Site icon Suara NTT

Dekranasda NTT ‘Gandeng’ SMKN 4 Kupang adakan Pelatihan Pembuatan Alat Tenun Ikat

Suara-ntt.com, Kupang-Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT ‘gandeng’ atau berkolaborasi dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Kupang mengadakan pelatihan pembuatan alat tenun ikat.

Kegiatan tersebut akan diikuti 22 kabupaten/kota se-NTT. Namun pandemi COVID-19 maka dibagi dalam dua gelombang yakni gelombang pertama diikuti 13 kabupaten dan gelombang kedua 9 kabupaten/kota.

Ke-13 kabupaten yang mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan alat tenun ikat pada gelombang pertama yakni Kabupaten TTS, Lembata, Manggarai Timur, Sikka, Sumba Barat Daya, Malaka, Sumba Timur, Rote Ndao, TTU, Ende, Alor, Kabupaten Kupang, Sabu Raijua. Dan kegiatan tersebut akan berlangsung selama 5 hari di gedung SMK Negeri 4 Kupang.

Dalam Kesempatan itu Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat mengatakan,  pelatihan tersebut merupakan kaloborasi antara Dekranasda NTT dan SMK Negeri 4 Kupang.

Dikatakan, sejak awal menjabat sebagai Ketua Dekranasda Provinsi NTT dirinya melihat tenun itu sebagai budaya. Dan NTT sangat kaya sekali tenun ikat dibandingkan tempat atau daerah lain. Karena  mempunyai motif, ciri khas dan ceritanya tersendiri.

“Dari 22 kabupaten/kota se-NTT hampir ada sekitar 800-an motif. Dan menurut saya budaya ini harus kita pertahankan untuk menunjang pariwisata. Karena pariwisata itu tidak mungkin orang datang berkunjung bukan hanya melihat alamnya saja tetapi mereka juga ingin tahu budaya kita seperti apa. Dan mereka juga pasti ingin membeli cenderamata atau ole-ole dari NTT berupa kain tenun,” kata Bunda Julie ketika membuka kegiatan pelatihan pembuatan alat tenun ikat di SMKN 4 Kupang pada Senin, 23 Agustus 2021.

Bunda Julie sangat mengkuatirkan suatu saat tenun ikat akan punah. Karena menurutnya rata-rata yang menenun adalah ibu-ibu yang sudah tua. Sementara muda-muda hampir tidak mau menenun. Alasaannya karena mereka kesulitan akses modal usaha dan pangsa pasar. Padahal ini menjadi salah satu mata pencaharian tanpa musiman.

“Kami bekerjasama dengan SMKN 4 Kupang karena yang saya tahu satu-satunya di NTT. Sementara tempat lain saya belum tahu dan belum ada”.

“Kemudian saya kagum dengan SMKN 4 Kupang karena mereka mempunyai matapelajaran menenun. Saya kepingin anak-anak muda dari kegiatan tenun ini mereka bisa membantu orang tua untuk mencari uang,”ungkapnya.

“Kalau tenun sudah jadi kami yang membeli semuanya. Dimana hasilnya dibagi dua yakni untuk sekolah dan anak-anak. Dengan demikian, anak-anak akan terpacu untuk mengembangkan bakat dan minat menenun,” tambahanya.

Selain belajar menenun kata dia, SMK Negeri 4 Kupang juga membuat terobosan atau inovasi pembuatan alat tenun ikat yang lebih mudah dan praktis sehingga bisa digunakan dimana saja, dengan stadarisasi sesuai dengan kebutuhan.

Diharapkan dengan adanya pelatihan pembuatan alat tenun tersebut para peserta bisa dikembangkan di kabupaten masing-masing.

Lebih lanjut kata dia bahwa kegiatan pelatihan tersebut dapat membantu Dekranasda NTT dalam program 1.000 calon wirausaha dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).

Calon wirausaha diutamakan untuk penenun sesuai dengan umur 15 sampai 25 tahun. Untuk masing-masing calon wirausaha akan diberikan uang stimulan sebesar Rp 6 juta untuk membeli alat tenun sendiri.

“Kita minta teman-taman yang mengikuti pelatihan ini harus serius, kerena akan dikembangkan di kabupaten masing-masing. Kemudian bagi yanh sudah memiliki alat tenun ikat akan diberikan benang berkwalitas dari Dekranasda di setiap kabupaten masing-masing,”beber anggota DPR RI dari Fraksi NasDem ini.

Sementara Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Kupang, Semi Ndolu mengapresiasi ide brilian dan inovasi soal pembuatan alat tenun ikat dari Bunda Julie Laiskodat. Selain itu juga ikut mempromosikan tenun ikat karena bunda adalah figur yang sangat mencintai produk tenun ikat NTT.

“Alat tenun yang kami kembangkan ini adalah ide dari bunda Julie yaitu alat tenun dengan posisi duduk di kursi. Dari dulu kita tidak mempunyai alat tenun duduk di kursi. Karena ide dari bunda bahwa bila ada expo dan jika orang duduk dilantai dengan pakaian yang resmi, rok lainnya kelihatan tidak etis. Dengan demikian, bagaimana caranya kita membuat suatu inovasi soal pembuatan alat tenun ikat modern,”pungkasnya.

Dia menyampaikan bahwa pelatihan bagi para peserta agar bisa membuat alat tenun ikat, yang mudah dan lebih praktis.

Namun setelah berhasil dikerjakan dan dijual kata dia harus memakai Hak Paten milik SMK Negeri 4 Kupang.

Dengan adanya pelatihan itu semoga dapat bermanfaat bagi para peserta agar budaya tenun ikat terus terjaga dan bisa dikembangkan oleh kaum milenial atau anak muda di NTT. (Hiro Tuames)

Exit mobile version