Suara-ntt.com, Waikabubak-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) berharap agar semua program bantuan dari pemerintah seperti program keluarga harapan (PKH) harus tepat sasaran pada keluarga keluarga yang tidak mampu. Dengan demikian, penanganan stunting di masyarakat lebih efektif dan efisien yang dilakukan dengan layanan one stop service.
Gubernur Laiskodat mengajak semua elemen di Kabupaten Sumba Barat untuk lebih serius dalam gerakan besar mengurangi angka stunting. Jika hal itu tidak dilakukan dengan baik maka imbasnya akan muncul generasi-generasi stunting baru.
“Saya ingin bupati dibantu jajaranya bisa memiliki data ibu hamil yang lengkap khususnya ibu hamil yang tergolong tidak mampu atau miskin. Dari data itulah kita sebagai pemerintah daerah bisa intervensi sehingga kita bisa mencegah anak yang akan lahir dengan kondisi stunting.
Para kepala desa dan petugas medis di desa harus menjaga hal ini dengan serius. Saya ingin seluruh kepala desa dan tokoh agama melakukan rapat bersama untuk pengendalian angka kelahiran pada keluarga miskin,” kata Gubernur Laiskodat dalam kunjungan kerja di daratan Sumba dan rapat kerja (Raker) bersama Bupati, para Camat, Kepala Desa/Lurah, tenaga kependidikan dan tenaga kesehatan se-Kabupaten Sumba Barat di Desa Malata, Kecamatan Tanarighu, Jumat (28/2/202).
Dalam kesempatan itu dia menyinggung tentang isu-isu utama yang masih menjadi kendala pembangunan di Nusa Tenggara Timur. Isu-isu antara lain stunting, kemiskinan dan pendidikan yang masih rendah.
“Hal ini terjadi karena kita di NTT selama ini selalu bekerja tidak sistematis. Kebanyakan bekerja tapi tidak tahu apa yang sebenarnya yang dikerjakan. Kita tidak fokus dan tidak terencana dalam bekerja,”ungkapnya.
Dalam arahannya meminta kepada bupati dan jajarannya agar melakukan perencanaan yang baik dalam menyikapi kebutuhan dasar di dalam masyarakat. Dirinya memberikan contoh agar para pimpinan perangkat daerah di Sumba Barat saling berkolaborasi dan menganggarkan dana sehingga masyarakat bisa mandiri dalam hasil-hasil pertaniannya seperti bawang, cabe, dan telur jika ingin keluar dari kondisi sulit.
Dia juga menyinggung status Desa Malata sebagai desa digital pertama di NTT. Dan berharap Bupati Sumba Barat beserta seluruh masyarakat, khususnya Desa Malata dan sekitarnya dapat mengetahui informasi baru dari dunia luar sehingga bisa keluar dari ketertinggalan.
“Ini menjadi momentum yang baik bagi Kabupaten Sumba Barat agar kemiskinan bisa kita tekan dengan upaya-upaya yang lebih terfokus,” pintanya. (Hiro Tuames/Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT)