Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Rilis Dampak El Nino terhadap Tanaman Jagung dan Padi di NTT

oleh -246 Dilihat
Oplus_131072

Suara-ntt.com, Kupang-Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merilis dampak El Nino (perubahan iklim) terhadap ketersediaan pangan khususnya tanaman jagung dan padi di NTT.

Kepala Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Billy Oemboe Wanda mengatakan pengaruh El Nino menyebabkan perubahan pola cuaca global yang dapat berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

“Dampak dari El Nino ini menyebabkan kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman, ancaman gagal panen dan ketidakstabilan pasar,”kata Joaz Billy kepada media ini di ruang kerjanya pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Untuk NTT sendiri dampak dari El Nino menyebabkan kekeringan dan ancaman gagal panen. Berdasarkan data yang ada sampai bulan Juni 2024, dimana luas kerusakan tanaman jagung akibat Dampak Perubahan Iklim (DPI) terjadi di Kabupaten Sikka seluas 1.652,55 hektare (ha).

Sementara pada periode yang sama juga terjadi kerusakan pada tanaman padi akibat DPI dan terluas di Kabupaten Sumba Timur seluas 345 ha.

Dikatakan, untuk mengantisipasi dampak El Nino yang terjadi saat ini maka pihaknya telah melakukan akselerasi pembangunan terhadap ketersediaan pangan melalui mitigasi yakni; koservasi air (mengadopsi
teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air, manfaatkan irigasi di lokasi dengan bijak).

Kemudian melakukan diversifikasi tanaman (tanaman tahan cuaca panas
seperti kacang-kacangan) dan penggunaan teknologi dan informasi.

Selanjutnya melakukan antisipasi menyebarluaskan informasi
prakiraan cuaca dari BMKG
sebagai peringatan dini untuk
menentukan jadwal tanam; Monitoring dan pelaporan perkembangan luas DPI;
Pemantauan intensif, peringatan
dini dan inventarisasi lahan
terkena kekeringan; Identifikasi dan pemetaan lahan yang tersedia sumber air sehingga dapat disesuaikan
dengan waktu tanam dan
keberlanjutan ketersedaan air bagi tanaman; Edukasi kepada petani untuk
selektif menanam jenis komoditi
yang umur pendek dan tahan kekeringan.

Untuk tahap adaptasi lanjutnya koservasi air (mengadopsi teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air, manfaatkan irigasi di lokasi dengan bijak); Diversifikasi Tanaman
(tanaman tahan cuaca panas
seperti kacang-kacangan);
Penggunaan Teknologi dan
Informasi. Lalu pola tanam disesuaikan
dengan musim tanam dan
jenis komoditi; Optimalisasi Brigade Alsintan; Penggunaan varietas toleran
kekeringan dan umur pendek.

Lebih lanjut kata dia, Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mendapatkan bantuan dari Kementerian Pertanian RI dari kegiatan pompanisasi untuk Penambahan/Perluasan Areal Tanam (PAT) sesuai usulan Kabupaten se-NTT melalui Dinas Pertanian Kabupaten tertentu di daerah yang masih tersedia sumber air baik air sungai dan air permukaan berupa Pompa Air 3 dim, dan 4 dim serta irigasi perpompaan dan perpipaan.

Dia menambahkan pihaknya melalui kegiatan Antisipasi Gagal Panen memberikan bantuan benih di kabupaten yang terdampak kekeringan. Benih yang dibantu yaitu benih padi, jagung, sorgum, kacang hijau dan benih hortikultura berupa sayuran.

“Adanya gerakan masyarakat (petani) untuk memanfaatkan lahan yang ada dan masih tersedia sumber air untuk menanam tanaman sayuran yang umur pendek seperti sawi pakchoi, kangkung dan sayuran lain untuk mendapatkan produksi dan pendapatan untuk kapitalisasi ekonomi keluarga mereka,”ungkapnya. ***