Suara-ntt.com, Kupang-Untuk memperluas pasaran produk-produk potensial NTT baik itu di sektor pertanian, peternakan, kelautan perikanan, pariwisata dan lain sebagainya, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) telah meminta manajemen Lion Air Group agar tahun depan (2021) ada penerbangan langsung dari luar ke NTT. Dan permintaan tersebut telah disetujui oleh manajemen maskapai tersebut.
“Saya sudah minta kepada Lion Air Group untuk siapkan dua pesawat terbang langsung dari Kupang ke China, Taiwan, Jepang dan Korea di tahun 2021 mendatang. Dan mereka sudah setuju dengan usulan tersebut.
Untuk itu, kita harus siapkan semua potensi yang kita miliki seperti ikan, rumput laut dan hasil pertanian yang berkualitas ekspor dan pulang dari sana, pesawat ini bisa bawa wisatawan asing. Tidak mungkin pesawat itu pergi kosong-kosong, “ katanya pada acara Coffe Morning Gubernur NTT bersama wartawan media cetak, elektronik dan online di aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Jumat (28/8/2020).
Dia menegaskan arah kebijakan pengembangan pertanian pada masa pemerintahannya bersama Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi ditujuhkan untuk meningkatkan taraf hidup para petani. Dengan demikian, para petani tidak hanya berorientasi sekadar untuk penuhi kebutuhan rumah tangga tetapi bisnis.
“Konsep kita dalam pengembangan pertanian adalah mengarahkan mereka dari buruh tani menjadi pengusaha petani. Kalau ini dikerjakannya dengan baik maka kita bisa bersaing dengan negara lain khusus di sektor pertanian. Kita bukan lagi menyodorkan buruh tani tapi pengusaha tani yang mindsetnya bisnis. Hasil pertaniannya sudah sampai level untuk dijual bukan lagi untuk mengisi kebutuhan rumah tangga,” jelasnya.
Dia mengatakan, sebagian masyarakat NTT memang hidup dari sektor pertanian, namun masih sebatas buruh tani. Pemerintah Provinsi terus berupaya menyiapkan alat-alat pertanian termasuk alat berat seperti eksavator. Infrastruktur pertanian harus disiapkan dengan baik.
“Kebutuhan air untuk pertanian juga kita siapkan. Itulah alasannya pemerintah provinsi melakukan pinjaman daerah. Kita tidak bisa menjawab kebutuhan masyarakat dan persoalan infrastruktur hanya mengandalkan APBD. Tahun depan kita siapkan anggaran sekitar 900 miliar rupiah untuk bangun infrastruktur termasuk di dalamnya membangun embung untuk pertanian. Kita juga harus bisa memastikan agar air tetap tersedia di sungai saat musim kering, termasuk juga benihnya kita siapkan,” ungkapnya.
Dikatakan, salah satu faktor penyebab pertanian NTT belum maju adalah karena belum ada kolaborasi yang baik antara pemerintah, petani atau masyarakat dan pengusaha. Minimal dalam teori pembangunan, kolaborasi ketiganya yang disebut triple helix harus bisa dioptimalkan.
“Pemerintah Provinsi akan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan hasil pertanian dan ada pengusaha yang mau menginvestasikan dana serta menampung hasil pertanian. Pemerintah provinsi terus mendorong agar kolaborasi triple helix ini dapat berjalan dengan baik,”pintanya.
Pertanian Berkontribusi dalam Menurunkan Angka Kemiskinan
Dalam kesempatan itu Gubernur VBL juga menjelaskan arah kebijakan pertanian berkontribusi atau mempunyai andil yang besar dalam menurunkan angka kemiskinan di NTT. Kemiskinan terbesar di NTT ada di Pulau Sumba dan Timor. Berdasarkan data statistik 2019, urutan pertama presentasi penduduk miskin terbanyak adalah Sumba Tengah 34,62 persen, terus diikuti Sabu Raijua 30,52 persen, Sumba Timur 30,02 persen,lalu dikuti Sumba Barat 28,29 persen, Sumba Barat Daya 28,06 persen, Rote Ndao 27,95 persen,TTS 27,87 persen.
“Saya minta kepada Bappelitbangda NTT agar 60 persen anggaran ke depan di bidang pertanian, peternakan dan pendidikan diarahkan ke dua pulau ini. Menuju ke kabupaten-kabupaten di dua pulau ini. Karena kalau kita terapi kedua pulau ini secara benar, otomatis angka kemiskinan kita akan menurun jauh. Sambil daerah lainnya tetap kita perhatikan dengan baik, agar angka kemiskinan tidak naik. Bulan depan saya akan ke Sumba Tengah untuk program Tanam Jagun Panen Sapi di lahan yang besar supaya ekonomi masyarakat di sana meningkat,”bebernya.
Menurutnya, data-data pertanian seperti lahan, potensi air serta berbagai data terkait pertanian lainnya sedang dikerjakan. Karena sampai sekarang data seperti ini belum lengkap. Kalau sebelumnya sudah ada, pertanian NTT saat ini pasti akan mengalami percepatan luar biasa.
“Tujuan pertanian adalah menjadi bagian dari rantai nilai pariwisata, supply chain dari pariwisata. Saat Pariwisata Labuan Bajo menjadi daya tarik utama dan prime mover pariwisata NTT, kita harus pastikan supply chainnya dari NTT. Seperti telur ayam, daging ayam, ikan, sayur, bawang, cabe dan kebutuhan harus dari Flores, Timor dan Sumba. Ini tentu akan menguntungkan bagi para petani,”pungkasnya. (HT)