Site icon Suara NTT

Dirut Bank NTT bersama Kadis Pertanian dan PUPR Diperintahkan Segera Gelar Rapat Incidental untuk Eksekusi Keluhan Warga Flotim

Suara-ntt.com, Larantuka-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat perintahkan Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Provinsi NTT, Lucky F. Kolly serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi NTT, Maksi Nenabu segera menggelar rapat incidental atau dadakan untuk mengeksekusi keluhan dari masyarakat Flores Timur (Flotim) terkait buruknya akses infrastruktur jalan menuju lahan pertanian dalam mendukung program tanam jagung panen sapi (TJPS).

Untuk diketahui program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) dengan ekosistem pembiayaan baru yang kini menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Provinsi NTT, terus digelorakan hingga ke pelosok-pelosok desa.

Dalam kunjungan kerja ke Desa Waibao Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur,
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat berbicara mengenai skema baru program tanam jagung panen sapi (TJPS) yang diyakininya sebagai upaya percepatan NTT bangkit menuju masyarakat sejahtera.

“Kita punya potensi yang hebat. Setiap tahun Tuhan mengirimkan air bagi kita tetapi pertanian  kita tidak ada. Kita harus mampu mengambil sikap, dari tanah-tanah yang kosong itu lahir sesuatu yang berguna. Yang penting jangan tanahnya kosong. Karena pertanian itu bukan programnya pemerintah, itu programnya Tuhan. Jadi, saya katakan ulang, orang-orang yang tidak tanam dan membiarkan air mengalir dengan sia-sia, dia berdosa kepada Tuhan. Berdosa juga kepada nenek moyang,”kata Gubernur VBL ketika melakukan kunker di daerah itu pada Jumat, 8 April 2022.

Dalam kesempatan itu Kepala Desa Waibao, Herry Aran memaparkan bahwa tidak hanya di Desa Waibao melainkan desa tetangga lainnya pun memiliki potensi alam yang kaya luar biasa. Ada mente, serta lahan yang luas untuk tanaman jagung. Hanya kondisi alamlah yang menjadi kendala bagi mereka, terutama buruknya infrastruktur menuju desa, serta lokasi pertanian. Bahkan mereka pun kesulitan dalam memperoleh air untuk sektor pertanian. Inilah yang menjadi kendala serius bagi mereka untuk mengeksekusi program pemerintah, salah satunya program TJPS.

Mendengar keluhan itu, Gubernur Viktor langsung meminta Dirut Bank NTT, Kadis Pertanian dan Kadis PUPR untuk menggelar rapat incidental atau dadakan bersama para kepala desa yang ada di daerah itu.

“Saya sudah dengar itu, sehingga tolong, seusai pertemuan ini, nanti Direktur Utama Bank NTT, Kadis Pertanian NTT, Kadis PUPR gelar rapat dengan para kepala desa disini. Hari ini juga harus ada solusinya, bagaimana memecahkan masalah ini, dengan menghadirkan ekosistem pembiayaan yang menolong masyarakat di Tanjung Bunga ini. Jangan ikut saya dalam kunjungan, tolong dirapatkan dan cari solusinya, nanti malam baru kita ketemu,”tegas VBL dengan nada serius, disambut gemuruh sorak ratusan warga yang memenuhi halaman kantor kepala desa setempat.

Usai pertemuan, para pejabat yang yang diberi amanat langsung menggelar pertemuan bersama para kepala desa di Kecamatan Tanjung Bunga. Pejabat-pejabat itu antara lain; Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Lucky Frederich Koli serta Kepala Dinas PUPR NTT, Maksi Nenabu.

Rapat incidental atau dadakan itu berlangsung sekira dua jam dan dihadiri Kepala Desa Lamatutu, Vinsenius Umbu Sogen, Kepala Desa Gekengderang, Fidelis Natan Tukang, Kepala Desa Bandona, Ignasius, Kepala Desa Lewobunga, Hendrikus Poi Aran, Kepala Desa Bahinga, Rafael Pelik Maran, Kepala Desa Sinamalaka, Siprianus Hadjon, Kepala Desa Kolaka, Andy Lembunga dan Pastor Paroki Riangpuho, RD. Paulus Pengasih Magun Nunang.

