Suara-ntt.com, Ruteng-Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat selain menanam bambu di Desa Persiapan Bangka Wela, Desa Golo Worok Kecamatan Ruteng, juga melakukan penanaman benih jagung di Desa Nao, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai pada Selasa, 19 April 2022.
Meskipun wilayah itu diguyur hujan deras namun Gubernur VBL tetap menunjukan semangatnya sebagai seorang pemimpin.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) bersama Bupati dan Wakil Bupati Manggarai berjalan di tengah deras hujan menuju lokasi penanaman benih jagung secara simbolis.
“Saya dengan pak Bupati jalan ditengah derasnya hujan dan kami tidak pakai payung. Alasan Kenapa? Karena kami mau katakan kepada Tuhan dan juga kepada kita semua seorang pemimpin tidak takut,”kata dia.
Bagi VBL, seorang pemimpin tidak boleh takut. Pemimpin tidak boleh pakai payung, karena mereka dipilih untuk berjuang, bukan untuk jadi penakut.
“Karena pemimpin tidak pernah ragu bersama kalian, bersamamu dan kami besertamu, karena kami ingin bersamamu.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menjelaskan, jagung yang ditanam tersebut bukan untuk dimakan, tapi untuk pakan ternak. Selama ini, Nusa Tenggara Timur dalam satu tahun membeli pakan ternak di pulau Jawa dan mengeluarkan uang sebesar Rp 1 triliun lebih.
“Kita kasih ke pulau Jawa. Sudah miskin, beli di tempat orang. Kita mulai berusaha untuk menanam jagung karena dunia lagi kekurangan pakan, apalagi Indonesia saat ini masih impor jagung. Jadi bapak Presiden perintahkan semua Gubernur untuk menanam jagung agar memenuhi pakan untuk kepentingan nasional,” jelasnya.
Gubernur bermimpi agar seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur mengembamgkan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Sapi yang dimaksudkan bukan sapi biasa, tetapi yang sangat besar, karena bisa dijual dengan harga Rp 400 sampai Rp 500 juta.
“Jadi tidak ada lagi sapi kecil, tetapi sapi besar dengan daging yang baik. Ke depan kalau kita tidak tanam jagung, sapi-sapi itu pakannya terbatas,” ujarnya.
Dan mimpi besar itu kata dia, harus dikerjakan secara kolaboratif, dengan cara berpikir yang terintegrasi. Atau dengan kata lain, tidak boleh dikerjakan sendiri-sendiri.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Lecky Koli menjelaskan, program TJPS diharapkan mampu menjawab persoalan para petani di Nusa Tenggara Timur khususnya di Kabupaten Manggarai.
“Hari ini ini tentu sudah mulai langkah kecil untuk satu desain yang besar 6 hektar untuk Manggarai dan menanam kurang lebih 4 ratusan hektar di musim tanam dua ini untuk TJPS. Sedangkan TJPS reguler sudah ditanam 100 hektar dan sudah dipanen juga sudah dikirim ke luar”.
Tidak hanya itu Lecky Koli juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah menerapkan yang dinamakan TJPS pola kemitraan.
“Untuk diketahui bahwa TJPS pola kemitraan merupakan satu instrumen yang sifatnya ekosistem yang dibangun untuk menyelesaikan dua hal, persoalan pembiayaan pembangunan pertanian untuk para wirausaha mandiri, dan yang kedua persoalan pemasaran hasil produksi yang dihasilkan oleh wirausaha mandiri sekian lama kita tidak pernah selesaikan,”.
Meski demikian Kadis Pertanian Provinsi NTT Lecky Koli menyampaikan program tersebut memang sengaja dirancang atas arahan Gubernur dan sudah dilakukan di beberapa Kabupaten yang nampaknya ini akan memberikan satu prospek bagi satu pendekatan pembangunan yang sifatnya kolektif, komprehensif, dan integrasi.
“Ini bertujuan untuk mampu menyelesaikan persoalan sosial ekonomi yang sekian lama dialami oleh sebuah Kabupaten karena kita tidak pernah menemukan satu ekosistem yang pelaksanaannya dilakukan cara kolaboratif, hari ini tentunya kita bisa mulai,”pungkasnya. (HT)