Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Sekda NTT, Benediktus Polo Maing, Bupati Flores Timur, Anthon Gege Hadjon serta Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho dan pejabat terkait ketika membayar barang belanjaannya dengan menggunakan QRIS Bank NTT pada Lapak Nur milik Siti Rahma di Pasar Inpres Larantuka. Foto Humas Bank NTT
Suara-ntt.com, Larantuka-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat melakukan kunjungan kerjanya di Pasar Inpres Larantuka yang terletak di Kelurahan Ekasapta Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur. Kunjungan VBL kali ini menjadi menarik adalah, dia mendatangi pasar yang dulu pola pembayarannya menggunakan cara-cara tradisional, yakni dengan cara cash atau membayar dengan uang tunai.
Kini, setidaknya 30 persen pedagang pasar setempat sudah meninggalkan pola lama itu, dengan menggunakan pola pembayaran yang baru, yakni secara digital dengan menggunakan layanan QRIS (Quick Response Indonesian Standard).
Untuk diketahui, kode QR standar Indonesia adalah standar kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia yang bertujuan mengintegrasikan seluruh metode pembayaran nontunai di Indonesia.
Seluruh layanan jasa keuangan disyaratkan untuk mensosialisasikan serta menerapkan sistem pembayaran ini tak terkecuali Bank NTT. Dan Bank NTT dibawah kepemimpinan Harry Alexander Riwu Kaho, sangat gencar mensosialisasikan pola pembayaran jenis ini.
Setelah tiba dipasar, Gubernur VBL langsung membeli aneka kebutuhan. Komoditi yang paling banyak dibelinya adalah cabe, aneka sayuran diantaranya bunga pepaya, kangkung, garam, kelor dan kelapa serta cabe rawit dengan menggunakan Qris Bank NTT.
Pertanyaan pertama yang dilontarkannya kepada para pedagang adalah, darimana komoditi ini berasal. Rupanya VBL ingin memastikan komoditi apa saja yang dihasilkan masyarakat lokal, berapa total produksinya serta potensi apa saja yang didatangkan dari kabupaten tetangga maupun dari luar NTT.
Setibanya di Lapak Nur yang dikelola oleh Siti Rahma, Gubernur Viktor berbelanja pepaya yang sudah ranum dan garam dapur seadanya dengan nilai transaksi Rp 200.000.
“Ibu memakai QRIS ini sejak kapan dan bagaimana manfaatnya bagi ibu,”tanya VBL dan langsung dijawab warga Kelurahan Ekasapta ini bahwa baru sebulan yang lalu.
“Saya baru saja difasilitasi layanan pembayaran QRIS dan bagi saya ini sangat bagus. Karena uangnya masuk langsung ke rekening tabungan, kita tunggu sudah banyak dulu baru ambil, sehingga hitung-hitung juga ini adalah tabungan,”jelasnya enteng. Tak hanya disitu, gubernur terus mengejarnya, seperti apa pola kemitraan yang dibangun oleh Bank NTT terhadap para pedagang pasar, termasuk Ibu Siti.
“Saya difasilitasi kredit oleh Bank NTT pak gubernur. Namanya Kredit Merdeka, sudah dua tahun terakhir saya jadi nasabah,”jelasnya. Rupanya karena Kredit Mikro Merdeka itulah, usahanya kini berhasil. Tak hanya dia, melainkan di pasar ini, terdapat 52 pedagang yang menjadi merchant QRIS. Jumlah ini terus bertambah, karena ada tambahan 24 merchant baru yang diserahkan kode pembayaran QR-nya di hadapan gubernur. Wahyudi sebagai ketua komunitas pedagang pasar, didaulat menerima secara simbolis merchant QRIS yang diserahkan oleh Bupati Flores Timur, Anthon Gege Hadjon.
Dalam sambutannya, Sekda Provinsi NTT, Benediktus Polo Maing memberi apresiasi kepada Bank NTT yang sudah menyulap pasar ini menjadi pasar digital. Baginya ini adalah sebuah loncatan prestisius yang harus diapresiasi.
“Dengan pola pembayaran modern ini, tentu tidak akan ada uang lusuh lagi. Saya bangga, karena Ibu Siti tadi sudah memberi testimoni luar biasa mengenai pola pembayaran yang mudah, yakni menggunakan QRIS. Karena itu saya ajak, mari kita semua masuk perkumpulan itu supaya kita berbelanja dengan menggunakan cara-cara yang lebih mudah,”tegas Ben Polo Maing.
Tak cukup disitu melainkan dia pun mengajak semua yang hadir untuk segara menabung di Bank NTT dan memanfaatkan seluruh layanan jasa perbankan yang ditawarkan.
“Bank NTT itu bank kita. Maju dan mundurnya tergantung pada kita. Karena itu saya minta kita semua untuk mendukung pembangunan daerah ini. Ini menunjukkan bahwa bapa mama memanfaatkan uang ini demi tujuan-tujuan produktif dan saya tidak yakin kalau nantinya uang yang dihasilkan, dipakai untuk tujuan yang tidak produktif,”tegasnya.
Berulangkali Ben Polo Maing berterimakasih kepada Bank NTT yang sudah sangat peduli kepada masyarakat, serta menghadirkan pelayanan justru membawa masyarakat ke sebuah era baru, yakni era digital.
“Itu makanya saya katakan sudah sepatutnya kita berterimakasih kepada Bank NTT. Mari kita terus dukung bank kebanggaan kita ini dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya,”ungkapnya.
Wahyudi, selaku ketua komunitas pasar mengaku bangga dengan terobosan hebat yang dilakukan oleh Bank NTT.
“Saya punya teman dari luar, mereka sangat kaget ketika datang dan berbelanja, ternyata ada layuanan pembayaran E-money. Mereka kira kita terlalu di udik sehingga masih pakai uang lusuh, tapi hari ini tidak lagi karena sudah hampir 100 orang pedagang pasar disini yang pake QRIS. Datang, lihat barang, tawar, jika suka maka tinggal scan dan ketik nominalnya, selesai,”tegas Wahyudi bangga.
Dia mengaku salut dan bangga karena Bank NTT sudah melakukan loncatan yang sangat jauh dan modern, berbeda dengan bank lain. Terobosan cerdas ini menurutnya, adalah wujud keberanian sebuah bank daerah, yang mau menunjukkan pada bank lain bahwa dia mampu melakukan loncatan besar dalam layanan jasa perbankan.
“Inilah yang saya katakan, Bank NTT sudah berlari sangat jauh jika dibanding bank lain yang masih malu-malu. Ini sebuah capaian hebat dan luar biasa, serta harus didukung,”pungkasnya. Ketika berbelanja kemarin, Gubernur Viktor didamping sejumlah pejabat diantaranya Bupati Flores Timur, Anthon Gege Hadjon serta wakil bupati Agustinus Payong Boli, Sekda NTT, Benediktus Polo Maing, sejumlah kepala dinas lingkup Pemprov NTT dan Pemkab Flores Timur. Hadir Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, dan para staf khusus gubernur. (Humas Bank NTT/HT)