Pertemuan itu berlangsung dibawah rimbunan pohon kusambi Kantor Desa Waibao dan dibuka oleh Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Lucky F. Koli.

Dalam diskusi itu Kadis Lucky mempertanyakan ketersediaan lahan dan gambaran umum mengenai infrastruktur menuju ke lokasi pertanian dari setiap kepala desa. Dijawab oleh para kades bahwa kendalanya ada pada buruknya akses jalan menuju lahan pertanian.

“Kami punya ratusan bahkan ribuan hektar lahan tidur yang belum diolah. Di desa kami, berdasarkan data saya, kami punya sekitar 150 hektar yang bisa dipakai untuk tanam jagung ekosistem baru yang ditawarkan yakni TJPS. Kendala kami hanya pada akses jalan dan air,”tegas Hendrikus Poi Aran.

Tak hanya dia, melainkan hal yang sama disampaikan koleganya sesama Kades, Fidelis Natan Tukan. “Kami punya kendala yang sama, yakni infrastruktur menuju lokasi yang kami siapkan yakni 120 hektar,”tegasnya.

Menjawab para kades, Kadis Lucky F. Koli menegaskan bahwa dalam skema pembiayaan yang baru, pemerintah sudah menyiapkan bibit jagung, pupuk non subsidi yang ramah, serta offtaker.

“Sehingga saya minta agar bapak-bapak Kades tolong mendata nama-nama petani yang lahannya mau dipakai, berapa luas lahan dan setelah Paskah, kita akan duduk bersama lagi untuk mengevaluasi data yang diberikan serta bagaimana cara eksekusinya,”tegas Lucky sembari berharap nantinya desa-desa di Kecamatan Tanjung Bunga akan menjadi contoh yang baik, guna menggerakkan desa-desa lain di Flores Timur baik itu di Larantuka dan sekitarnya maupun di Solor dan Adonara. Fokus mereka, nantinya ada 5.000 hektar lahan yang akan ditanami jagung khusus di Flores Timur.

Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menjelaskan, pihaknya mensupport penuh program TJPS. “Jika mau jujur, masyarakat diuntungkan dengan program ini, yakni setiap hektar mereka hasilkan tujuh ton jagung yang jika dijual dengan harga pasar saat ini, mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit, yakni diperkirakan Rp 28 juta per hektar. Ada putaran uang yang besar di masyarakat karena ada offtaker yang siap membeli hasil panen,”tegas Alex.

Tak hanya itu, dalam pola ini ada kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan sehingga jika ada wirausaha mandiri mengalami kecelakaan kerja maka seluruh pembiayaannya akan dicover. Termasuk kesehatannya pun akan dicover seluruhnya oleh BPJS.

Bank NTT menurutnya akan hadir bersama Pemprov untuk melakukan sosialisasi kepada petani di Tanjung Bunga maupun kecamatan lain di Flores Timur yang membutuhkan penjelasan. “Kita berharap seusai Paskah tahun ini, minggu depan kalau bisa, ada rapat sehingga kita sudah bisa bergerak,”tegas Alex.

Tidak hanya itu, Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Maksi Nenabu menjelaskan, mengenai usulan pembuatan jalan, sepenuhnya akan menjadi tanggungjawab Dinas Pertanian, karena terkait status jalan yang masuk kategori jalan tani.

“Sementara mengenai embung seperti yang disampaikan sebagai sumber air baku bagi sektor pertanian, kami siap memfasilitasinya. Sehingga kami sudah berpesan kepada Kadis Pertanian Flores Timur yang hadir saat rapat, untuk segera menginformasikan ke Kadis PU untuk membuat kajian kelayakan serta silahkan berproses. Tentu semua ada waktunya, sementara mengenai skenario menyambut musim tanam Oktober-Maret, Dinas Pertanian NTT sudah menyiapkan skenarionya,”ujar Maksi. (Humas Bank NTT/HT)

Exit mobile version