Meninggal: 0
Penderita di 2022: 27
Meninggal: 0
Pemprov Bahas Langkah Mitigasi dan Percepatan Penanganan Kasus DBD di NTT
Dalam rangka mengantisipasi lonjakan kasus DBD di NTT, Pemerintah Provinsi NTT melalui Biro Administrasi Pimpinan menggelar Pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) di Aula Hotel Sasando Kupang pada Selasa, Selasa, 15 Pebruari 2022.
Hal itu dilakukan untuk mencari langkah-langkah mitigasi dan percepatan penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Nusa Tenggara Timur.
Sambutan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang dibacakan Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi NTT, Semuel Halundaka, menyampaikan apresiasi kepada Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT, yang menyelenggarakan Bakohumas tersebut untuk menggerakkan semua pihak agar bersama berupaya dapat mencegah dan menanggulangi demam berdarah yang mengancam kesehatan manusia.
“DBD dapat menyerang semua kalangan usia, tidak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Penyakit ini lebih rentan menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh yang tidak sekuat orang dewasa. Penyakit ini juga dikenal juga sebagai penyakit menular berbasis lingkungan, yang artinya ditimbulkan juga oleh faktor lingkungan yang tidak ditata dan diperhatikan kebersihannya,” jelasnya.
“Upaya pencegahan harus dimulai dari individu dan setiap rumah tangga. Perbiasakanlah hidup bersih dan tingkatkan pencegahan penyakit dengan baik. Itu harus jadi budaya hidup kita, bukan hanya untuk terhindar dari DBD tetapi juga dari penyakit lainnya,”katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Erlina Salmun menyatakan hingga kini data periode Januari hingga 13 Februari 2022, terdapat 8 orang meninggal dunia akibat DBD.
“Dalam data perkembangan kasus dan kematian DBD di Provinsi NTT Periode Januari sampai 13 Februari 2022 menyebutkan, terdapat 1.077 kasus yang tersebar di 20 kabupaten/kota. Dan terdapat 8 orang yang meninggal dunia dengan persebaran masing-masing Kabupeten Nagekeo satu orang , Sikka satu orang, Kota Kupang satu orang, Sumba Barat Daya satu orang, Sumba Tengah satu orang dan Ngada tiga orang,” jelas Erlina.
Dijelaskan, pada musim hujan, angka penyakit demam berdarah melonjak tinggi dan bila tidak dikendalikan dengan baik maka dapat dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) bagi daerah yang kasus terjangkit atau kematiannya cukup tinggi.
“Diharapkan, semua pihak harus melakukan pencegahan dan pengendalian dengan berkoordinasi lintas sektor. Selain itu perlu ada satgas penanganan DBD di setiap kabupaten/kota. Dan masyarakat gencar melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk seperti bak mandi dan lain-lain serta dengan 3M Plus,” katanya.
Dikatakan, perlu menyikapi adanya gigitan nyamuk diluar rumah maka diharapkan dimasa pandemi ini tetap dilakukan pemantauan dan pembasmian jentik dan PSN serta ketersediaan sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan (faskes) untuk penanganan DBD.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang, Orson Genes Nawa, menjelaskan, salah satu hal utama dalam penanganan DBD adalah kebersihan lingkungan yang harus wajib dierhatikan.
“Harus kita sadari, penyakit ini juga disebabkan kebersihan lingkungan. Nyamuk akan berkembang biak bila ada banyak tumpukan sampah yang dibiarkan apalagi dengan air hujan yang tertampung di sampah-sampah tersebut. Budaya lingkungan bersih harus dimiliki oleh semua orang,” jelasnya.
“Kesadaran kita masih kurang untuk kebersihan lingkungan kita. Banyak yang masih buang sampah sembarangan, padahal sudah disiapkan tempatnya. Maka hal-hal seperti ini jangan lagi terjadi sehingga bila lingkungan bersih maka masyarakat juga akan sehat,” tambahnya. (Hiro Tuames)