Ganjar Bisa Ikuti Jejak Jokowi, Asalkan Sosok Ini Jadi Cawapresnya

oleh -162 Dilihat

Suara-ntt.com, Jakarta-Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih menjadi salah satu nama kandidat capres potensial untuk Pilpres 2024 mendatang.

Kendati sekalipun pintu pencapresannya melalui PDIP dipastikan tertutup.

Namun, bukan berarti kesempatan Ganjar untuk bisa berkontestasi memperebutkan kursi orang nomor satu di Indonesia itu menjadi mustahil.

Demikian setidaknya yang ingin disampaikan pengamat politiik Asrinaldi kepada JPNN.com (jaringan Fajar.co.id), Rabu (16/6/2021).

Menurutnya, jika Ganjar maju sebagai capres, sebaiknya memilih sosok cawapres dari kalangan partai nasionalis religius, jika diusung oleh PDIP.

Menurut Asrinaldi, hal ini lantaran Ganjar tidak bisa mengesampingkan pemilih-pemilih yang mayoritas beragama islam.

“Dia sadar bahwa pemilih-pemilih beragama Islam tentu akan berusaha memilih partai yang ada warna Islam,” jelasnya.

Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas itu mengatakan, hal ini terbukti saat Jokowi menjadi presiden di periode kedua.

Saat itu, Jokowi dipasangan dengan KH Ma’ruf Amin sebagai wakilnya dan menjadi pemenang Pilpres 2019.

Namun, jika Ganjar memilih pendamping dari kalangan lain, otomatis akan sulit merengkuh suara pemilih yang mayoritas beragama Islam.

“Tanpa melibatkan orang yang punya massa agama dalam konteks ini Islam, sulit sekali menang,” ulasnya.

Pilihan Generasi Milenial dan Gen Z

Dalam survei terbaru Center for Political Communication Studies (CPCS), didapati Ganjar Praowo menjadi yang teratas mendapatkan dukungan dari generasi milenial dan Gen Z.

Dalam survei tersebut, Ganjar Pranowo menjadi yang teratas dengan elektabilitas mencapai 17,7 persen. Disusul Ridwan Kamil di posisi kedua dengan 16,0 persen.

Sementara, Prabowo Subianto berada di posisi ketiga dengan elektabiliyas 12,8 persen.

Baru kemudian ada nama Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang berselisih cukup tipis. Keduanya memiliki elektabilitas 7,6 persen dan 7,3 persen.

Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta SK menyebut, penyumbang elektabilitas terbesar Ganjar dan RK itu datang dari generasi milenial dan Gen Z dibanding nama lain.

Sedangkan Prabowo, didominasi suara dari kalangan lebih tua.

Perubahan demografi juga terjadi sejak kali pertama Prabowo berlaga di Pilpres 2009 yang kala itu berpasangan dengan Megawati.

Di dua pilpres selanjutnya, yakni 2014 dan 2019, juga mengalami kekalahan.

“Makin besarnya pemilih muda pada Pemilu 2024 mendatang patut menjadi pertimbangan partai-partai politik dalam mengusung figur sebagai capres-cawapres,” tuturnya.

Harus Angkat Kaki

Di sisi lain, ointu untuk Ganjar Pranowo jika ingin tetap maju Pilpres 2024 melalui PDIP sepertinya sudah tertutup rapat.

Bahkan, PDIP terkesan menganggap Ganjar sebagai kader yang biasa saja sebagaimana kader pada umumnya.

Itu juga merunut pada pernyataan sejumlah petinggi partai berlambang kepala banteng moncong putih itu.

Pertama, adalah Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP yang juga Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto.

Sosok yang akrab disapa Bambang Pacul itu menyatakan, jika Ganjar bersikukuh maju di Pilpres 2024, dipersilahkan untuk mencari partai lain.

Demikian juga dengan politisi senior PDIP, Efendi Simbolon yang menyebut posisi tertinggi Ganjar hanya pantas duduk sebagai menteri.

Terbaru, adalah Wasekjen PDIP Utut Adianto yang mengingatkan Ganjar fokus pada tugas partai yang diamanatkan kepadanya.

Yakni dengan melaksanakan tugas sebagai Gubernur Jawa Tengah dengan sebaik-baiknya serta tidak usah mengurusi urusan pilpres.

Jika masih ngotot, Utut mempersilahkan Ganjar maju capres dari partai selain PDIP.

Pernyataan para petinggi PDIP untuk Ganjar itu menyiratkan bahwa Ganjar memang tidak masuk dalam rencana pencapresan 2024.

Sebaliknya, Ganjar hanya diplot untuk menyelesaikan tugasnya sebagai kepala daerah.

Dengan demikian, pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga menilai, Ganjar hanya memiliki dua pilihan.

“Tetap bertahan di PDIP, atau pindah ke partai lain,” bebernya. (HT/pojoksatu/fajar)